Selasa, 26 Agustus 2025

Ibu dan Anak Tewas di Mobil

PROFIL Sumy Hastry, Polwan Pertama yang Jadi Dokter Forensik, Kini Tangani Kasus Pembunuhan Subang

Berikut profil Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Tribun Jateng/Muh Radlis
Kombes Pol Sumy Hastry Purwanti, saat ditemui di ruangan kerjanya di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jateng, Semarang, Selasa (30/8/2016). TRIBUN JATENG/MUH RADLIS 

- Bom Hotel JW Marriott Jakarta (2009)

- Identifikasi jenazah teroris Noordin M Top (2009)

- Gempa Bumi Padang, Sumatera Barat (2009)

- Kecelakaan Pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak, Bogor Jawa Barat (2012)

Baca juga: UPDATE Kasus Subang: Ahli Forensik Sebut Kebenaran Segera Terungkap hingga Warga Perketat Keamanan

Awal Menekuni Forensik

Diketahui, Hastri mulai fokus menekuni bidang forensik saat ia terlibat dalam sebuah operasi di suatu TKP pembunuhan pada tahun 2000 lalu.

Saat itu Hastry mendapatkan saran dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Poltabes Semarang Ajun Komisaris Purwo Lelono, untuk menekuni bidang forensik.

Saran itu akhirnya membuat Hastry termotivasi, karena saat itu keahlian forensik masih belum dimiliku oleh polwan lain.

Bahkan Hastry merupakan polwan pertama yang menjadi seorang dokter forensik.

Baca juga: Autopsi Pembunuhan di Subang Temukan Petunjuk Baru, Berikut Pernyataan Polisi

”Ketika mendapat saran itu, saya termotivasi karena keahlian forensik ketika itu belum dimiliki polwan lain. Saya adalah polwan pertama yang menjadi dokter forensik,” kata Hastry dilansir Kompas.com.

Wanita kelahiran 23 Agustus 1970 ini kemudian bergabung dalam berbagai operasi tim Identifikasi Korban Bencana atau Disaster Victim Identification (DVI) Polri.

Tugas pertama Hastry dalam tim forensik adalah mengidentifikasi korban bom Bali I pada 2002 silam.

Sejak saat itu Hastri pun memiliki tekad untuk mendalami bidang forensik.

Baca juga: Sehari Setelah Autopsi Tuti dan Amalia, Puluhan Polisi Datangi TKP Pembunuhan di Subang

Yakni dengan menekuni studi kedokteran forensik di Universitas Diponegoro, pada 2002-2005.

Di tengah proses studinya pun Hastry masih mendapat tugas untuk mengidentifikasi korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), dan bom Bali II (2005).

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan