Kamis, 2 Oktober 2025

Pesawat TNI AU Jatuh di Gunung Bromo

Detik-detik Pesawat Super Tucano TNI AU Jatuh, Warga : Ada Suara Gemuruh Lalu Terdengar Ledakan

Saat itu Desa Keduwung yang berada di lereng gunung bromo sedang diselimuti kabut tebal dan cuaca mendung

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun Jatim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berdukacita atas gugurnya empat awak pesawat TNI AU yang jatuh di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis, (16/11/2023) 

TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Bisa jadi Sukastini menjadi salah satu saksi mata penting detik-detik pesawat TNI AU yang jatuh di lereng gunung Bromo di Pasuruan, Jawa Timur.

Bahkan dirinya nyaris menjadi korban insiden jatuhnya pesawat itu.

Warga Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan menceritakan bagaimana detik-detik pesawat jatuh.

Pagi itu, ia dua pesawat itu terlihat datang dari arah utara dengan keanehan.

Keduanya dalam jarak yang cukup pendek.

Baca juga: FDR Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan Sudah Berada di Lanud Abdulrachman Saleh Malang

Saat itu Desa Keduwung sedang diselimuti kabut tebal dan cuaca mendung.

Sambil menangis, Sukastini menceritakan keanehan yang ia lihat sebelum pesawat tersebut menghantam tanah.

Sukastini mengaku saat itu sedang berlangsung aktivitas memotong kayu bakar di bukit.

 Ia mengaku mendengar suara gemuruh.

Saksi selamat tragedi pesawat TNI AU jatuh mengungkapkan adanya kejanggalan saat melihat pesawat dari atas.
Saksi selamat tragedi pesawat TNI AU jatuh mengungkapkan adanya kejanggalan saat melihat pesawat dari atas. (TribunJatim.com, Kompas TV Live)

Lalu kedua pesawat itu mengalami kecelakaan.

"Saya melihat ada dua pesawat dari arah utara tapi anehnya, pesawat itu terbang pendek," ujar Sukastini, yang berada di rumahnya saat kejadian.

Setelah mendengar suara ledakan, Sukastini langsung berlari menyelamatkan diri sambil menangis.

Ponjoyo, suami Sukastini, menambahkan  selisih waktu antara kecelakaan kedua pesawat tersebut hanya sekitar dua menit.

Pertama, satu pesawat menabrak bukit Watugedek.

Kemudian ledakan dari pesawat yang jatuh di area Lumbang.

Kedua kejadian tersebut mengguncang ketenangan warga di sekitar Lereng Gunung Bromo.

Ponjoyo menyebut selisih waktu dua pesawat itu terjatuh tidak lama sekira 2 menit.

Ponjoyo turut mendengar suara ledakan.

"Selisih dua pesawat itu terjatuh tak lama, sekitar 2 menit. Awalnya satu pesawat menabrak bukit Watugedek.

Lalu terdengar ledakan dari pesawat yang jatuh di area Lumbang," sebutnya. (Danendra Kusuma/TribunJatim.com)

Penjelasan TNI AU

Ada empat pesawat tempur Super Tucano TNI Angkatan Udara (AU) yang lepas landas satu per satu dari Lanud Abdulrachman Saleh Malang untuk berlatih terbang formasi pada hari nahas itu, Kamis (16/11/2023) itu.

Keempat pesawat tersebut diawaki masing-masing dua personel TNI AU.

Di udara, mereka kemudian bergabung membentuk satu kesatuan formasi.

Dalam formasi tersebut, jarak di antara keempat pesawat relatif sangat dekat.

Keempat pesawat kemudian keluar masuk ke dalam awan yang cenderung tipis namun tiba-tiba awan menebal dengan pekat.

Baca juga: Tim Investigasi TNI AU Diterjunkan untuk Cari Kotak Hitam Pesawat Tempur, Cuaca Buruk jadi Kendala

Jarak pandang kemudian semakin menipis.

Saking tebalnya awan, pesawat terdekat tidak dapat terlihat dalam jarak pandang 30 meter.

Dalam istilah penerbangan, kondisi tersebut disebut dengan blind atau buta.

Dalam kondisi blind terdapat prosedur keselamatan yang harus dilakukan yakni saling menjauhkan diri.

Saat proses saling menjauhkan diri  terdengar suara emergency locator transmitter (ELT) satu kali dari salah satu pesawat.

Pesawat TNI AU mengalami kecelakaan di Pasuruan, Jawa Timur hari ini, Kamis (16/11/2023) sekitar pukul 11.20 WIB. - Berikut kronologi dan penyebab jatuhnya pesawat tempur milik TNI AU
Pesawat TNI AU mengalami kecelakaan di Pasuruan, Jawa Timur hari ini, Kamis (16/11/2023) sekitar pukul 11.20 WIB. - Berikut kronologi dan penyebab jatuhnya pesawat tempur milik TNI AU (Kolase Tribunnews.com)

Tidak lama kemudian, terdengar lagi suara ELT dari pesawat lainnya.

Dua dari empat pesawat yang sedang berlatih formasi tersebut kemudian selamat karena berhasil melaksanakan prosedur untuk saling melepaskan diri dari formasi usai memasuki awan tebal tersebut.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati mengatakan seluruh rangkaian kejadian tersebut terekam dalam Flight Data Recorder (FDR).

Selain itu, kata dia, penggambaran situasi tersebut didapatkannya setelah menemui langsung empat personel TNI AU yang mengawaki dua pesawat Super Tucano yang selamat dalam insiden tersebut.

"Saya sudah bicara dengan pilot-pilot yang mengalami terbang sehingga saya bisa menyampaikan informasi mengenai awan tebal dan sebagainya itu saya sudah dapat dari tangan pertama. Jadi saya bisa bicara soal itu," kata Agung saat konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Jumat (17/11/2023).

Agung menjelaskan secara fisik keempat personel TNI AU tersebut dalam keadaan baik.

Mereka dapat menceritakan dengan baik apa yang sebenarnya terjadi saat kejadian tersebut.

"Dan ceritanya sama persis dengan apa yang saya ceritakan tadi, tidak lebih dan tidak kurang sehingga terbuka dan mereka sehat, baik-baik (kondisi fisiknya) tapi saya tidak tahu (psikis mereka sebenarnya). Yang jelas mereka sedih, sedih itu normal ya. Namun tentu mereka juga perlu pendampingan untuk selanjutnya," kata dia. (Tribunnews.com/Gita Irawan) (Tribun Jatim/Ignatia)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved