Jumat, 15 Agustus 2025

Kisah Pemuda Pulau Rote Meniti Cita-cita Lewat Beasiswa UPH

Terdapat tiga jenis tes bagi para calon penerima beasiswa saat itu, yakni tes tertulis, psikologi, dan wawancara.

pixabay.com
Ilustrasi Beasiswa. Aldy M Fanggidae, mengaku tidak menyangka bakal menuntut ilmu jauh dari tanah kelahirannya di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Kamar asrama yang disediakan UPH diisi oleh 7 sampai 10 orang mahasiswa dari berbagai daerah. Meski merasakan kekhawatiran di awal, Aldy mengaku dapat beradaptasi dengan teman sekamarnya.

"Lalu saya mikir bagaimana saya bisa hidup dengan orang yang kita tidak kenal. Karena di UPH TC itu seperti miniatur Indonesia. Saya awalnya banyak ketakutan. Akhirnya kalau ada kesulitan pasti akan kita hadapi bersama," tutur Aldy.

Salah satu pengalaman berkesan bagi Aldy saat pertama kali diterima di UPH, adalah penyambutan dari para senior.

Sesuai tradisi di UPH, senior melakukan penyambutan dengan berdiri sepanjang jalan dari depan gerbang H sampai asrama sambil menyanyikan lagu selamat datang.

Menurut Aldy, penyambutan dan suasana di UPH membuat persaudaraan antar mahasiswa menjadi semakin kental.

Para mahasiswa memiliki ikatan yang kuat sehingga tidak merasa berada di lingkungan asing.

Terkait pembelajaran, Aldy mengaku tidak merasakan pembedaan dengan mahasiswa reguler. Justru dirinya mendapatkan pembekalan yang cukup dalam perkuliahan untuk menjadi guru.

Selain itu, Aldy merasakan pada lingkungan pergaulan juga tidak terdapat diskriminasi dari mahasiswa lain.

"Kalau untuk diskriminasi aku gak merasakan karena budaya di sini cukup sehat. Kita bisa menghormati satu sama lain," tutur Aldy.

Bahkan, Aldy mendapatkan kepercayaan sebagai Ketua BEM di UPH. Aldy mampu menunjukan kemampuannya berorganisasi selama aktif di BEM.

Mengenai cita-citanya, Aldy mengaku tetap konsisten pada misinya untuk menjadi pengambil kebijakan di bidang pendidikan.

Meski begitu, Aldy masih harus menjalani ikatan dinas sebagai guru untuk mengajar di sekolah yang berada di bahwa naungan Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH).

"Jadi selain sekolah milik yayasan dan bisa juga di sekolah mitra. Mungkin saya akan menjalani peran sebagai pemegang beasiswa. Setelah itu lanjutkan pendidikan dan saya akan mengejar tujuan saya menjadi pengambil kebijakan di bidang pendidikan," tutur Aldy.

"Di NTT ada sekolah Dian Harapan Kupang. Kemungkinan itu ada mengajar di NTT. Tapi kami tidak bisa menentukan tempat, UPH yang menentukan. Harus selalu siap, kalau ditempatkan di Papua harus siap, di Kupang selalu siap," kata Aldy.

Setelah melewati sejumlah pengalaman Aldy berpesan kepada para pemuda dari wilayah lain yang memiliki keterbatasan untuk berani bermimpi mengejar pendidikan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH), Stephanie Riady, mengatakan pihaknya selama ini telah memiliki sekolah-sekolah di pelosok Nusantara.

"Kami juga punya sekolah di pelosok-pelosok Indonesia, lebih banyak sekolah di pelosok bahkan dibandingkan di kota besar. Dari daerah tertinggal di NTT, Papua, Nias," ucap Stephanie.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan