Jumat, 8 Agustus 2025

Dokter PPDS Rudapaksa Anak Pasien

Komisi IX DPR soal Rudapaksa di Rumah Sakit: Gelar Dokter Pelaku Harus Dicabut, RSHS Dibanned 

Priguna Anugerah sedang menempuh pendidikan dokter spesialis anastesi di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung

Tribunjabar.id
DOKTER PELAKU RUDAPAKSA - Konferensi pers Polda Jabar atas kasus rudapaksa keluarga pasien RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung oleh dokter residen Priguna Anugerah Pratama (berkaus biru) di Mapolda Jabar, Rabu 9 April 2025. Polisi menduga korban lebih dari satu orang. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi IX DPR RI menyoroti insiden rudapaksa yang dilakukan dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Priguna Anugerah (31).

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengecam keras tindakan tersebut.

"Komisi IX DPR RI mengecam keras tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) terhadap pendamping pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung," kata Nihayatul saat dimintai tanggapannya, Kamis (10/4/2025).

Atas hal itu, Nihayatul menegaskan seharusnya gelar dokter yang diperoleh Priguna dicabut.

Diketahui, saat ini Priguna Anugerah sedang menempuh pendidikan dokter spesialis anastesi di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.

"Harus (dicabut)," kata Nihayatul.

Baca juga: Anggota DPR Samakan Dokter Residen Unpad Priguna Anugerah dengan Predator Seksual Reynhard Sinaga

Hal senada juga disampaikan Anggota Komisi IX DPR Arzeti Bilbina yang mengecam keras tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh dokter residen anastesi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Menurutnya, kasus ini tidak bisa lagi dikatakan sebagai ulah oknum namun juga melibatkan peran berbagai stakeholder.

"Jika boleh dikatakan, ini bukan hanya ulah oknum tapi semua ikut berperan. Baik institusi, rumah sakit, security, keamanan. Karena kita bicara bahwa ketika orang tua dalam kondisi kritis kita kan berharap dengan dokter, kemudian dia praktik di rumah sakit besar yang kredibilitasnya sudah diakui,” kata Arzeti Bilbina dalam keterangannya, Kamis (10/4/2025).

"Jadi ada kenyamanan kita mengantarkan orang tua kita, kita berharap akan tersembuhkan, tapi kok malah terjadi pemerkosaan," sambungnya.

Seperti diketahui, Priguna Anugerah Pratama (31) melakukan rudapaksa anggota keluarga pasien di RSHS Bandung yang merupakan perempuan berusia 21 tahun. 

Peristiwa itu terjadi di Gedung MCHC Lantai 7 RSHS, pada Maret 2025.

Aksi pelaku tak terawasi karena lantai 7 gedung MCHC RSHS masih baru dibangun, dan belum dioperasikan.

Kala itu, pelaku yang sedang mendapatkan tugas jaga malam mendatangi korban pada pukul 01.00 WIB dan menyampaikan kepada korban perihal kebutuhan untuk mengambil darah guna keperluan medis orang tuanya yang sedang kritis. 

Bukan memberikan pelayanan untuk kesembuhan pasien, Priguna malah membius korban yang merupakan anak kandung dari pasien lalu memerkosanya. 

"Sangat mengerikan kondisi seperti ini. Kasus harus segera diselesaikan, karena ini permasalahan yang sangat menakutkan dalam kondisi kita sangat berharap perlindungan dokter," tutur Arzeti. 

Pelaku kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan terancam hukuman 12 tahun penjara. 

Priguna juga sudah dikeluarkan dari PPDS Unpad dan tengah diproses untuk dicabut izin praktik dokternya.

Baca juga: Imbas Kasus Pemerkosaan Dokter Residen Priguna Anugerah, PPDS Anestesiologi RSHS Bandung Dihentikan

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestasiologi dan Terapi Intensif di RSHS Bandung juga diberhentikan sementara akibat kejadian tersebut. 

Arzeti lantas menuntut pertanggungjawaban RSHS Bandung dengan menyerukan perlunya ada sanksi denda atau banned terhadap layanan kesehatan tersebut.

"Dan Rumah Sakit harus di-banned (diblokir) juga, didenda! Jangan mentang-mentang mereka punya cara. Kita juga harus mengawal agar mereka punya rasa secure kepada pasien," tukasnya.

Sebelumnya, viral di media sosial terkait kasus pelecehan seksual di lingkungan RSHS Bandung.

Memanfaatkan ketidaktahuan korban pada prosedur medis, terduga pelaku memberikan obat penenang hingga korban tak sadarkan diri.

Korban merupakan keluarga yang sedang menunggu pasien.

Korban lalu sadar 4-5 jam setelah diberikan obat dan merasakan sakit di area kemaluan.

Kejadian ini pun geger dan membuat polisi segera menangkap pelaku.

RSHS dan Unpad membenarkan kejadian pelecehan seksual itu dan turut mengusut kejadian tersebut.

Atas kejadian tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) membeberkan sanksi tegas yang diberikan kepada dokter terduga pelaku pelecehan seksual di RSHS Bandung.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman menyampaikan, pihaknya merasa prihatin dan menyesalkan adanya kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh dr PAP sebagai peserta didik PPDS Universitas Padjajaran Program Studi Anastesi di Rumah Sakit Pendidikan Hasan Sadikin Bandung.

Saat ini yang bersangkutan sudah dikembalikan ke pihak Universitas Padjajaran (Unpad) dan diberhentikan sebagai mahasiswa serta diproses secara hukum oleh Polda Jawa Barat.

Sebagai langkah tegas pertama, Kemenkes sudah meminta kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk segera mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dr PAP.

"Pencabutan STR akan otomatis membatalkan Surat Izin Praktek (SIP) dr PAP," tegas Aji saat dikonfirmasi, Rabu (9/4/2025).

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan