Protes Pembubaran Kuda Lumping, Kini Pidato Bupati Banjarnegara Tuai Polemik, Warganet Beri Dukungan
Bupati Banjarnegara viral karena sempat protes pembubaran pentas kuda lumping, kini pidatonya tuai polemi, ada warganet yang dukung jadi presiden.
Penulis:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Budhi Sarwono kini jadi buah bibir.
Awal munya karena sang bupati sempat protes karena aparat membubarkan pentas kuda lumping.
Kini dia kembali viral karena isi pidatonya yang menuai polemik.
Sejumlah warganet bersuara hingg ada yang mendukung Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Budhi Sarwono maju sebagai calon presiden atau minimal gubernur Jateng.
Bupati Banjarnegara Protes! Polisi Dianggap Seenaknya Bubarkan Pentas Kuda Lumping di Madukara
Peristiwa pembubaran pentas kuda lumping di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, pada Sabtu (12/6/2021) oleh pihak kepolisian, menuai reaksi keras Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono.
Budhi menyayangkan sikap aparat keamanan yang membubarkan warganya saat menyaksikan hiburan rakyat kuda lumping itu.
Budhi mulanya mengetahui kabar itu dari anak buahnya.
Dia tampak tak terima lantaran polisi dalam membubarkan massa, menyampaikan data yang dianggapnya meresahkan masyarakat.
Dia menilai data angka Covid-19 yang disampaikan polisi justru terkesan menakut-nakuti.
"Disampaikan yang terpapar 250 orang, yang meninggal 192 orang."
"Itu tentu sangat meresahkan," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (15/6/2021).

Budhi ke lokasi tempat dibubarkannya pentas kuda lumping pada malam itu juga.
Dia ke sana untuk memastikan kondisi warganya.
Dia mendapati informasi beberapa warganya atau panitia acara dibawa ke Polres Banjarnegara untuk dimintai keterangan.
Dia pun menjemput warganya langsung ke Mapolres hingga mereka dipulangkan malam itu juga.
Budhi mengatakan, dengan alasan Covid-19, polisi harusnya tak gegabah membubarkan kegiatan masyarakat.
Dalam PPKM Mikro itu, diatur kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan seni budaya diperbolehkan untuk digelar, namun dengan pembatasan sesuai protokol kesehatan.
Harusnya, kata dia, aparat kepolisian tinggal menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait aturan itu.
Baca juga: Aksi Kapolsek di Jambi Bantu Perempuan Pendarahan Pakai Double Kabin ke RS
Dia mencontohkan, saat pentas kuda lumping yang mengundang kerumunan, jika ditemukan pelanggaran prokes, polisi mestinya bisa mengingatkan panitia atau penonton agar mematuhi sesuai ketentuan PPKM Mikro.
"Tidak semuanya main bubarkan, tidak benar itu."
"Harusnya diedukasi, kalau kerumunan ya diingatkan bagaimana agar bisa renggang (jaga jarak)," katanya.
Pihak kepolisian sampai saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait kejadian tersebut.
Panitia Pentas Kuda Lumping di Banjarnegara Buka Suara, Sudah Dapat Izin Polsek Madukara
Pembubaran pentas kuda lumping (ebeg) di Kecamatan Madukara oleh aparat kepolisian masih menuai polemik.
Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono kali ini tak sejalan dengan langkah Polres Banjarnegara dalam menanggulangi Covid-19.
Bupati berpedoman pada PPKM Mikro yang mengizinkan kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan seni budaya dengan protokol kesehatan.
Sementara polisi mengambil langkah tegas untuk memecah kerumunan yang berisiko meningkatkan angka Covid-19.
Kegiatan yang diadakan serentak di beberapa desa itu tentunya sudah sepengetahuan aparat keamanan sebelumnya.
Baca juga: Kisah Hariadi Saptono, Tokoh Dibalik Gibran Dapat Restu dari Megawati di Pilkada Solo
Panitia penyelenggara sekaligus Pengurus Paguyuban Kuda Lumping Karya Budaya, Desa Kertayasa Kecamatan Madukara, Slamet mengatakan, pihaknya tidak asal mengadakan acara itu.
Pihaknya menyadari pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Tetapi belakangan pemerintah memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk berkegiatan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Ini jadi kesempatan pihaknya untuk menyelenggarakan pentas kuda lumping setelah setahun lebih vakum karena pandemi.
Pihaknya lantas mengajukan izin ke Pemdes, Pemcam, hingga Pemkab terkait penyelenggaraan acara itu.
Bahkan, dia mengklaim pihaknya telah mendapatkan lampu hijau dari Polsek Madukara untuk kegiatan itu.
Surat permohonan kegiatan juga ditembuskan ke Puskesmas Madukara.
"Dari Pemkab Banjarnegara membolehkan, tapi tergantung pemerintah kecamatan."
"Kalau pemerintah kecamatan tidak membolehkan, ya jangan diadakan," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (15/6/2021).
Karena merasa telah mendapatkan izin dari pemerintah, baik di tingkat desa hingga kabupaten, pihaknya percaya diri untuk mengadakan acara itu.
Rencana kegiatan ini pun disambut antusias, bukan hanya bagi kelompok seni ebeg, namun juga masyarakat.
Buktinya, masyarakat mau iuran atau patungan untuk membiayai penyelenggaraan acara itu.
Selain masyarakat setempat, ada pula donatur yang menyumbang lebih untuk kegiatan itu.
Baca juga: Teror Lempar Batu Resahkan Sopir Truk di Kendal, Dalam Semalam Ada 4 Kejadian
Acara ini pun sengaja diadakan serentak di sejumlah desa se Kecamatan Madukara.
"Mungkin kalau acaranya serentak, masyarakat yang ingin menyaksikan bisa terbagi, tidak ngumpul di satu tempat," katanya.
Mulanya, di Desa Kutayasa, acara sesi pertama, yakni siang sampai sore hari berlangsung lancar, tidak ada pembubaran.
Pihaknya pun memerhatikan betul protokol kesehatan dalam kegiatan itu.
Sekira 400 masker habis dibagi untuk masyarakat yang menyaksikan acara itu.
Panitia juga menyemprotkan disinfektan untuk pencegahan.
Setiap seperempat jam sekali, panitia mengupayakan untuk mengingatkan penonton agar mematuhi prokes, termasuk menjaga jarak minimal semeter dengan penonton lain.
Pada sesi kedua acara, malam hari, suasana agak berubah.
Puluhan polisi mulai berdatangan di tempat acara.
Pihaknya terdorong untuk memperketat prokes di banding sebelumnya.
Ia menyadari, mengatur penonton dalam jumlah banyak untuk menjaga jarak bukan pekerjaan mudah.
Tetapi pihaknya sudah berusaha melakukannya.
Hingga pada Sabtu (12/6/2021) sekira pukul 22.00, polisi tiba-tiba membubarkan acara yang masih berlangsung.
Bukan hanya membubarkan, penanggung jawab acara, Ketua RT, dan ketua panitia dibawa ke Mapolres Banjarnegara.
Adanya warga yang dibawa ke Polres menimbulkan kepanikan tersendiri, terutama keluarga.
"Terus Bupati Banjarnegara lewat, kurang terima."
"Kami bareng-bareng ke Polres Banjarnegara minta warga yang dibawa agar dikeluarkan," katanya.
Baca juga: Geger Rumor Tuyul di Sragen, Uang Warga Hilang Misterius Tiap Ada Bau Busuk
Dia tak menyangka, acara yang sudah mendapatkan restu dari pemerintah harus berakhir dengan pembubaran.
Tetapi pihaknya hanya bisa memaklumi karena situasi masih pandemi.
Pihaknya pun sadar atas konsekuensi menyelenggarakan kegiatan masyarakat di masa pandemi.
"Kami tetap mengikuti anjuran pemerintah," katanya.
Pidato Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Viral, Siap Tanggung Jawab
Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono mempersilakan warganya menggelar kegiatan yang mengumpulkan massa.
Bahkan, dirinya siap pasang badan dan bertanggung jawab penuh atas kegiatan warga tersebut.
Meski begitu, Budhi mengajukan syarat kepada warga atas kelonggaran itu.
Dia hanya berpesan kepada mereka agar tetap patuh terhadap protokol kesehatan.
"Saya berpesan kepada masyarakat, Pak Bupati bertanggung jawab sepenuhnya untuk kegiatan pengajian, olahraga, kesenian, monggo jalan terus. Tapi jangan lupa, protokol kesehatan harus dilaksanakan, jangan sampai tidak," ungkap Budhi dikutip dari Kompas.com, Jumat (18/6/2021).

Budhi menyayangkan, sebelumnya adanya tindakan represif dari aparat kepolisian dalam penertiban kegiatan kesenian kuda lumping di Desa Limbangan, Kecamatan Madukara, baru-baru ini.
Menurut dia, aparat seharusnya mengutamakan pendekatan persuasif saat penegakan protokol kesehatan.
Tindakan represif, kata Budhi, tidak akan membuat warga tertib namun malah justru memicu resistensi.
Kekecewaan Budhi juga terlihat dari sebuah video pidato yang tersebar di media sosial.
Saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (17/6/2021), Budhi membenarkan jika video tersebut diambil pada Minggu (16/5/2021), di Desa Petir, Kecamatan Purwanegara.
"Semua orang ditakut-takuti, tidak boleh keluar rumah. Hajatan tidak boleh, olahraga tidak boleh, yang boleh apa?" kata Budhi dalam video tersebut.
Budhi juga meminta kepada masyarakat agar tidak takut jika ada aparat yang datang.
Dia menyarankan pada masyarakat untuk memfoto siapapun aparat yang berniat membubarkan acara dan melaporkan kepada perangkat desa.
"Pak Kades bisa melaporkan kepada Pak Camat. Kalau ada oknum yang menakut-nakuti, tolong difoto, laporkan Pak Camat nanti dilaporkan Pak Bupati. Saya akan menindak tegas, jangan takut sama siapapun, yang penting prokes dipakai," jelasnya.
Warganet Dukung Bupati Banjarnegara Nyalon Presiden, Minimal Jadi Gubernur Jateng
Seusai ramai video pembubaran pentas kuda lumping di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, kini warganet kembali dihebohkan dengan beredarnya video pidato Bupati Banjarnegara yang mengungkit soal kegiatan masyarakat.
Video itu justru ramai di perbincangkan di grup Facebook kabupaten tetangga, Purbalingga.
Seketika video berdurasi 2:50 menit itu pun menjadi viral.
Dalam pidatonya pada video itu, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono menegaskan akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan masyarakat.
Baik itu keagamaan, olahraga, maupun seni budaya.
Termasuk pentas ebeg yang sempat dibubarkan polisi hingga menuai polemik beberapa waktu lalu.

Meski memberikan lampu hijau untuk kegiatan masyarakat, Bupati mewanti-wanti agar masyarakat betul-betul memerhatikan protokol kesehatan.
"Monggo, jalan terus, tapi aja lali (jangan lupa) prokes," katanya.
Budhi sepertinya serius dengan pernyataannya.
Dia yang sempat kecewa atas aksi pembubaran pihak kepolisian terhadap pentas kuda lumping di wilayahnya.
Dia pun menyemangati warganya agar tetap optimis di masa pandemi Covid-19.
Di hadapan warga, Budhi bahkan tak segan meminta warganya agar memfoto oknum yang menakut-nakuti dan melaporkannya ke Camat.
Dari Camat laporan itu akan diteruskan ke Bupati Banjarnegara.
"Kami akan menindak tegas," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (18/6/2021).
Budhi meminta masyarakatnya untuk tidak takut, asal protokol kesehatan sesuai aturan PPKM Mikro sudah dilaksanakan.
Menurut dia, masyarakat perlu makan, karenanya mereka butuh berkegiatan.
Hanya dalam kegiatan itu, masyarakat wajib menaati protokol kesehatan.
"Ora usah wedi, sing penting jenengan prokes."
"Prokes dinggo, karo mangan rames."
"Lha Iyo dewe butuh urip, butuh mangan, (tidak usah takut, yang penting kalian jaga prokes)."
"Prokes dipakai, sama makan rames. Kita butuh hidup, butuh makan)," katanya.
Baca juga: Dituduh Informan yang Bocorkan Tawuran ke Polisi, 2 Pemuda Dianiaya, Motornya Dirampas Geng Motor
Video Budhi Sarwono yang disambut sorak tepuk tangan warganya itu dibanjiri komentar warga Purbalingga.
Sebagian warganet Purbalingga memuji ketegasan Bupati Banjarnegara dalam menyikapi Covid-19.
Mereka membandingkan dengan kondisi di kabupaten lain yang berlaku sebaliknya karena terlalu banyak larangan dengan alasan Covid-19.
Beberapa warganet bahkan siap mendukung agar Budhi Sarwono mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah bahkan Presiden RI.
"Patut mencalonkan jadi Presiden 2024," tulis warganet dalam kolom kementar. (tribun network/thf/TribunBanyumas.com)