Selasa, 2 September 2025

Sosok Amaq Sinta, Seorang Diri Lawan 4 Begal, 2 Tewas dan 2 Lainnya Melarikan Diri

Amaq Sinta menjadi korban pembegalan pada Minggu (10/4/2022) pukul 24.00 WITA saat melintas di Jalan Raya Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Lombok.

Editor: Hasanudin Aco
Istimewa
Amaq Sinta dijemput Kades Ganti H Acih usai penahanannya ditangguhkan Polres Lombok Tengah, Rabu (13/4/2022). Amaq Sinta adalah korban begal yang melakukan perlawanan hingga menyebabkan pelaku begal tewas. 

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK -  Nama Amaq Sinta langsung viral.

Pria berusia 34 tahun itu melawan seorang diri empat begal yang menggunakan senjata tajam.

Hanya menggunakan pisau dapur dia bisa membela diri.

Dua dari empat begal itu tewas di tangannya.

Dua lainnya melarikan diri setelah melihat kawan-kawannya tak berkutik.

Namun naas setelah kejadian, pria asal Lombok Tengah  itu ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi karena membunuh dua begal saat membela diri.

Baca juga: Amaq Sinta Korban Begal Jadi Tersangka Pembunuhan, Kasusnya Kini Diambil Alih Polda NTB

Amaq Sinta menjadi korban pembegalan pada Minggu (10/4/2022) pukul 24.00 WITA saat melintas di Jalan Raya Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.

Kala itu, ia hendak mengantar makanan dan air hangat untuk keluarga yang tengah menjaga sang ibu yang dirawat di rumah sakit di Lombok Timur.

Namanya viral setelah dia ditetapkan tersangka oleh polisi.

Sosok Amaq Sinta

Amaq Sinta adalah warga Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pria yang disapa Murtede ini memiliki dua anak.

Sehari-hari, Amaq Sinta dan istrinya bernama  Mariana (32), bekerja sebagai petani.

Selama hidupnya, dia mengaku tak pernah mengenyam pendidikan.

"Saya ini orang tidak sekolah, hanya petani tembakau," ungkapnya, Kamis (14/4/2022).

Malam itu dia tidak pernah menyangka akan dibegal 4 orang di tengah jalan.

Sebelum insiden pembegalan, Amq Sinta bercerita sang istri memang menyuruhnya membawa pisau dapur untuk berjaga-jaga.

Lantaran jalan yang dilalui menuju rumah sakit di Lombok Timur gelap.

"Jalannya memang gelap, istri saya menyuruh saya bawa pisau dapur untuk jaga-jaga. Saya bawa," kisah Amaq Sinta.

Saran Mariana pun terbukti, Amaq Sinta berhasil membela diri ketika dibegal empat orang saat akan menuju Lombok Timur.

Peristiwa mencekam terjadi di Jalan Raya Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah tepat pukul 12 malam.

Di perjalanan yang sepi dan gelap, Sinta diikuti oleh empat orang dengan niat jahat.

Makin lama, Sinta makin didekati. Motor Sinta diserempat hingga buatnya tak bisa menghindar.

"Di tengah jalan saya diadang, ditanya mau kemana," kata Sinta.

Karena diadang, Sinta akhirnya turun dari motor dari arah kiri.

Namun tanpa basa basi, begal langsung bringas menebas tangan, punggung, dan pinggang Sinta menggunakan samurai.

Sinta ditebas begal yang berbadan besar dua kali, sementara begal lainnya turun dari motor untuk ikut menyerang pria tersebut.

Tak tinggal diam, Sinta melakukan perlawan demi melindungi nyawanya.

Berbekal pisau dari sang istri, Sinta melakukan pembelaan diri untuk bisa selamat.

"Saya melawan, daripada saya mati,"

"Saya pakai pisau dapur yang kecil, tapi karena mereka yang duluan menyerang saya, saya membela diri," cerita Sinta.

Seandainya para begal tak melakukan kekerasan dan menghadangnya, Sinta mengaku tak akan sampai melakukan kekerasan balik, melainkan lari menyelamatkan dirinya.

"Seandainya dia tidak melakukan kekerasan pada saya dan mengadang, saya ingin lari,"

"Tapi dia justru menebas saya berkali-kali," katanya.

Dengan pisau tersebut, Sinta menonjok seorang begal yang menyerangnya. Pisau dapur itu mengenai dada kiri begal tersebut.

Begal lainnya masih menyerang, Sinta pun bertahan membela dirinya.

Sampai akhirnya, dua dari empat begal menjauh sekitar 400 meter.

Seiring dengan itu, seorang begal mengambil sepeda motor milik Sinta.

Sinta mengejar begal yang membawa kabur motornya dan menusuknya dari arah belakang hingga terkapar.

Karena melakukan pembelaan diri, Sinta terpaksa melakukan kekerasan kepada dua begal hingga nyawa keduanya tak tertolong.

Dua begal tersebut terkapar bersimbah darah, sementara dua lainnya langsung melarikan diri.

Setelah 'peperangan' tersebut, Sinta sempoyongan di tengah jalan dan bergerak ke pinggir jalan.

Beberapa kali Sinta berteriak minta tolong, tapi warga tak ada yang medengarnya.

Barulah setelah dinihari, warga ramai-ramai melihat begal yang sudah terkapar tak berdaya dan Sinta yang tengah duduk di pinggir jalan.

Sinta diberi minum dan menceritakan kronologi peristiwa yang baru saja dialaminya.

Pulang ke rumah

Sinta akhirnya pulang ke rumahnya lalu menenangkan diri di tengah kondisi tubuhnya yang masih sakit.

Meski begitu, tidak terlihat ada luka di sekujur tubuh Amaq Sinta, hanya ada goresan kecil atau seperti goresan merah di bagian pungungnya.

Dikatakan Sinta, dirinya dilindungi oleh Tuhan.

"Tuhan memberi perlindungan pada saya, tidak ada ilmu kebal. Saya ini orang tidak sekolah, hanya petani tembakau," ujarnya

"Melihat senjata yang dipakai saat menebas tangan saya, mungkin tangan saya sudah putus, tapi saya tidak apa-apa karena Tuhan melindungi," sambungnya.

Aparat kepolisian datang ke rumah Sinta pada Minggu sore dan mengambil barang bukti berupa pisau.

Malam harinya, Sinta dijemput polisi tanpa perlawanan.

Kecewa jadi tersangka

Sempat jadi tersangka pembunuhan, Sinta kembali ke rumahnya, setelah penahanan atas dirinya ditangguhkan polisi.

Sinta ditetapkan tersangka akibat perlawannya terhadap begal yang hendak mengambil motornya.

Keluarga dan kerabat dekatnya memadati rumah Sinta. Banyak dari mereka yang mengecek kondisinya.

Sinta mengaku sedih dan kecewa karena dijadikan tersangka, padahal ia hanya mempertahankan hidupnya dari serangan dari empat orang begal.

Sinta menjelaskan, selama berada di kantor Polsek Praya Timur, dirinya dimintai keterangan dan diminta menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan ditetapkan sebagai tersangka, kemudian ditahan di dalam sel tahanan Polsek.

"Ada penjelasan bahwa saya dijadikan tersangka, tetapi saya tidak paham karena saya tidak bisa baca. Saya dijadikan tersangka pembunuh, padahal saya sudah jelaskan kalau saya membela diri," katanya.

Dua malam berada di dalam sel tahanan, Amaq Sinta akhirnya bisa menghirup udara bebas karena penahanannya ditangguhkan.

Penahanan ditangguhkan lantaran aksi sejumlah aktivis yang demo melakukan pembelaan terhadap Sinta.

Awalnya, Amaq Sinta tidak percaya bisa bebas karena ada demo yang membela dirinya.

Tiba-tiba, petugas membuka pintu sel dan menyebutkan bahwa dirinya dibebaskan.

Keluarga berharap, Amaq Sinta bebas dari jerat hukum karena pembunuhan itu akibat membela diri.

Kasus Diambilalih Polda NTB

Kasus Amaq Sinta  kini diambil alih Polda NTB.

Polda NTB akan mendalami kasus tersebut lebih jauh.

"Kasus Amaq Sinta diambil alih oleh Polda NTB, dimana sebelumnya kasus tersebut ditangani oleh Polres Lombok Tengah," kata Kapolda NTB Irjen Pol Djoko Poerwanto, Kamis (14/4/2022).

Pengalihan kasus ke Polda NTB bertujuan mendalami unsur pembelaan diri Amaq Sinta saat menewaskan dua orang yang diduga begal.

Tidak hanya mendalami kasus pembelaan Amaq Sinta, polisi juga akan mendalami dugaan kasus pencurian dengan kekerasan.

Dimana pelakunya berinsial W (32) dan H (17) yang merupakan teman korban yang dibunuh oleh Amak Sinta.

Sumber: Tribun Lombok/Kompas.com/Tribun Solo

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan