Kamis, 11 September 2025

Pengasuh Ponpes di Batang Cabuli Puluhan Santriwati, Modusnya Dinikahi Secara Siri Tanpa Saksi

Pantauan Tribunjateng.com di lokasi, kepolisian membawa sejumlah barang bukti seperti alas lantai, beberapa pakaian hingga kasur

Editor: Eko Sutriyanto
ist
Ilustrasi pencabulan - Oknum pengasuh pondok pesantren di Wonosegoro, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang diduga telah melakukan pencabulan terhadap  puluhan santriwatinya 

Laporan Wartawan Tribun Jateng  Dina Indriani

TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Oknum pengasuh pondok pesantren di Wonosegoro, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang diduga telah melakukan pencabulan terhadap  puluhan santriwatinya.

Puluhan polisi diturunkan  untuk melakukan penggeledahan dan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Pantauan Tribunjateng.com di lokasi, kepolisian membawa sejumlah barang bukti seperti alas lantai, beberapa pakaian hingga kasur.

Proses olah TKP berlangsung mulai 08.30 hingga 13.30, dan saat ini pelaku sudah diamankan di Polres Batang.

Baca juga: Ekspor Gak Harus Mahal, Pedagang Asal Batang Ini Kirim Ribuan Daster ke Singapura

Tidak hanya kepolisian tampak juga sejumlah petugas dari Dinas Kesehatan  dan Tim Dokkes Polres Batang yang melakukan visum terhadap santriwati ponpes tersebut.

"Terkait kasus tersebut benar terjadi, saat ini masih dalam penyelidikan kami, untuk selanjutnya kalau sudah terang benderang akan kami sampaikan, tunggu ya akan ada pers rilis," tutur Kapolres Batang AKBP Saufi Salamun melalui Kasihumas Polres Batang, AKP Busono, Rabu (5/4/2023).

Kades Wonosegoro, Solichin membenarkan ada penyitaan barang bukti oleh kepolisian.

Ia menjadi saksi dan melihat ada penyitaan sekitar 12 barang bukti.

 Solichin mengatakan tidak begitu kenal dengan oknum pengasuh pondok pesantren tersebut, dan hanya bertemu ketika pengasuh salat jumat.

"Santrinya dari luar semua, warga sini gak ada yang mondok di sini, rata rata dari luar dari daerah batang Pekalongan, kebanyakannya Pekalongan, Kajen," ucapnya.

Pihak warga enggan memondokkan anaknya di ponpes itu karena tidak boleh pulang, seluruh santri harus tinggal di pondok meski rumahnya di sebelah ponpes.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, pada Minggu (2/4/2023) malam ada lima santriwati yang melapor lalu pada Senin (3/4/2023) bertambah delapan santriwati yang melapor dan kemungkinan masih bertambah.

Seorang korban berinisial S (16) mengaku tiga kali diperlakukan tak senonoh oleh pengasuhnya.

Modus yang djpakai adalah para santriwati yang cantik dipanggil ke sebuah ruangan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan