Kamis, 2 Oktober 2025

Kecelakaan Maut di Subang

5 Poin Pengakuan Sopir Bus Kecelakaan di Subang: Panik Tahu Rem Blong, Sempat Cari Jalur Penyelamat

Inilah kesaksian Sadira, sopir bus pariwisata PO Trans Putera Fajar, yang alami kecelakaan di Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024) malam.

Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas derek memarkirkan bangkai bus Putera Fajar nopol AD 7524 OG di Terminal Subang pasca kecelakaan maut yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, di Jalan Raya Ciater, Kampung/Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Jumlah korban tewas akibat kecelakaan tersebut sebanyak 11 orang, sementara korban luka ringan dan berat sebanyak 32 orang. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM - Sadira, sopir bus pariwisata PO Trans Putera Fajar memberikan keterangan mengenai detik-detik sebelum mengalami kecelakaan di Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024) malam.

Kecelakaan maut bus yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok ini menelan 11 korban tewas. 

Sementara, Sadira selamat dari kejadian nahas itu. 

Ia mengaku hanya mengalami luka sedang, yakni memar dibagian tangan dan kaki. 

"Saya hanya mengalami luka sedang, tidak terlalu parah seperti yang bisa dilihat saat ini. Hanya mengalami memar di bagian kepala tangan, dan kaki," kata Sadira di RSUD Subang, Minggu (12/5/2024), dikutip dari TribunJabar.id. 

Selengkapnya, berikut poin-poin pernyataan sopir bus yang mengalami kecelakaan di Subang, Jawa Barat: 

1. Bus Sudah Dicek sebelum Jalan 

Sadira mengaku, bus yang dikendarainya sudah melalui pengecekan sebelum melakukan perjalanan. 

Ia memastikan bahwa bus juga sudah siap untuk digunakan. 

"Emang pada saat itu sudah ready, untuk perjalanan setiap bus saat menuju ke Bandung seluruh unit selalu dicek, rem, mesin, kopling. Semua sudah dikendalikan dari kantor," kata Sadira. 

"Bus siap jalan, karena pada saat itu semua sudah dicek dari kantor," tandasnya. 

Baca juga: 6 Liang Lahad Disiapkan Untuk Korban Kecelakaan Maut Subang di TPUI Parung Bingung Depok

Sudira juga mengaku selalu melaporkan pada pihak kantor jika bus yang kendarainya mengalami kendala sebelum melakukan perjalanan. 

"Dan saya selalu bilang kalau ada kekurangan selalu bilang ke kantor," ucapnya. 

2. Panik Tahu Rem Blong 

Sudira mengaku panik saat tahu rem bus yang digunakannya tak berfungsi atau blong. 

Menurutnya, rem mobil yang ia kemudikan blong saat memasuki turunan perempatan Sariater.

Kejadian nahas itu terjadi seusai rombongannya selesai istirahat makan sore dan Maghrib. 

"Waktu itu, pada saat habis makan sore di Rumah Makan Bang Jun, kemudian saya melanjutkan perjalanan. Namun nahas saat memasuki turunan perempatan Sariater, tiba -tiba saya tekan rem, perseneling saya masukin enggak masuk-masuk. Ternyata anginnya tiba tiba habis," kata Sadira. 

"Saya sudah panik saat tahu rem blong" lanjutnya. 

3. Cari Jalur Penyelamat 

Mengetahui rem busnya blong, Sadira berusaha mencoba mencari jalur penyelamat (emergency safety area) yang biasanya disediakan di area jalan yang memiliki banyak tanjakan dan turunan. 

Namun, sayangnya hal yang ia cari tak ada. 

"Nah pada saat itu lah saya hilang kendali, untuk mencari penyelamat biasanya ada antisipasi jalur penyelamat, ternyata itu kan tidak ada," jelasnya. 

4. Buang Setir ke Kanan karena Tak Ada Pilihan Lain

Setelah mencari jalur penyelamat tak ada, Sadira memutuskan untuk membanting stir ke kanan. 

Pada saat itu lah bus yang dikendarainya menabrak Feroza dan tiga sepeda motor dan akhirnya berguling. 

Subang 123
Sopir bus maut Putera Fajar, Sadira, yang mengalami kecelakaan di Ciater, Subang, Sabtu (11/5/2024) malam. (Tribun Jabar/Ahya Nurdin)

Sudira mengaku tak ada pilihan lain, menurutnya bila ia terus melajukan bus nya, akan memakan korban banyak. 

"Waktu itu mau saya terusin takut tambah banyak korban karena akan banyak kendaraan yang tertabrak nantinya," katanya.

"Jadi tak ada pilihan lain waktu itu, lebih baik saya buang kanan dan benturkan ke tiang listrik hingga akhirnya terguling dan terhenti," lanjutnya. 

Sadira tak menyangka akibat kecelakaan ini memakan korban banyak. 

"Namun ternyata korbannya juga banyak. Saya tidak menyangka mobil tersebut akan terguling," imbuhnya. 

5. Masalah Rem sempat Diperbaiki 

Sadira mengaku, rem mobil tersebut sudah diperbaiki oleh montir dan sudah normal saat istirahat makan.

Namun, justru tak lama setelah perjalanan justru bus yang dikemudikannya blong dan terjadilah kecelakaan ini. 

"Tapi sayang, tiba-tiba rem tersebut blong saat masuk turunan pertigaan Sariater, hingga akhirnya terjadi kecelakaan maut ini," ujarnya

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Subang, Asep Setia Permana, juga membenarkan bus rombongan siswa SMK Lingga, Depok, ini sempat mengalami permasalahan pada mesin.

Sisa pecahan bagian-bagian bus berserakan pasca kecelakaan maut bus Putera Fajar nopol AD 7524 OG yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, di Jalan Raya Ciater, Kampung/Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Jumlah korban tewas akibat kecelakaan tersebut sebanyak 11 orang, sementara korban luka ringan dan berat sebanyak 32 orang. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Sisa pecahan bagian-bagian bus berserakan pasca kecelakaan maut bus Putera Fajar nopol AD 7524 OG yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, di Jalan Raya Ciater, Kampung/Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Jumlah korban tewas akibat kecelakaan tersebut sebanyak 11 orang, sementara korban luka ringan dan berat sebanyak 32 orang. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

"Jadi informasi yang kami dapat bahwa bus tersebut sempat mengalami permasalahan pada mesin saat berhenti di salah satu warung," kata Asep, Minggu (12/5/2024) dikutip dari TribunJabar.id

Berdasarkan penuturan saksi yang diperoleh Asep, mesin bus sempat tak terdengar menyala, lampu utama dan klakson juga disebut bermasalah. 

"Selain itu, keterangan saksi mata juga melihat sebelum kejadian mesin bus terdengar tidak menyala, hanya lampu hazard saja yang dinyalakan, lampu utama tidak nyala hingga klakson tidak terdengar," jelasnya. 

Asep juga menuturkan, berdasarkan pemeriksaan sementara, bus tersebut sudah tua. Bus beroperasi dari tahun 2006. 

Meski demikian, Asep juga belum memastikan apa penyebab pasti dari kecelakaan ini. 

"Bus tersebut tahun beroperasi dari 2006, sudah tua."

"Untuk pasti penyebab kecelakaan mungkin akan diumumkan seusai pemeriksaan kendaraan bus tersebut bersama Komite Nasional Keselamatan Transportadi (KNKT) dan pihak kepolisian," tuturnya.

Bus yang membawa 40 orang ini diketahui juga tak mengantongi izin angkutan dan status uji kir sudah kadaluarsa. 

Hal itu diungkap Kepala Bagian Hukum dan Humas Ditjen Perhubungan Darat, Aznal.

Status uji kir bus, kata Aznal, sudah kedaluwarsa sejak Desember 2023.

"Pada aplikasi Mitra Darat, bus tersebut tercatat tidak memiliki izin angkutan dan status lulus uji berkala (uji kir) telah kadaluwarsa sejak 6 Desember 2023," kata Aznal, Sabtu (11/5/2024).

Aznal mengatakan, pihaknya saat ini telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk terus melakukan investigasi mendalam terkait kecelakaan tersebut.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul 'PENGAKUAN Sopir Bus yang Alami Kecelakaan Maut di Ciater Subang Jawa Barat, Tak Punya Pilihan'. 

(Tribunnews.com/Milani Resti) (TribunJabar.id/Deanza Falevi/Ahya Nurdin) (KompasTV). 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved