Erupsi Gunung Marapi
Cerita Ridho Selamatkan Diri dari Erupsi Gunung Marapi: Ngesot dan Berguling, Kaki Kena Batu Panas
Muhammad Ridho Kurniawan tampak mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh
TRIBUNNEWS.COM, BUKITTINGGI - Pengalaman pertama kali mendaki bagi Muhammad Ridho Kurniawan (21) menjadi pengalaman yang horor.
Ridho menjadi korban erupsi Gunung Marapi provinsi Sumatra Barat.
Ridho tidak sendirian mendaki. Dia bersama dua orang teman lainnya yaitu Aditya Sukirno Putra (21) dan Muhammad Arbi Muharman (21). Ketiganya saat ini masih dirawat di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi.
Baca juga: Siska Afrina Jadi Korban Terakhir yang Dievakusi dari Gunung Marapi, Meninggal 11 Hari Jelang Wisuda
Saat ditemui tim TribunPadang.com, ketiga korban asal Pekanbaru ini tampak berbaring di satu ruangan yang sama.
Muhammad Ridho Kurniawan tampak mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh, kaki kiri bagian lutut yang diperban dan telapak kaki kanan yang juga di perban, namun sudah bisa diajak berkomunikasi.
Aditya Sukirno Putra juga tampak mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh dan juga sudah bisa diajak berkomunikasi dan berjalan
Sementara itu, Muhammad Arbi Muharman juga mengalami luka bakar dan patah tulang di beberapa bagian tubuh, namun belum bisa diajak berkomunikasi.
Ridho menceritakan bahwa pendakian ke Gunung Marapi Sumatra Barat merupakan pendakian pertama bagi mereka.
Ridho mengatakan, mereka bartiga mendaki bersama dengan empat orang teman lainnya dengan total tujuh orang.
Dari tujuh orang, Ridho mengungkapkan hanya satu orang yang sudah pernah mendaki. Enam diantaranya baru pertama kali mendaki gunung.
Ridho mengatakan saat dalam perjalanan menuju puncak merpati, ia bersama teman-teman lainnya sempat mendengar suara seperti mendesis dari dalam kawah. Setelah itu kawah mengeluarkan asap tebal.
Baca juga: IDI Siagakan Dokter Untuk Tangani Korban Erupsi Gunung Marapi
Namun, salah satu temannya yang sudah pernah mendaki mengatakan bahwa itu hal yang wajar dan biasa, sehingga mereka melanjutkan perjalanan ke puncak.
Ia mengatakan, saat erupsi terjadi, ia memperkirakan sekitar 30 orang lebih pendaki berada di dekat kawah.
Ridho menjelaskan saat terjadi erupsi, ia bersama teman lainnya sedang dalam perjalanan turun dari puncak merpati.
"Saat terjadi erupsi, kami sedang dalam perjalanan turun sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu kami sedang berada tidak jauh dari puncak merpati," katanya.
"Di saat tengah perjalanan itu gunung meletus tanpa aba-aba atau erupsi. Saat erupsi itu kami langsung mencari tempat berlindung karena erupsi mengeluarkan batu-batu besar dan panas," sambungnya.
Selanjutnya, kata Ridho, saat mencoba berlindung, ternyata batu panas yang dikeluarkan saat erupsi mengenai kakinya sehingga terluka dan membuat sulit berjalan.
"Batu yang berterbangan mengenai kaki saya sehingga terluka dan membuat sulit berjalan," jelasnya.
Selain itu, tangannya juga mengalami luka bakar karena kondisi tanah yang panas. Ia sesekali meletakan tangannya ke lumut guna mendinginkannya.
Ridho mengatakan, saat berusaha turun, ia sedang bersama Adit dan Arbi.
"Kami bertiga waktu berusaha turun, karena Adit yang kondisinya masih bisa berjalan, jadi saya menyuruhnya untuk duluan turun dan mencari bantuan. Kalau Arbi kondisinya saat itu sudah parah," katanya.
Baca juga: Kisah warga dan aparat yang berjibaku demi mengevakuasi korban erupsi Gunung Marapi
Karena takut, ia bersama Arbi memberanikan diri terus melanjutkan perjalanan dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badannya karena sulit berjalan.
"Kami terus mencoba turun ke bawah dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badan," katanya.
Selanjutnya ia bersama Arbi menemukan sebuah pondok yang letaknya tidak jauh dari tempat biasa pendaki mendirikan tenda.
"Jadi kami masuk kedalam pondok lalu sembunyi di bawah meja,"jelasnya.
Saat berada di pondok, ia berteriak dan didengar oleh pendaki lainnya yang masih selamat.
"Jadi kami difotonya dan diteleponnya orang di bawah untuk mengabarkan ada korban di atas. 'Abang tunggu disini ya, nanti kami ke atas lagi' kata orang itu," jelas Ridho.
"Kemudian diambilkannya dua buah sleeping bag dan beberapa makanan serta minuman bagi kami," sambungnya.
Menurut Ridho, ia bersama temannya baru mulai dievakuasi dari dalam pondok sekitar pukul 12.00 WIB malam dan sampai di rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB.
"Lama turun karena erupsi masih terjadi saat proses, jadi tim mencari-cari momen juga untuk jalan," katanya.
Baca juga: Ketegaran Hati Maswardi Melepas Anak Bungsunya yang Jadi Korban Tewas Erupsi Gunung Marapi: Bersih
Ridho bersyukur dan mengucapkan terima kasih karena masih bisa selamat atas bantuan dari tim yang bertugas mengevakuasi.
"Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk bapak-bapak yang sudah membantu evakuasi," tutupnya.
Penulis: Fajar Alfaridho Herman
Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Cerita Ridho Korban Selamat Erupsi Marapi: Turun Ngesot dan Berguling dari Puncak Selamatkan Diri
Sumber: Tribun Padang
Erupsi Gunung Marapi
Gunung Marapi Kembali Erupsi, Warga Diminta Waspada Potensi Banjir Lahar dan Hujan Abu |
---|
Erupsi Gunung Marapi Minggu Pagi, Kolom Abu Capai 800 Meter di Atas Puncak |
---|
Sabtu Sore Gunung Marapi di Sumbar Kembali Erupsi, Durasinya Sekitar 37 Detik |
---|
Kesaksian Warga saat Gunung Marapi Erupsi di Sumatera Barat: Seperti Ban Meletus |
---|
Kesaksian Warga saat Gunung Marapi Erupsi: Seperti Ban Truk Meletus |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.