Mapala Uhamka Hilang di Gunung Joglo
Gunung Joglo: Lokasi Hilangnya Mohamad Rohadi Mahasiswa Uhamka yang Ditemukan Tewas
Kronologi hilangnya Mohamad Rohadi, mapala Uhamka Jakarta, di Gunung Joglo, Bogor, Jawa Barat.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
timtribunsolo
TRIBUNNEWS.com - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (Uhamka) Jakarta, Mohamad Rohadi (21), ditemukan meninggal setelah hilang di Gunung Joglo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Rohadi ditemukan pada Sabtu, 1 Februari 2025, setelah dinyatakan hilang sejak Rabu, 29 Januari 2025, pukul 13.00 WIB.
Kronologi Hilangnya Mohamad Rohadi
Rohadi dilaporkan hilang saat melakukan pendidikan dasar bersama rekan-rekannya dari Mapala Uhamka di Gunung Joglo.
Menurut Adam Hamdani, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Rohadi yang berperan sebagai "sweeper" berada di posisi paling belakang rombongan.
Saat mengecek jalur, Rohadi tidak kembali ke titik berkumpul.
"Dia ini sweeper dan posisinya itu terakhir. Saat itu informasinya dia sedang mengecek jalur, namun tidak kembali lagi ke titik akhir," jelas Adam.
Setelah rombongan Mapala Uhamka melanjutkan perjalanan turun, mereka menyadari Rohadi tidak ada di pos bawah.
Upaya pencarian dilakukan oleh rekan-rekannya selama dua hari sebelum akhirnya melapor ke pihak berwenang pada Jumat, 31 Januari 2025.
Jasad Rohadi ditemukan pada Sabtu sekitar pukul 09.41 WIB dalam posisi telungkup di aliran Curug Pariuk.
Saat ini, jasad korban telah dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi.
Medan Berbahaya di Gunung Joglo
Gunung Joglo terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dan berada di kaki Gunung Gede Pangrango.
Medan di kawasan ini diketahui cukup sulit, dengan banyak jurang dan lembah.
"Kalau dilihat, Gunung Joglo ini ada di kaki Gede Pangrango. Medannya itu banyak tebingan dan jurang," ungkap Adam Hamdani.
Kesulitan medan di Gunung Joglo menjadi tantangan tersendiri, terutama saat cuaca ekstrem.
Pada saat kejadian, kondisi cuaca hujan dan kabut tebal menyebabkan visibilitas rendah, sehingga meningkatkan risiko pendaki jatuh atau tersesat.
"Cuaca cukup ekstrem bisa menyebabkan korban kemungkinan jatuh atau tersesat dikarenakan jalur yang tertutup kabut dan hujan," jelas Adam.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.