Kamis, 11 September 2025

103 Ekor Gajah Konflik dengan Masyarakat Aceh, 10 Ekor di Antaranya Berujung Kematian

Akibat konflik dengan masyarayat, 10 ekor gajah yang mati terdiri dari gajah jantan, betina dan anak gajah.

Editor: Dewi Agustina
For Serambinews.com
Muspika Mila, Pidie, melihat gajah mati di kebun warga di Gle Cut, Gampong Tuha Lala, Kecamatan Mila, Pidie, Rabu (9/9/2020) 

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mencatat hingga Senin (21/12/2020), sebanyak 10 ekor gajah dan 35 ekor harimau Sumatera di Aceh mati, akibat berkonflik dengan manusia.

"103 ekor gajah konflik dengan masyarakat, 10 ekor di antaranya berujung kematian," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto, kepada Serambi, Senin (21/12/2020).

Dikatakan, 10 ekor gajah yang mati terdiri dari gajah jantan, betina dan anak gajah.

Sedangkan pada tahun 2019, tiga ekor gajah yang mati.

Gading gajah-gajah yang mati pada tahun ini semuanya dapat diselamatkan oleh pihak BKSDA Aceh.

Sementara itu, gajah yang mati satu ekor di tahun 2020 berasal dari Pidie, Aceh Jaya 5 ekor dan daerah lainnya yang diduga terkena arus listrik dan penyebab konflik lainnya.

Tim BBKSDA Riau melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah yang ditemukan mati di areal PT Arara Abadi di Desa Tasik Serai, Kecamatan Talang Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Selasa (19/11/2019)
Tim BBKSDA Riau melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah yang ditemukan mati di areal PT Arara Abadi di Desa Tasik Serai, Kecamatan Talang Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Selasa (19/11/2019) (Kompas.com/Dok. BBKSDA Riau)

Sedangkan, tahun 2019, gajah konflik dengan masyarakat sebanyak 107 ekor dan konflik gajah kali ini menurun bila dibandingkan tahun 2020.

Kawanan gajah itu berasal dari Pidie, Aceh Utara, Pidie Jaya, Aceh Timur.

Sementara itu, BKSDA Aceh menangani 35 kasus konflik harimau dengan masyarakat.

Sebelumnya, pada tahun 2019, konflik masyarakat dengan harimau hanya sekitar 20 kasus.

Tahun ini meningkat konflik harimau dengan masyarakat.

"35 harimau konflik dengan masyarakat di Subulussalam, Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Takengon, dan Aceh Tamiang," ujar Agus Arianto.

Baca juga: Gajah Terperosok Sumur 16 Meter di India, Baru Berhasil Diangkat setelah 14 Jam Penyelamatan

Dikatakan, konflik satwa liar jenis harimau dengan masyarakat akibat habitatnya terganggu, hewan peliharaan dilepas sehingga merangsang binatang buas itu untuk memangsanya, perambahan hutan atau illegal logging, serta suara chainsaw.

Konflik harimau dengan masyarakat menyebabkan satu ekor harimau mati di Aceh Selatan diduga akibat diracun.

Menurut Agus Arianto, untuk mengatasi konflik harimau dengan masyarakat adalah solusinya mengedepankan pembentukan tim penanggulangan konflik satwa liar yang melibatkan dari unsur Forkompimda seperti yang telah dilakukan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang melibatkan masyarakat dan seluruh lintas sektoral untuk bersama-sama melakukan penanganan konflik masyarakat dengan satwa liar tersebut.

Tim medis dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengambil beberapa bagian organ dalam gajah yang telah mati di kawasan Krueng Tinjee Gampong Blang Awe, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, Kamis (15/11/2018) petang.
Tim medis dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengambil beberapa bagian organ dalam gajah yang telah mati di kawasan Krueng Tinjee Gampong Blang Awe, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, Kamis (15/11/2018) petang. (Istimewa)
Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan