Jumat, 12 September 2025

Dua Minggu Setelah Divaksin, Siswi SD di Tanjungbalai Sumatra Utara Meninggal Dunia

Awalnya dokter menyatakan, Syafa menderita demam berdarah namun sang ibunda tak melihat ada tanda-tanda almarhum menderita penyakit itu

Editor: Eko Sutriyanto
Alif Alqadri Harahap / Tribun-Medan.com
Veronina Ray, orang tua dari Syafa Salsabila Sapnia (10) yang meninggal dunia diduga seusai di vaksin menjelaskan bahwa tidak ditemukan ciri-ciri anaknya terkena penyakit malaria, Rabu(26/1/2022). 

Laporan Wartawan Tribun Medan lif Al Qadri Harahap

TRIBUNNEWS.COM,TANJUNGBALAI - Syafa Salsabila Sapnia (10), warga Tanjungbalai, Sumatera Utara meninggal dunia diduga usai jalani vaksin di sekolah.

Saat ditemui Tribun-Medan.com, mata ibunda Syafa,  Veronina Ray masih tampak sembab.

Ia masih tak percaya atas kepergian putrinya tersebut.

Menurut Veronina, putrinya itu jalani vaksinasi pada Selasa (11/1/2022) di sekolahnya yang ada di Kota Tanjungbalai.

Sebelum divaksin, Syafa dalam keadaan baik-baik saja.

"Saya memang ikut saat anak saya divaksin.

Guru-gurunya juga bagus, tidak memaksa untuk anak muridnya divaksin.

Baca juga: Asparindo: 95 Persen Pedagang Pasar se-Indonesia Sudah Divaksinasi Lengkap

Saya memvaksin anak saya karena salah satu sekolah harus ada surat vaksin kalau mau masuk dan mendaftar," ujar wanita yang akrab di panggil Neina, Rabu(26/1/2022).

Setelah jalani vaksinasi, Syafa mulai merasakan sakit di kepala.

"Seminggu setelah vaksin, pas anak saya ini pulang mengaji, dia merasakan sakit di kepalanya.

Di situ dia mulai nampak sakit," katanya kepada Tribun-Medan.com.

Selain merasakan sakit kepala, Syafa mengalami demam selama dua hari.

 Lalu, Syafa dibawa ke beberapa dokter yang ada di Kota Tanjungbalai hingga dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kota Medan.

Waktu dia demam, sempat minta dikusuk, kami kusuk.

Namun tidak juga reda panasnya, kami bawa ke mantri (bidan) dan diberikan obat.

Demamnya turun, tapi dia enggak mau makan," katanya.

Setelah tidak mau makan, akhirnya Syafa dirujuk ke Kota Medan.

"Setiap pagi keluar darah dari hidungnya tidak berhenti-henti, sehingga kami bawa dia ke dokter Johan, di sana dibilang anak saya ini gejala DBD (Demam Berdarah), sehingga dirujuk ke rumah sakit Husada Medan," katanya.

Saat itu, anaknya diobservasi dan hasil yang didapat disebut DBD. 

Baca juga: Masih Penyelidikan, Polisi Sebut Penyerangan Berdarah di Cibinong Belum Dipastikan Ulah Gangster 

"Waktu itu kondisi hidungnya keluar darah.

Bahkan saat diberi minum karena dia haus, diberi minum oleh ayahnya semakin keluar darahnya dari hidung," katanya.

Namun, ia curiga karenakan indikasi demam berdarah tidak ditemukan di tubuh sang anak.

Sebab, tanda bintik merah khas demam berdarah tidak terlihat pada tubuh Syafa.

"Saya melihat tidak ada bercak bintik merah pada badan anak saya.

Saya memandikan jasad anak saya," katanya.

Ia berharap agar vaksin untuk anak segera ditiadakan bila dampaknya dapat merenggut nyawa.

"Betapa sedihnya saya kalau ada korban lainnya yang meninggal dunia akibat vaksin.

Biar saya saja yang merasakan kehilangan anak akibat vaksin.

Jangan ada ibu lainnya," pungkasnya. (cr2/tribun-medan.com)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Astaghfirullah, Bocah SD di Tanjungbalai Meninggal Diduga Usai Jalani Vaksin

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan