Kamis, 4 September 2025

Pesawat TNI AU Jatuh di Gunung Bromo

FDR Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan Sudah Berada di Lanud Abdulrachman Saleh Malang

Saat ini, kata dia, pesawat militer khususnya seperti Super Tucano, sudah dilengkapi dengan FDR di mana biasanya pesawat militer tidak dilengkapi

Penulis: Gita Irawan
Tribunnews.com/Gita Irawan
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati saat konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Jumat (17/11/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati mengatakan tim investigasi TNI AU telah mendapatkan Flight Data Recorder (FDR) pesawat Super Tucano yang mengalami kecelakaan dan jatuh di Pasuruan Jawa Timur.

Agung mengatakan FDR tersebut saat ini sudah berada di Lanud Abdulrachman Saleh Malang.

Hal tersebut disampaikannya saat konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Jumat (17/11/2023).

"Perlu kami sampaikan bahwa data dari Flight Data Recorder, khususnya Flight Data Recorder sudah berada di Lanud Abdulrachman Saleh. Mudah-mudahan bisa kami baca untuk bisa memberi penjelasan lebih lanjut apa yang terjadi dalam penerbangan ini," kata Agung.

Untuk proses investigasi, kata Agung, sementara ini sudah dapat dilaksanakan oleh internal TNI AU

TNI AU, kata Agung, memiliki personel yang merupakan lulusan dari sekolah-sekolah investigasi di luar negeri yang cukup handal khususnya di bidang penerbangan militer. 

Saat ini, kata dia, pesawat militer khususnya seperti Super Tucano, sudah dilengkapi dengan FDR di mana biasanya pesawat militer tidak dilengkapi dengan FDR 

Dengan demikian, kata dia, hal itu diharapkan dapat memudahkan proses investigasi.

"Tentu, kita akan gunakan bantuan (pihak) luar apabila kita kesulitan untuk mengungkap. Tetapi mestinya kami sementara masih bisa melaksanakan investigasi sendiri. Karena kita juga memiliki ahli-ahlinya, tentunya kita akan berupaya sendiri dulu. Baru setelah itu, kita minta bantuan dari luar," kata dia.

Baca juga: Cerita 4 Personel TNI AU yang Selamat dari Insiden Jatuhnya Pesawat Super Tucano di Pasuruan

Agung mengatakan selain FDR, video-video yang beredar terkait kecelakaan pesawat tersebut dan keterangan warga juga akan jadi bahan investigasi.

Hal yang terpenting dalam proses investigasi tersebut, kata dia, adalah perbaikan dari prosedur saat pesawat tempur mengalami kondisi blind atau pilot tidak dapat melihat akibat awan tebal atau cuaca buruk saat sedang latihan terbang formasi.

Dengan demikian, kata dia, diharapkan seluruh pesawat yang terlibat dalam latihan terbang formasi dapat selamat bila mengalami kondisi tersebut.

"Jadi, tujuan daripada investigasi adalah memperbaiki prosedur, menambah prosedur, atau mengurangi hal-hal yang tujuannya untuk keselamatan penerbangan dan keselamatan misi," kata Agung.

Diketahui, kotak hitam pada pesawat terdiri dari dua peranti, yakni FDR (Flight Data Recorder) atau perekam data penerbangan dan CVR (Cockpit Voice Recorder) atau perekam percakapan pilot.

Bentuk Tim Investigasi

Empat jenazah awak pesawat tempur TNI Super Tucano yang jatuh di area Watu Gede, Kecamatan Puspo, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023) berhasil ditemukan dan dievakuasi.
Empat jenazah awak pesawat tempur TNI Super Tucano yang jatuh di area Watu Gede, Kecamatan Puspo, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023) berhasil ditemukan dan dievakuasi. (Kolase Tribunnews/Kompas Tv)

TNI Angkatan Udara membentuk tim investigasi untuk mencari penyebab terjadinya kecelakaan jatuhnya dua pesawat Super Tucano Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh Malang pada Kamis (16/11/2023).

Agung mengatakan tim tersebut dibentuk oleh Pusat Kelaikudaraan Dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Puslaiklambangja) TNI AU.

Tim tersebut, kata dia, akan melakukan investigasi dengan melihat sejumlah faktor.

"Faktor-faktor yang dikenal dengan istilah 5 M (Man, Machine, Medium, Mission and Management) secara menyeluruh terhadap penyebab jatuhnya kedua pesawat," kata Agung ketika dikonfirmasi Tribunnews.com pada Jumat (17/11/2023).

Tim, kata dia, akan memeriksa secara langsung kondisi pesawat pasca kecelakaan di lokasi kejadian.

Selain itu, lanjut dia, tim investigasi juga akan menjalani seluruh prosedur dalam menginvestigasi jatuhnya pesawat TNI AU, di antaranya kondisi cuaca pada saat kejadian, melakukan pemeriksaan seluruh personel yang terlibat dalam penerbangan dan berbagai kemungkinan lainnya. 

"Dan terutama Flight Data Recorder pesawat yang merekam data penerbangan, data mesin, data komunikasi penerbang dan video penerbangan sampai detik terakhir berfungsi," kata dia.

"Semoga investigasi berjalan lancar agar kita semua bisa mencegah hal yang sama terulang," sambung dia.

Empat Perwira Gugur

Sebanyak empat prajurit terbaik TNI Angkatan Udara gugur dalam kecelakaan pesawat EMB 314 Super Tucano TT-3103 dan TT-3111 pada Kamis (16/11/2023).

Pesawat Super Tucano TT-3111 diawaki oleh Letkol Pnb Sandhra Gunawan dan Kolonel Adm Widiono.

Sedangkan pesawat Super Tucano TT-3103 diawaki Mayor Pnb Yuda Anggara Seta dan Kolonel Pnb Subhan.

Keempat jenazah disemayamkan di Lanud Abdulrachman Saleh setelah dievakuasi dari lokasi kejadian oleh tim rescue TNI AU, Basarda, aparat teritorial, dibantu warga masyarakat.

Pesawat EMB 314 Super Tucano tersebut sebelumnya melaksanakan misi profisiensi formation flight dan tinggal landas dari Lanud Abdulrachman Saleh Malang (Abd) pada pukul 10.51 WIB.

Kedua pesawat tersebut sempat dinyatakan hilang kontak pada pukul 11.18 WIB.

Sempat terdengar bunyi ELT (Emergency Locator Transmitter) dari kedua pesawat pada waktu berbeda hingga akhirnya dilaporkan warga dan aparat teritorial telah mengalami kecelakaan yaitu jatuh di daerah Keduwung, Pasuruan.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan