Terkait Ambruknya Atap RSUD Ciamis, Penggunaan Atap Baja Ringan Jadi Sorotan
Ambruknya atap bangunan yang menggunakan rangka baja ringan ini sendiri bukan yang pertama kali terjadi.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS - Atap lantai dua gedung IGD RSUD Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ambruk pada Senin (19/10/2020) malam.
Akibat kejadian itu, 3 orang dilaporkan terluka.
Untuk sementara penyebab ambuknya bangunan diduga karena rangka atap yang terbuat dari baja ringan tidak kuat menahan beban genteng tanah yang basah setelah diguyur hujan seharian.
Namun demikian, kepolisian masih melakuan penyelidikan terkait penyebab pasti peristiwa tersebut.
Ambruknya atap bangunan yang menggunakan rangka baja ringan ini sendiri bukan yang pertama kali terjadi.
Korban yang timbul akibat kejadian ini pun sudah cukup banyak jumlahnya.
Baca juga: Atap RSU Ciamis Ambruk, Dokter, Perawat dan Satpam Terluka
Namun sayangnya, peristiwa serupa terus saja terulang.
Menanggapi hal ini, Sekjen Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma mengatakan ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab ambruknya atap rangka baja ringan di RSUD Ciamis.
“Penyebab robohnya bangunan ada beberapa. Yang pertama ini apa itu dari awal salah perhitungan struktur, kemudian bisa juga karena penyalahgunaan ketebalan baja ringan yang dipasang, kemudian yang terakhir force major atau kejadian alam yang cukup kuat sehingga menyebabkan runtuhnya sebuah struktur. Ini (hasil penyelidikan di RSUD Ciamis) yang belum didapatkan informasinya secara real,” terang Nicolas kepada wartawan, Rabu (28/10/2020).

Nicolas menjelaskan, kalau dilihat peraturannya, untuk mengerjakan struktur atap bangunan baja ringan, baik itu bebannya genteng beton atau genteng tanah, jika beban sudah melebihi 50 Kg per meter persegi, maka umumnya sudah diwajibkan pakai software dalam proses pemasangan.
Kemudian hal kedua yang harus diperhatikan lagi adalah dari aplikatornya.
Apakah dia sudah mengantungi sertifikasi atau belum.
“Yang terakhir baru produsennya. Si produsennya ini apakah sudah punya SNI atau belum, meskipun saat ini SNI-nya dalam tahapan sukarela menuju wajib. Karena itu kita sangat mengharapkan pihak terkait untuk menyelidiki penyebab runtuhnya atap bangunan RSUD Ciamis ini ini ke pabriknya,” ujarnya lagi.
Nicolas mengungkapkan, ARFI sangat prihatin atas terulangnya kejadian ini.
Karena itu ARFI sangat mendukung agar proses penyelidikan dilakukan sampai ke level pabrik.
Pun demikian, jika memang benar peristiwa ini terjadi karena faktor alam.
Penyelidikan juga bisa terus dilakukan karena menurutnya, faktor force major seperti kejadian alam ini seharusnya bisa diantisipasi dengan perhitungan yang tepat.
“Seharusnya force major masih bisa diantisipasi. Karena itu si pelaku usaha, aplikator, maupun produsen seharusnya wajib melampirkan hitungan dia bagaimana. Rangka atap baja ringan, spesifikasi profilnya apa, dan spesifikasi ketebalannya berapa itu wajib dilampirkan, apabila konsultan juga salah dalam mempersiapkan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) dan pihak kontraktor hanya mengikuti RKS itu, maka unsur-unsur kesalahannya/ kelalaiannya di konsultan juga.” Jelasnya lagi.
“Saran dari saya pada dasarnya prosedur netral. Jadi tidak menjurus kepada siapa konsultannya. Tapi saya sarankan pemerintah dalam hal ini memilih konsultan dengan baik dan benar serta transparan. Bukan dari factor-faktor lain. Mereka harus melihat kapasitas dan kapabilitas, baik konsultan perencana maupun konsultan pengawas. Salah satu contoh yang paling bisa dilakukan adalah dengan melihat track record dari konsultan itu sendiri,” saran Nicolas.
Terakhir, Nicolas mewakili ARFI berharap agar masalah ini terarah ke depannya, harus ada efek jera baik kepada perencana aplikator maupun produsen yang ‘lalai’ dalam pelaksanaan konstruksi.
Harapannya baik konsultan, aplikator maupun produsen, mengikuti standarisasi yang sudah ada.
Ia menjelaskan, pada dasarnya ARFI berpihak pada keselamatan seluruh warga Negara Indonesia atau end user daripada konstruksi itu sendiri.
ARFI juga berkomitmen menjaga keamanan dan kenyamanan di dunia konstruksi agar selaras dalam proses Pemulihan Ekonomi Nasional.
“Kita membangun bangunan apapun harus diperhitungkan bahwa ada manusia yang tinggal di bawah sana yang bisa saja menjadi korban. Faktor keselamatan yang utama. Dalam hal ini RSUD (RSUD Ciamis), apalagi lagi covid begini, tenaga medis tenaga kesehatan adalah garda terdepan kita dalam melawan covid-19," katanya.
Kronologi dan korban
Diberitakan Tribun Jabar, atap gedung RSU Ciamis ambruk saat hujan gerimis mengguyur Senin (19/10/2020) pukul 21.30 malam. Sempat terjadi kepanikan di ruang UGD RSU Ciamis.
Seorang dokter jaga dan seorang satpam mengalami luka robek di pelipis dan hidung.
Juga seorang perawat dan seorang satpam terkilir, memar akibat kena benturan dan terinjak.
"Suasana tadi malam memang sempat membuat panik. Semua yang ada di lantai 1 ruang UGD berlarian menyelamatkan diri menyusul ambruknya bagian atap di lantai 2," ujar Direktur RSU Ciamis, Rizali Sofyan kepada Tribun, Selasa (20/10/2020).
Bagian atap lantai 2 Gedung UGD RSU Ciamis tersebut ambruk pukul 21.30 malam menyusul hujan yang mengguyur Ciamis sejak Senin (19/10/2020) pagi.
Bagian atap gedung UGD yang dibangun tahun 2005 tersebut tiba-tiba runtuh menutup seluruh ruangan yang ada di lantai 2 meliputi aula, ruang komite medik, perpustakaan , penyimpanan ATK dan ruang server komputer.
"Kebetulan di ruang lantai atas (lantai 2) itu tidak ada orang. Tapi menimbulkan kepanikan di lantai 1," katanya.
Di ruang lantai 1 atau lantai dasar UGD tersebut tidak hanya merupakan ruang tindakan tetapi juga ada ruang khusus isolasi.
Menurut dr Rizali ada 13 pasien gawat darurat yang sedang dirawat.
Sedangkan di ruang isolasi ada 4 pasien yang dirawat seorang di antaranya adalah pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Suara gemuruh runtuhan atap lantai 2 gedung UGD RSU Ciamis tersebut menurut dr Rizali membuat dokter jaga, perawat piket, bagian administrasi, satpam, keluarga penunggu pasien yang berada di lantai 1 panik, berhamburan menyelamatkan diri.
Seorang perawat mengalami luka memar karena terinjak dan terkilir, berikut seorang petugas satpam.
Sedangkan dokter jaga mengalami luka robek di pelipis dengan 7 jahitan dan bagian lututnya memar.
Satpam Andang, mengalami luka-luka di hidung akibat pecahan kaca sehingga harus dilarikan ke RS PB.
Menyusul kejadian tersebut, 13 orang pasien gawat darurat Senin malam itu juga langsung dievakuasi.
Sembilan orang pasien masuk ke ruang rawat inap, seorang dievakuasi ke ruang ICU. Dan 3 orang lainnya dialihkan ke RS PB.
Bupati Ciamis H Herdiat Sunarya dan Wabup Yana D Putra yang meninjau lokasi kejadian langsung Senin (19/10/2020) malam tersebut memerintahkan dinas terkait langsung menindaklanjutinya.
Sumber: Tribunnews.com/Tribun Cirebon