Rabu, 20 Agustus 2025

Sekeluarga Meninggal di Magelang

Sosok Dhio Daffa Syahdilla, Pria yang Bunuh Keluarganya di Magelang, Sering Berbohong dan Boros

Keluarga dan guru ngaji ungkap sosok Dhio Daffa yang kini menjadi tersangka. Dhio terbukti membunuh tiga anggota keluarganya sendiri dengan racun.

TribunJogja.com/Nanda Sagita Ginting
Penampakan kondisi rumah tempat penemuan jenazah di Mertoyudan, Magelang, Senin (28/11/2022). Sosok Dhio Daffa yang menjadi tersangka kasus pembunuhan yang menewaskan tiga anggota keluarganya. 

TRIBUNNEWS.COM - Dhio Daffa Syahdilla (22) ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan yang menewaskan ayahnya, Abbas Ashar (58), ibunya, Heri Riyani (54), dan kakak perempuan pertama, Dhea Choirunnisa (25).

Dhio terbukti membunuh keluarganya sendiri dengan cara memberikan racun pada minuman teh dan es kopi, Senin (28/11/2022).

Aksi pembunuhan ini dilakukan di rumah keluarga di Jalan Sudiro, No 2, Gang Durian, RT10/RW1, Desa Prajenan, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Ia ditetapkan sebagai tersangka setelah ditemukan sejumlah barang bukti dan Dhio telah mengakui semua perbuatannya.

Sosok Dhio Daffa

Dhio Daffa Syahdilla merupakan anak kedua dari pasangan Abbas Ashar dan Heri Riyani.

Ia tak bekerja dan tinggal satu rumah dengan ayah ibunya yang kini sudah meninggal.

Baca juga: Cara Kerja Racun Arsenik, Tewaskan Sekeluarga di Magelang, hingga Pernah Dipakai untuk Bunuh Munir

Kakak tertua dari korban Heri Riyani, Sukoco (69), mengungkap sosok Dhio yang menjadi tersangka dalam kasus ini.

Sukoco sempat curiga jika Dhio yang melakukan pembunuhan ini karena sikapnya aneh akhir-akhir ini.

"Masalah internal, DDS si pelaku itu sendiri. Kalau internal keluarga, yang pasti saya tidak tahu persis. Tapi, kelakukan dari pelaku ini. Akhir-akhir ini, kelakuan pelaku saya tidak tahu. Cuma, ada yang laporan atau masukan ke saya, bahwa si A begini begini. Kalau ngomong sering bohong," ungkapnya dikutip dari TribunJogja.com.

Sebelum peristiwa pembunuhan, Heri Riyani pernah bercerita kepadanya jika Dhio anak yang boros dan sering menghamburkan uang.

Uang yang diberi oleh orang tua tidak jelas digunakan untuk apa.

"Minta duit banyak untuk arahnya digunakan apa, tidak tahu. Dulu, Heri (Almarhumah) pernah curhat, membayari tersangka tiap bulan Rp 32 juta untuk ini, itu dan sebagainya. Pernah. Buat kursus atau apa gitu. Tapi tidak ada buktinya," terangnya.

Sementara itu, guru ngaji tersangka bernama Ahmad Anwari mengatakan Dhio sosok yang baik dan berasal dari keluarga yang baik.

"Saya tidak menyangka anak ini melakukan ini. Dari kecil saya mengajar dia mengaji. Anaknya itu sebenarnya apik (baik), saya ya kaget tau-tau anaknya seperti itu. Orangtuanya juga apik (baik), keluarganya sangat apik (baik)," jelasnya dikutip dari TribunJogja.com.

Baca juga: Anak Pakai Arsenik untuk Racuni Keluarganya hingga Tewas di Magelang, Dokter: Kadarnya Sangat Tinggi

Ahmad Anwari mengatakan sifat Dhio berubah setelah lulus SMA karena jarang terlihat ke masjid.

Dhio juga sempat mengalami kecelakaan yang membuatnya kelihangan beberapa jari.

"Sejak kecelakaan itu, ya sewaktu lulus SMA dia (tersangka) mulai tidak pernah ke masjid. Bahkan, Salat Jumat pun tak pernah kelihatan," imbuhnya.

Ia mengaku mengenal baik pelaku ketika masih kecil dan untuk saat ini tidak mengetahui kesibukan dan kegiatan Dhio.

"Saya juga tidak tahu, katanya pegawai di KAI tapi setelah di cek tidak ada. Dia (Dhio) juga tidak pernah kelihatan pergi bekerja, kalau ditanya ke orangtuanya yaitu kerja online. Kalau pernah kuliah atau tidak saya juga tidak mengetahui, memang ada rencana mau coba TNI," pungkasnya.

Jenis racun yang digunakan

Rumah korban ketika dipasangi garis polisi saat olah TKP di Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Senin (28/11/2022)
Rumah korban ketika dipasangi garis polisi saat olah TKP di Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Senin (28/11/2022) (TribunJogja.com/Nanda Sagita Ginting)

Plt Kapolresta Magelang, AKBP Mochamad Sajarod Zakun mengatakan hasil autopsi dan sisa barang bukti di TKP menunjukkan adanya upaya pembunuhan dengan memberi racun ke minuman para korban.

Sejumlah barang bukti yang diamankan seperti dua gelas minuman teh, satu gelas es kopi, dan sendok untuk mengaduk.

Baca juga: Sekeluarga di Magelang Diduga Tewas Diracun Pakai Arsenik, Otak hingga Jantung Korban Rusak

Ia menambahkan racun yang digunakan untuk membunuh satu keluarga ini mengandung zat arsenik.

"Semacam zat arsen (arsenik)," jelasnya dikutip dari TribunJogja.com.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Tengah, dr Sumy Hastry Purwanti menjelaskan racun yang digunakan tersangka sangat mematikan.

Menurutnya jenis racun tersebut bekerja sangat cepat untuk membunuh korban setelah dikonsumsi.

Ketiga korban diperkirakan meninggal dalam waktu antara 15-30 menit setelah meminum minuman yang telah diberi racun.

"Sekitar 15 sampai 30 menit (durasi korban meninggal setelah mengkonsumsi minuman yang sudah dicampur racun," ungkapnya dikutip dari TribunJogja.com.

dr Sumy menjelaskan cara kerja jenis racun ini sehingga dapat membunuh korban.

Setelah korban meminum minuman beracun, racun tersebut akan masuk ke pembuluh darah dan mengakibatkan beberapa organ tubuh korban mengalami kerusakan seperti terbakar.

Baca juga: Kejanggalan Kasus 1 Keluarga Tewas Diracun di Magelang, Tak Ada Muntahan hingga Pelaku Tolak Autopsi

Organ tubuh yang dapat rusak karena racun ini yakni tenggorokan, lambung, usus, hati, jantung, paru-paru dan otak.

"Organnya merah seperti terbakar," terangnya.

Motif pembunuhan

AKBP Mochamad Sajarod Zakun menjelaskan motif DDS membunuh tiga anggota keluarganya karena merasa sakit hati atas perbedaan perlakuan yang diberikan orang tua kepadanya dan kakak pertama.

Ia menambahkan DDS merasa sakit hati karena hanya dia yang diberi beban untuk membantu perekonomian keluarga, sedangkan kakaknya tidak.

Berdasarkan keterangan para saksi, ayah DDS yakni AA sudah pensiun sejak dua bulan lalu.

Sebelum AA pensiun ekonomi keluarga bergantung kepada gaji AA.

Namun setelah AA pensiun mulai ada masalah di keuangan keluarga karena pengeluaran keluarga cukup tinggi.

DDS dibebani untuk membantu perekonomian keluarga dan hal inilah yang menjadi motif pembunuhan.

"Anak pertama (DK) sempat bekerja, tapi sekarang sudah keluar, sedangkan anak kedua (DDS) tidak bekerja. Tapi dia (DDS) dibebani untuk membantu keuangan keluarga. Hal itulah yang membuat pelaku (DDS) sakit hati,” jelasnya.

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJogja.com/Hari Sumayanti/Alifia Nuralita/Nanda Sagita Ginting)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan