Santri Tewas Dianiaya
Respons MUI soal Kasus Santri Ponpes Gontor Ponorogo Tewas Dianiaya
Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis, menilai perlu pembinaan pada pengurus santri di seluruh Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM - Kasus penganiayaan santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor, AM belakangan ini menjadi sorotan publik.
Penganiayaan hingga berujung tewasnya AM tersebut juga mengundang reaksi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis, menilai perlu pengawasan yang lebih efektif pada santri di seluruh Indonesia.
Pihaknya juga berharap kasus tersebut diproses secara hukum serta dilakukan pembinaan terhadap pengurus agar kasus tidak terulang.
Pernyataan itu disampaikan Cholil Nafis, melalui akun twitter pribadinya @cholilnafis, Selasa,(06/09/2022).
"Perlu pelatihan pengurus pesantren untuk mitigasi resiko pertengkaran santri dan pengawasan yang efektif," tulis Cholil.
Baca juga: Curhat Pilu Soimah, Ibunda AM, Santri Ponpes Gontor yang Tewas Dianiaya: Ak, Maafin Umi ya!
Cholil juga meminta agar kasus tersebut dapat diselesaikan dan diproses secara hukum.
Serta peristiwa ini dapat dijadikan pembelajaran untuk mengingatkan perlunya pengawasan dari pengasuh maupun pengurus pesantren kepada santri.
"Bahwa hukumnya ya diproses. Begini ini harus menjadi pelajaran dan pengetatan pengawasan pengasuh dan pengurus pesantren terhadap para santri di seluruh pesantren," tulis Cholil.
Ponpes Gontor Sempat Tak Transparan Terkait Tewasnya AM
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) sempat tidak transparan terkait penyebab kematian AM, santri asal Palembang, Sumatera Selatan.
AM sempat disebut meninggal karena kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).
Pondok Gontor kemudian mengeluarkan klarifikasi terkait kematian AM karena tindakan penganiayaan.
Pernyataan ini respons dari viralnya video di media sosial, Soimah ibu dari santri berinisial AM yang mengendus kejanggalan pada tewasnya sang anak.
Soimah mendapatkan laporan dari wali santri lain yang menyebutkan korban AM meninggal bukan karena kelelahan.
 
Keluarga akhirnya meminta peti jenazah anaknya dibuka, ternyata kondisi korban bukan karena jatuh, melainkan diduga akibat kekerasan.
"Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga."
"Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima.
"Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi," kata Soimah, dilansir Tribunnews , Rabu (7/9/2022).
Ponpes Gontor Minta Maaf
Diwartakan Tribunnews sebelumnya, Pihak PMDG Ponorogomeminta maaf dan berduka cita atas wafatnya santri tersebut.
PMDG juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga korban karena tidak jelas dan terbuka dalam proses pengantaran jenazah.
Tim pengasuhan santri juga mengakui bahwa menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya korban.
"Menyikapi hal ini kami langsung bertindak cepat dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut,” kata Juru bicara PMDG Ponorogo, Jawa Timur, Noor Syahid,
Sanksi itu berupa dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari ponpes secara permanen.
PMDG Ponorogo juga siap mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini.
Polisi Gelar Olah TKP
Satreskrim Polres Ponorogo melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait tewasnya santri AM.
Dari olah TKP tersebut, pihak kepolisian telah mengamankan sejumlah barang bukti, mulai dari pentungan, minyak kayu putih, air mineral, hingga becak.
Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan, olah TKP difokuskan di tempat perkemahan,.
Di mana tempat tersebut digunakan santri saat peristiwa terjadi.
Selain itu, pihak kepolisian juga melakukan pra rekonstruksi, mulai dari tempat perkemahan hingga terakhir di IGD Rumah Sakit Pondok Gontor.
"Kita sudah melaksanakan olah TKP pengumpulan barang bukti yang dilanjutkan dengan pra rekonstruksi, dalam pra rekonstruksi ada total 50 adegan yang sudah dirangkum dari awal sampai akhir di IGD."
"Selanjutnya ada tahap pemeriksaan, sudah 11 orang termasuk dari staf IGD," kata AKBP Catur Cahyono Wibowo, Selasa (6/9/2022) sebagaimana dilansir Tribunnews.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Erik S/Galuh Widya Wardani)
 
							 
							 
							 
			![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
											 
											 
											