Jumat, 12 September 2025

Pemandu Turis di Pulau Rinca Tak Lagi Panjat Pohon untuk Dapat Sinyal Telepon dan Buka Medsos

warga Pulau Komodo kini sudah tidak lagi kesulitan mendapatkan sinyal ponsel.membangun infrastruktur telekomunikasi di pedalaman tidak mudah

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sanusi
Domu D Ambarita/Tribunnews.com
Menkominfo Johnny G Plate (tengah) dan Dirut BAKTI Kominfo Anang Latif (kanan) menjelaskan tentang pembangunan infrastruktur telepon seluler 4G di wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal, dalam forum diskusi bersama para pemimpin redaksi di Labuan Bajo, Minggu (14/8/2022). 

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) membangun BTS di Pulau Rinca sejak tiga tahun lalu. Menurut Direktur Utama BAKTI Kemkominfo Anang Latif (kanan), satu BTS didirikan di titik Desa Pasir Panjang. Dan satu lainnya di balik punggung bukit, untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo dahulu dikenal dengan nama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BPPPTI).

Menurut Anang, pembangunan infrastruktur di Pulau Rinca, untuk membuka akses telekomunikasi kepada warga dan wisawatan yang datang menikmati keindahan alam Labuan Bajo.

“Labuan Bajo, sangat menarik untuk wisatawan, tidak kalah dari Raja Ampat, di Papua,”kata Anang saat berada di lokasi BTS.

Dirut BAKTI Kemenkominfo Anang Latif bajo
Dirut BAKTI Kemenkominfo Anang Latif (rompi-kemeja putih), menjelaskan tentang pembangunan infrastruktur telekomunikasi di wilayah terdepan, tertinggal dan terpencil (3T), saat kunjungan kerja ke Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Sabtu (13/8/2022).

Pulau Rinca menjadi alternatif destinasi wisata untuk melihat dari dekat Komodo. Sebab, pemerintah sempat menaikkan tarif berkunjung ke Pulau Komodo, menjadi sebesar Rp 3,75 juta. Penaikan tarif ditunda hingga 1 Januari 2023.

Menurut Anang, Wilayau pulau-pulau seperti Labuan Bajo, sinyal telepon seperti lampu spotlite. Kadang remang-remang, kadang cahaya kuat. Kalau berada di belakang bukit, sinyal menjadi lemah.

“Di daerah yang banyak pulau, seperti Labuan Bajo, untuk membangun infrastruktur tower BTS, misalnya, pasti mahal. Belum lagi membangun butuh lahan. Lahan menjadi isu tersendiri. Belum lagi untuk pengadaan generator listrik,”ujar Anang.

Biaya membangun satu menara BTS berlikut pendukung sampai dapat beroperasi, membutuhkan alokasi biaya berksiar Rp 1,5 miliar sampai Rp 3,5 miliar.

Oleh karena mengeluarkan biaya besar, Anang meminta penduduk Pulau Rinca turut menjaga keberadaan menara BTS.

“Kita jaga, agar jangan ada yang mencuri. Satu bauta tau satu besi saja dicuri, maka tower ini akan miring, sehingga tidak dapat berfungsi. Padahal besi yang dicuri tidak mudah juga menjualnya, atau tidak bisa juga digunakan, jadi jangan dicuri,”kata Anang. (domu d ambarita)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan