Sabtu, 13 September 2025

Wawancara Eksklusif

Eri Cahyadi, Bu Risma adalah Guru Saya (2-Habis)

Walikota Surabaya Eri Cahyadi selalu menghormati guru dan para pemimpin pendahulunya, termasuk pada Bu Risma.

Editor: cecep burdansyah
Surya/saiful
Wawancara Eksklusif News Director Tribun Network sekaligus Pemred Harian Surya, Febby Mahendra Putra bersama Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi di ruang kerja Balai Kota Surabaya, Jumat (28/5/2021). 

Terkait program vaksinasi, bagaimana progresnya?

Surabaya termasuk yang cepat. Sehingga, mengangkat Jatim menjadi daerah dengan vaksinasi tercepat di Indonesia. Memang, ada saja yang tidak mau divaksin. Misalnya, ada yang takut tambah sakit, sampai ada yang tensi naik setiap mau suntik. Ini PR bagi kami.

Menurut hitungan Anda, kapan kira-kira pandemi berakhir?

Kita tidak pernah ada yang tahu kapan berhentinya. Gusti Allah yang tahu. Kita harus bersahabat. Artinya, ekonomi harus tetap jalan, sosial harus tetap jalan tapi angka penularan harus ditekan.

Ekonomi harus bergerak di masa pandemi. Pemasaran UMKM secara online. Sebab, pemasaran tak bisa dengan offline. RHU  (Rumah Hiburan Umum) kita buka, tapi prokes kita kencangi.

Yang bisa menjaga, bukan pemerintah, tapi warga. Sehingga, ketika ada relaksasi ekonomi, jadi dua mata pisau tajam. Kalau kita tak menggerakkan ekonomi, mati kita. Tapi kalau kita hanya mengejar ekonomi, Covid bisa naik. Sehingga, harus berjalan beriringan. Buka namun dengan prokes.

Misalnya, di bioskop. Pengunjung mall langsung naik 30 persen. Namun, kami sampaikan ke pengelola, jangan sampai kepercayaan ini disia-siakan. Jangan sampai angka Covid naik. Ternyata, ini dijaga benar ketika kepercayaan ini diberikan.

Surabaya dikenal berhasil di bawah kepemimpinan Wali Kota Surabaya sebelumnya, Tri Rismaharini. Bagaimana cara Anda melepas bayangan dari Bu Risma? Atau justru Anda tidak berusaha lepas?

Setiap pemimpin mempunyai karakter yang berbeda. Apa yang terbaik dari pemimpin yang lama, kita teruskan. Sehingga, kami memiliki jargon 'Meneruskan Kebaikan'.

Saat mengaji mulai kecil diajarkan untuk berterimakasih kepada pemimpin sebelumnya. Artinya, kalau ada kebaikan maka harus diteruskan.

Dalam meneruskan, saya tidak dengan karakter yang sama. Misalnya, pelayanan BPJS kepada seluruh warga. Pelatihan teknologi kepada RT sehingga pelayanan cukup datang ke RT.

Juga membawa HT seperti Bu Risma?

Saya tidak dengan HT, sebab lokasi HT bisa dideteksi. Saya memilih menggunakan HP. Sebagai contoh, suatu saat saya datang dari Jakarta, saya lihat jalan Ahmad Yani kotor. Ini bukan daun baru, tapi daun lama, artinya lama nggak disapu.

Saya telepon jajaran yang bertanggungjawab. Saya ikut nyapu, sedikit. Saya ajari cara nyapu. Sistem nya seperti ini. Prinsipnya, ketika saya memilih kepala dinas dan jajarannya, maka sistemnya harus jalan.

Style beda nggak harus seperti Bu Risma?

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan