Sritex Pailit
Potret Lokasi Makam Lukminto Pendiri PT Sritex di Lereng Gunung Lawu
Potret area makam pendiri PT Sritex, H.M. Lukminto di Shri Garden, Delingan, Karanganyar, Jawa Tengah. Susyana Lukminto juga dimakamkan di sana.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pendiri PT Sritex, H.M. Lukminto dimakamkan di Shri Garden, sebuah area pemakaman keluarga yang berlokasi di Delingan, Karanganyar, Jawa Tengah.
Di kompleks pemakaman yang sejuk dan dipenuhi pepohonan itu, Lukminto dan sang istri, Susyana, disemayamkan.
Pendiri Sritex, Lukminto meninggal dunia pada 5 Februari 2014 dan dimakamkan di Shri Garden Delingan pada 16 Februari 2014.
Sementara istri Lukminto, Susyana, meninggal dunia pada 20 Agustus 2022 dan dimakamkan pada 27 Agustus 2022.

Berdasar sumber Tribunnews.com, area seluas 8 hektare di lereng Gunung Lawu itu mulai dibangun keluarga Lukminto sejak 2008 untuk dijadikan sebagai kompleks makam keluarga.
Lokasi Shri Garden tidak jauh dari Taman Memorial Delingan.
Untuk menuju lokasi makam Lukminto, memerlukan perjalanan sekira 20 menit dari pusat Kabupaten Karanganyar atau 1 jam dari Kota Solo.
Di depan pintu masuk pagar area Shri Garden, terdapat batu besar bertuliskan "SHRI GARDEN".

Pintu masuk Shri Garden berupa pagar besar berwarna silver. Terdapat pos keamanan di sisi kanan.
Area Shri Garden hanya diperuntukkan bagi keluarga.
Sehingga, orang lain tanpa seizin pihak keluarga dilarang masuk area komplek makam tersebut.
Baca juga: Sritex Perusahaan Tekstil yang Berdiri Era Soekarno, Tumbang saat Pemerintahan Prabowo

Sejauh mata memandang, Shri Garden dipenuhi pohon dan rerumputan hijau yang membawa suasana tenang.
Terlihat dari area luar pagar, ada kolam, masjid, dan bangunan beratap hijau berstruktur ala Tionghoa.
Profil Keluarga Lukminto
PT Sritex yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah, telah menjadi perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang memasok seragam militer untuk 35 negara, mulai dari Eropa, Asia, hingga Timur Tengah.
Sritex lahir dari kerja kerja keras H.M. Lukminto, pada 1966.
Kala itu Lukminto melabeli Sritex sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah, dikutip dari sritex.co.id.
Awalnya, di Pasar Klewer Solo, Sritex diberi nama UD Sri Redjeki.
Lantas pada 1968, Lukminto akhirnya membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo.
Lukminto memiliki istri bernama Susyana. Keduanya menikah pada pada 26 Oktober 1969 di Kertosono, Jawa Timur.

Bersama sang istri, mereka merantau ke Solo dan bersama-sama membesarkan kariernya di bidang tekstil.
Lukminto dan Susyana memiliki lima anak.
Mereka adalah Vonny Imelda, Iwan Setiawan Lukminto, Lenny Imelda, Iwan Kurniawan, dan Margaret Imelda.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kelimanya memiliki saham di SRIL atas nama individu.
Yang terbesar Iwan Setiawan 109 juta (0,53 persen), Iwan Kurniawan 108 juta (0,52 persen), Vonny 1,8 juta (0,01 persen), serta Margaret dan Lenny masing-masing 1 juta (0,01 persen).
Hingga akhirnya, HM Lukminto meninggal dunia pada 5 Februari 2014 di Singapura.
Perusahaannya setelah itu dan hingga saat ini dipegang oleh Iwan Setiawan Lukminto, anak pertama HM Lukminto.
Pada 2014, Iwan Setiawan Lukminto menerima penghargaan sebagai Businessman of the Year dari majalah Forbes Indonesia dan sebagai EY Entreprenuer of the Year 2014 dari Ernst & Young.
Selain itu, Iwan Setiawan Lukminto juga dibantu sang adik Iwan Kurniawan Lukminto untuk menjalankan bisnis Sritex.
Tercatat kini Iwan Kurniawan Lukminto, tercatat menjadi Direktur Utama PT Sritex.
Sementara, sang istri, Mira Christina Setiady, menjabat sebagai Direktur Operational.
Tutup setelah 58 Tahun
PT Sritex telah gulung tikar per Sabtu (1/3/2025).
Jumlah total karyawan dan pekerja Sritex Group yang terkena PHK akibat putusan pailit mencapai 10.665 orang.
Gelombang PHK itu terhitung sejak Januari hingga akhir Februari 2025.
Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan), mengungkapkan kesedihan mendalam setelah penutupan permanen Sritex tersebut.
Apalagi dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada karyawannya.
"Kondisi terkini sekarang menjadi hari terakhir kita berada di sini (Sritex). Kami sangat berduka sekali karena ini adalah momentum yang historical."
"Di mana 58 tahun kita bisa berkarya dan sangat sedih sekali berpisah semuanya," terang Wawan, Jumat (28/2/2025).
Sebelumnya raksasa tekstil Sritex resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang.
Keputusan Sritex pailit itu berdasarkan putusan perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg oleh Hakim Ketua Moch Ansor padai Senin 21 Oktober Perusahaan yang berbasis di Sukoharjo ini digugat pailit oleh vendornya PT Indo Bharta Rayon karena polemik utang yang belum terbayarkan.
Sritex bersama perusahaan afiliasinya, PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya dianggap telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayaran kewajiban kepada PT Indo Bharat Rayon, selaku pemohon.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Garudea Prabawati)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.