Dinyatakan Meninggal di RS, Liang Kubur Sudah Digali, Ternyata Masih Hidup, Berikut Penjelasannya
Ayah Nanung datang untuk menjemput jenazah istrinya. Bahkan, seluruh dokumen pasien termasuk administrasi selesai diurus oleh ayah Nanung.
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Melalui pengeras musala desa, pengumuman kematian Harnanik di RSUD Mardi Waluyo Blitar cepat tersebar.
Warga Desa Bendiwulung, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, ini sempat dirawat selama 10 hari terakhir.
Spontan warga desa yang selama ini dikenal guyub, mendatangi rumah duka dan sebagian lain ke pemakaman untuk menggali liang kubur.
Baca: Anak Kandung Gantung Mayat Ibu agar Dikira Bunuh Diri, Sempat Pandangi Jenazah Pastikan Sudah Tewas
Kabar kematian Harnanik bermula disampaikan oleh pihak keluarga.
Mereka mendapat kabar tersebut dari pihak RSUD Mardi Waluyo Blitar.
Nanung Hermawan mengatakan, ibunya itu dirawat karena menderita stroke ringan.
Saat dirawat, ibunya mengeluh sesak napas. Sehingga tim medis memperlakukan Harnanik dengan prosedur Covid-19 dan diisolasi.
Baca: Gegara Tukar Ranjang, Pasien Dikira Meninggal, Suami Sudah Doakan Jenazah dan Liang Kubur Digali
Keluarga tak bisa membesuk dan menjaga Harnanik. Kebutuhan seperti pakaian hanya dititipkan di pos jaga keamanan rumah sakit.
Pada Senin (24/8/2020) pagi, keluarga mendapat kabar kondisi kesehatan Harnanik menurun drastis lalu meninggal akibat serangan jantung.
"Senin sekitar jam 10 pagi. Di rumah semua sudah siap-siap," kata Nanung.
Kematian sang ibu dipertegas setelah dirinya mendapat kabar dari sang ayah yang berada di rumah sakit.
Ayah Nanung datang untuk menjemput jenazah istrinya. Bahkan, seluruh dokumen pasien termasuk administrasi selesai diurus oleh ayah Nanung.
Baca: Bekerja 24 Jam hingga Takut Tertular, Cerita Penggali Kubur Makamkan 1.500 Jenazah dari Awal Pandemi
"Semua (berkas rumah sakit) sudah ditandatangani, juga sudah melakukan doa-doa untuk jenazah," ujar Nanung.
Setelah berdoa, terbawa rasa penasaran, ayah Nanung ingin melihat wajah istrinya dan memutuskan menyingkap kain penutup jenazah.
Rupanya, jenazah di depannya bukan istrinya. Ia pun segera ke ruang isolasi dan melihat istrinya masih dirawat.
"Terus lihat ke ruang isolasi, ternyata ibu saya masih ada di situ," kata Nanung seperti dilansir Kompas.com, Rabu (26/8/2020).
Baca: Pengakuan Penggali Makam Khusus Covid-19 di Surabaya: Sudah 1.500 Jenazah Dikuburkan
Nanung mengatakan, ibunya telah pindah ruangan setelah dinyatakan negatif Covid-19.
Menurut Nanung, pihak keluarga belum menerima surat keterangan bahwa ibunya itu dinyatakan negatif Covid-19.
Padahal surat tersebut sangat penting saat kondisi pandemi seperti saat ini.
"Nanti sewaktu-waktu (ibu) saya bawa pulang, ada yang nanya bagaimana. Zaman sekarang masalah begini, kan rawan," kata Nanung.
Gara-gara Ranjang Dipindah
Sementara itu Wakil Direktur Pelayanan RSUD Mardi Waluyo dr Herya Putra menjelaskan kronologi kejadian tersebut.
Menurut Herya, Harnanik dirawat karena menderita stroke ringan dan sempat mengeluh sesak napas.
Sesuai dengan prosedur, Harnanik harus dirawat di ruang isolasi bersama dengan dua pasien lainnya.
Di ruangan tersebut, Harnanik dan S sama-sama berstatus suspek Covid-19. Kondisi kesehatan mereka juga sama-sama menurun.
Mereka kemudian menjalani test swab pada 17 Agustus 2020 lalu. Namun, hingga saat ini hasil test belum diterima.
Pada Minggu (23/8/2030) kondisi pasien S terus menurun.
Perawat yang bertugas kemudian berinisiatif menukar posisi ranjang S dengan pasien Harnanik.
Pemindahan ini bertujuan agar ranjang pasien S mendapatkan sudut pandang yang lebih baik dari kamera pengawas di ruang isolasi tersebut.
Penggunaan kameran pengawas ini untuk membantu dokter atau perawat memantau perkembangan kondisi pasien.
Hal ini ditempuh karena kondisi dan keterbatasan akses di ruang isolasi.
"Akses ruang isolasi kan terbatas. Perawat juga harus pakai APD level tiga," kata dia.
Namun, pemindahan posisi ranjang tersebut tak dicatat dalam rekam medis pasien.
Imbasnya, saat pergeseran petugas jaga, perawat tak menyadari pemindahan pasien S tersebut.
Saat kondisi pasien S memburuk dan meninggal di hari Senin, perawat mengira pasien tersebut adalah Harnanik.
"Kesalahan kami waktu dipindahkan tempat itu tidak tercatat di rekam medisnya," jelas Herya.
Apalagi gelang identitas pasien S terlepas dan tak berada di tempatnya.
Sehingga perawat mengidentifikasi identitas pasien berdasarkan susunan ranjang.
"Saat itu juga tidak sempat cek ke bed (tempat tidur) sebelahnya karena keterbatasan akses ruang isolasi," lanjut Herya.
Pihak rumah sakit mengabarkan kabar duka itu kepada keluarga Harnanik. Keluarga pun datang ke rumah sakit.
Namun, saat diperiksa, ternyata jenazah yang meninggal itu bukan Harnanik.
Keluarga mendapati Harnanik berada di ranjang yang berada di seberang ranjang jenazah pasien S.
"Berseberangan utara dan selatan," ujar Herya.
Saat ini, kata Herya, Harnanik masih dirawat di ruang isolasi rumah sakit itu.
"Kami berusaha semaksimal mungkin. Kondisinya memang tidak begitu baik sejak masuk di ruang isolasi." jelasnya.
Terkait kejadian tersebut, Herya mengatakan pihaknya akan mengevaluasi dan membina internal lebih baik agar kejadian serupa tak terulang.
"Kepada keluarga kita sudah sampaikan permohonan maaf," ujar Herya.
Artikel ini disarikan dari berita Kompas.com dengan judul: Harnanik Ternyata Masih Hidup, Ini Penjelasan Rumah Sakit; Cerita Harnanik, Terlanjur Disiapkan Liang Kubur dan Didoakan Suami; dan Gara-gara Pindah Ranjang, Harnanik Dinyatakan Meninggal
Artikel ini juga telah tayang di Tribunjakarta.com : https://jakarta.tribunnews.com/2020/08/26/liang-kubur-siap-dan-istri-sudah-didoakan-suami-kaget-lihat-sosok-di-balik-kain-penutup-jenazah?page=all.