Senin, 25 Agustus 2025

Kasus Bocah Tewas usai Divonis Mati Batang Otak, Pihak RS Menangis Minta Maaf: Tak Ada Niat Apa pun

Tangis pihak RS Kartika Husada saat meminta maaf kepada keluarga A (7), bocah yang meninggal dunia setelah didiagnosa mati batang otak.

Penulis: Jayanti TriUtami
Kolase/YouTube Kompas TV/TribunJakarta.com
Tangis komisaris RS Kartika Husada pecah saat meminta maaf kepada keluarga A. Sebelumnya, A meninggal dunia setelah didiagnosa mati batang otak tak lama seusai menjalani operasi amandel. 

TRIBUNNEWS.COM - Pihak Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, tak kuasa menahan tangis saat meminta maaf kepada keluarga A (7).

Seperti diberitakan, A meninggal dunia setelah dinyatakan mengalami mati batang otak di RS Kartika Husada, Senin (2/10/2023).

Sebelum didiagnosa mengalami mati batang otak, A sempat menjalani operasi amandel di rumah sakit yang sama.

Setelah kasus ini viral, pihak RS Kartika Husada akhirnya buka suara, Selasa (3/10/2023).

Komisaris RS Kartika Husada, Nidya Kartika, berurai air mata saat menyampaikan permintaan maafnya kepada keluarga A.

Baca juga: Polisi Selidiki Laporan soal Anak 7 Tahun yang Divonis Mati Batang Otak Usai Operasi Amandel

Ia membantah tudingan malpraktik yang dilayangkan keluarga A kepada pihak rumah sakit.

"Dari hati yang paling dalam, kami mohon dimaafkan segala kekurangan yang menimbulkan kekecewaan selama dilakukan pengobatan dan perawatan," ujar Nidya, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube Kompas TV, Selasa (3/10/2023).

Nidya menyebut pihak rumah sakit sudah berupaya memberikan perawatan terbaik untuk menyelamatkan nyawa A.

Terdengar, suara Nidya bergetar menahan tangis.

Ia mengatakan pihak rumah sakit tidak berniat merugikan keluarga A.

"Insya Allah, sejak awal tindakan perawatan maupun pengobatan untuk adik A dari hari dan menit pertama tim medis berupaya memberikan yang terbaik," ucap Nidya.

"Tidak mungkin ada niat apapun dari tim medis juga pihak rumah sakit yang merugikan atau menelantarkan pasien anak A."

Kendati demikian, Nidya mengakui sempat ada kesalahpahaman antara keluarga A dengan pihak rumah sakit.

Saat itu, pihak rumah sakit disebut tidak memberikan resume medis kepada keluarga A.

"Hal ini baru saya ketahui hari Jumat kemarin tanggal 29 September 2023, setelah saya menemui keluarga adik A, kami berkomunikasi dengan baik, dua arah setelah itu baru kamu mengerti apa yang diinginkan keluarga," jelasnya.

Komisaris RS Kartika Husada, Nidya Kartika
Komisaris RS Kartika Husada, Nidya Kartika, saat memberikan klarifikasi terkait kematian A, bocah 7 tahun yang sempat mengalami mati batang otak setelah menjalani operasi amandel.

Baca juga: Kronologi Tewasnya Bocah 7 Tahun di Bekasi, Bermula dari Operasi Amandel Berujung Mati Batang Otak

Menurut Nidya, kondisi A kala itu tidak memungkinkan untuk dirujuk ke rumah sakit lain.

Pihak rumah sakit, lanjut dia, juga telah melakukan rapat khusus untuk membahas penanganan A.

Saat pihak rumah sakit sudah menemukan titik terang penanganan, A dinyatakan meninggal dunia.

"Akomodasi sudah stand by, konsultasi dengan konsultan medis sudah terjadwal, tapi kondisi adik BA semakin menurun dan semakin jauh dari harapan, pada hari Senin kemarin adik BA tidak bisa bertahan," ucap Nidya.

Risiko Tindakan Operasi Amandel

Masih dalam kesempatan yang sama, Nidya menyebut pihak rumah sakit telah memberikan informasi terkait risiko operasi amandel yang dijalani A.

Termasuk, risiko mati batang otak yang akhirnya dialami oleh bocah 7 tahun tersebut.

"Tindakan medis itu kan sudah diinfo, pasti ada risikonya," ujar Nidya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa (3/10/2023).

"Setiap risiko itu berbeda setiap penyakit, dari risiko terkecil sampai terbesar sudah dijelaskan ke keluarga pasien."

"Sebelum dilakukan operasi sudah diberitahu, sudah ada risiko itu," imbuhnya.

Baca juga: RS Disebut Tak Beri Penjelasan Pasti Soal Sebab Anak A Alami Mati Batang Otak Usai Operasi Amandel

Menurut Nidya, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya mati batang otak yang dialami A.

"Kita enggak tahu, badan setiap orang kan berbeda. Kita enggak tahu kondisi medis si anak sebelumnya, reaksi si anak ini bisa berbeda," tandasnya.

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan