Tragedi Susur Sungai
Korban Meninggal SMPN 1 Turi Sleman Semua Perempuan, Kepala SAR DIY: Kondisi Pakaian Berpengaruh
Delapan korban meninggal dunia tersebut merupakan kelas 7 dan kelas 8 dari SMPN 1 Turi Sleman dan semua beridentitas perempuan.
Penulis:
Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak delapan siswi SMPN 1 Turi Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinyatakan meninggal setelah hanyut terseret arus Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020).
Delapan korban meninggal dunia tersebut merupakan kelas 7 dan kelas 8 dari SMPN 1 Turi Sleman dan semua beridentitas perempuan.
BPBD DIY dalam siaran persnya mengatakan masih ada dua korban yang hingga kini belum ditemukan dan masih dalam pencarian oleh Tim SAR gabungan.
Dua korban yang belum ditemukan tersebut dengan identitas Yasinta Bunga, kelas 7B, alamat Dadapan, Wonokerto, Turi dan Zahra Imelda, 7D d/a Kenteng, Wonokerto, Turi.
Adapun kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2/2020) ini diikuti oleh kelas 7 dan kelas 8 sebanyak 249 siswa dari total siswa sebanyak 256 orang siswa.
Berdasar presensi atau daftar hadir siswa diketahui kelas 7 sebanyak 124 orang dan kelas 8 sebanyak 125 siswa, total 249 orang.
Baca: Dua Siswa SMPN 1 Turi Masih Hilang Pasca Banjir Bandang Sungai Sempor Sleman
Kepala Basarnas DIY, Wahyu Effendi mengatakan karakter sungai yang disisir dalam operasi pencarian ini memiliki kedalaman rata-rata 50 cm hingga 1 meter dengan kondisi banyak bebatuan.
Bertambahnya debit air Sungai Sempor tersebut merupakan dampak dari hujan yang melanda kawasan hulu di sekitaran lereng gunung merapi.
Terkait mengapa keseluruhan korban kebanykan perempuan menurutnya hal itu dipengaruhi kondisi pakaian.
Perempuan menggunakan rok, sehingga hal itu memberi tekanan tersendiri ketika air menerjang.
"Perempuan menggunakan rok. Saat di air otomatis rok itu akan menghalangi air jadi bisa kebawa arus. Kalau pake celana, air akan lewat celah. Dan yang ditemukan semua perempuan dan menggunakan rok semua," tuturnya seperti dikutip Tribun Jogja.
Proses pencarian korban tersebut memasuki hari ketiga pada Minggu (23/2/2020).
Tim SAR gabungan rencananya akan melakukan pencarian dengan jarak kurang lebih 26 km dari titik awal laka.
"Besok pagi (red-Minggu) rencana pencarian dengan jarak kurang lebih 26 KM dengan asumsi pencarian dari titik awal," kata Wahyu.
Baca: UPDATE Kasus Susur Sungai SMPN 1 Turi Sleman: Polisi Tetapkan Satu Tersangka, Guru Berinisial IYA
Identitas korban tewas yang diketemukan:
- Sofia Aulia (kelas 8), alamat Sumberejo
- Arisma (kelas 7), alamat Ngentak Tepan
- Nur Aizah (kelas 8), alamat Kembangarum
- Latifa, alamat Kembangarum
- Khoirunisa, alamat Karanggawang Girikerto TURI
- Evita Putri L, 7A alamat Soprayan Girikerto TURI
- Faneza Dida
- Nadine Fadilah.
Belum Ditemukan
- Yasinta Bunga, kelas 7B, alamat Dadapan, Wonokerto, Turi
- Zahra Imelda, 7D d/a Kenteng, Wonokerto, Turi.
Baca: FOTO Kondisi Sungai Sempor Ketika Cuaca Cerah: Banyak Bebatuan, Air Dangkal saat Kemarau
Cerita Korban Selamat
Salma Kusuma Haryani, siswi SMPN 1 Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menceritakan detik-detik dirinya hanyut terseret arus sungai Sempor.
Ia mengatakan kegiatan susur sungai itu dimulai sekitar pukul 14.30 WIB.
Saat itu cuaca di lokasi sedang gerimis dan aliran sungai masih terlihat normal seperti biasa.
Ia tak tahu kalau air sungai di hulu sedang besar dan bersiap untuk menyapu dirinya dan kawan-kawannya.
"Ketika kami sampai di tengah-tengah sungai, jalan di sungai sudah sekitar setengah jam, tiba-tiba ada arus besar dari arah utara atau atas," kata Salma dilansir Tribun Jogja.
Saat itu ia dan teman-temannya berada di tengah-tengah sungai ketika air datang.
Besarnya arus air yang datang membuat dirinya terseret arus, bahkan ia juga tak bisa untuk memagang batu lantaran kuatnya arus.
Baca: TERBARU Musibah Susur Sungai SMPN 1 Turi: Kepala Sekolah Mengaku Tidak Tahu hingga Daftar Korban
Ia juga sempat melihat teman-temanya yang lain yang terseret arus.
Namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena juga berjuang untuk menyelamatkan diri.
Beruntung ada orang yang menyelamatkan dirinya dan dibawa ke bebatuan.
"Saya mau menyelamatkan diri tapi terseret arus air. Mau pegang batu tapi tidak bisa karena arus besar. Kemudian ada kakak-kakak yang menyelamatkan saya. dibawa ke batu-batu tebing," tuturnya.
Ia mengalami beberapa luka pada kakinya akibat benturan dengan bebatuan di sungai tersebut.
"Luka beberapa di kaki karena terkena batu. Ini pengalaman pertama saya ikut kegiatan seperti ini," katanya.
Tanggapan Gubernur DIY
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyangkan kegiatan susur sungai yang diadakan SMPN 1 Turi, Sleman dilaksanakan pada saat musim hujan.
Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya beberapa siswa SMP N 1 Turi, Sleman saat kegiatan susur sungai di Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020) siang.
"Ikut berduka cita atas meninggalnya anak-anak dari SMPN 1 Turi di Kabupaten Sleman atas musibah pada waktu punya aktivitas menyusuri sungai," kata Sri Sultan dalam keterangannya seperti diunggah twitter Humas Pemda DIY @humas_jogja.
Namun disisi lain ia juga prihatin dengan peristiwa tersebut dan menyayangkan mengapa kegiatan tersebut dilakukan di sungai pada saat musim hujan.
"Tapi juga saya prihatin kenapa justru pada waktu musim hujan ada aktivitas untuk menyusuri sungai," ucap Sri Sultan.
Baca: Datangi Korban, Mahfud MD Ucap Belasungkawa: Pemerintah Berduka Atas Tragedi Susur Sungai Sempor
Ia berharap pihak sekolah bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
"Dan saya mohon pimpinan sekolah bisa bertanggung jawab atas musibah ini," kata Sultan
Ia mengimbau kepada semua tingkatan sekolah agar tak melakukan kegiatan di sungai ataupun di dekat sungai saat musim hujan.
"Saya hanya punya harapan kepada seluruh sekolah apapun tingkatannya, ini musim hujan jangan melakukan aktivitas dan berdekatan dengan sungai, apalagi menyusuri sungai, itu jelas sangat berbahaya," lanjut Sultan.
Ia berharap peristiwa tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari.
"Saya minta para kepala sekolah, aktivitas kelompok masyarakat, aktivitas organisasi-organisasi yang lain, hindarilah musim hujan ini punya aktivitas untuk menyusuri sungai, untuk tidak terulang lagi," pungkas Gubernur DIY.
(Tribunnews.com/Tio, TribunJogja.com/SantoAri/Yudha)