Rabu, 27 Agustus 2025

Viral Curhat Customer Kesal Dipanggil 'Kak' oleh Driver Ojol, Psikolog: Itu Wajar dan Sudah Sopan

Seorang customer membeberkan kekesalannya karena dipanggil 'Kak' oleh driver ojek online. Psikolog jelaskan panggilan tersebut dan menganggap sopan.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Daryono
Twitter/@tubirfess
Viral seorang customer membeberkan kekesalannya karena dipanggil 'Kak' oleh driver ojek online. 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah curahan hati customer ojek online menjadi viral di jagat maya.

Penyebabnya, customer kesal lantaran driver ojol tersebut memanggilnya dengan sebutan 'Kak'.

Curhatan customer tersebut menjadi viral setelah dibagikan dalam akun @tubirfess pada Minggu (5/7/2020) kemarin.

Unggahan tersebut berisi tangkap layar dari curhatan warganet yang mengkritik driver ojol menggunakan bahasa inggris.

Bila diterjemahkan, warganet tersebut kesal karena driver ojol memanggilnya dengan sebutan 'Kak'.

Baca: VIRAL Driver Ojol Diberi Bintang 1 karena Kembalian Kurang Rp 200, Berhari-hari Tak Terima Orderan

Alasannya, warganet itu mengaku bukan kakak perempuan dari driver ojol tersebut.

Curhatan tersebut lantas menuai banyak komentar warganet lainnya.

Di antaranya, mereka mengaku bingung karena menganggap panggilan 'Kak' adalah normal dan wajar.

Warganet juga mengkhawatirkan akun driver ojek online tersebut ditangguhkan hanya karena kekesalan customer memanggilnya 'Kak'.

Namun akhirnya, pihak pengelola ojek online, Grab Indonesia, telah menanggapi dengan menyebut sang driver baik-baik saja.

"Halo Kak & teman2 semuanya, Terima kasih atas masukan dan perhatiannya ya. Sebagai info, saat ini akun mitra pengemudi ybs masih dalam keadaan aktif & bisa melakukan pekerjaan seperti biasa ya kak," tulis sang admin dalam cuitannya.

Hingga Senin (6/7/2020), curhatan tersebut viral dan mendapat sebanyak 15 ribu retweet serta 23 ribu like.

Lantas apakah panggilan 'Kak' sudah tepat ditujukan kepada orang yang tidak dikenal?

Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Citra Hanwaring Puri SPsi Psikolog, membeberkan tanggapannya.

Menurut Citra, panggilan 'Kak' merupakan panggilan wajar dan sudah sopan yang ditujukan kepada orang tidak dikenal.

Terlebih, sang driver tidak mengetahui jenis kelamin dan usia dari customernya.

Psikolog Citra Hanwaring Puri, S.Psi, Psikolog.
Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Citra Hanwaring Puri, S.Psi, Psikolog.

Baca: Viral Driver Ojol Ditendang hingga Terjungkal, Pelaku Ancam Tembak Korban, Hasil Tes Positif Narkoba

"Menurut saya itu panggilan yang biasa yang dilakukan dan nggak ada masalah, itu wajar dan sudah cukup sopan," ujar Citra kepada Tribunnews, Senin (6/7/2020).

Citra menuturkan, panggilan 'Kak' juga lebih diuntungkan daripada Bapak atau Ibu.

Pasalnya, panggilan Bapak atau Ibu bisa lebih memungkinan membuat tersinggung.

"Biasanya malah dipanggil Ibu atau Bapak tersinggung karena masih muda."

"Jadi ini agak aneh dipanggil Kak itu tersinggung, padahal maksudnya itu menghargai," terang Citra.

Menurutnya, bila banyak customer yang tersinggung dengan panggilan tersebut, maka bisa dipersoalkan kepada pihak perusahaan.

Namun, bila yang tersinggung hanya satu orang, maka Citra menduga ada yang salah dengan orang tersebut.

"Kalau memang kebanyakan orang nggak bermasalah dengan panggilan itu dan yang bermasalah satu dua orang saja, berarti yang bermasalah sebaliknya," paparnya.

Ilustrasi ojek online
Ilustrasi ojek online (TRIBUNNEWS.COM)

Baca: Fakta-fakta Driver Ojol Kumpulkan Uang Berhari-hari untuk Belikan Donat Ibunya Sebagai Hadiah

Kemudian, mengapa panggilan tersebut menuai masalah dan membuat tersinggung?

Citra menuturkan ada berbagai spekulasi penyebab orang tersebut tersinggung dengan panggilan 'Kak'.

Dari sisi psikologi, Citra mengungkap orang tersebut memiliki krisis identitas.

"Kalau saya lihat dari segi psikologi mungkin dia tidak bermasalah dipanggil 'Kak'."

"Tapi mungkin dia tidak berkenan dipanggil 'Kak' oleh driver atau ojol, karena dia mungkin merasa selevel," jelasnya.

Secara general, Citra menjelaskan krisis identitas dapat terjadi ketika seseorang mengalami stres, trauma atau perubahan besar dalam hidupnya.

Misalnya, dari tahap sekolah ke tahap bekerja, dari single kemudian menikah, serta kehilangan seseorang di hidupnya.

Termasuk juga kehilangan dalam faktor ekonomi.

"Seperti dia tadinya orang berada, lalu akhirnya ekonominya menjadi turun."

"Jadi butuh dihargai dan menjadi sensitif kalau ada orang yang memandang dia rendah," pungkas Citra.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan