Sabtu, 15 November 2025

Didukung DPRD, Wacana Ekstrakurikuler Mobile Legends Justru Dikritik Dewan Pendidikan Jatim: Ironis

Wacana pemerintah untuk menjadikan game Mobile Legends (ML) sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SD/SMP Kota Surabaya, Jawa Timur, menuai pro kontra.

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Febri Prasetyo
MLBB Indonesia
HERO MOBILE LEGENDS - Wacana pemerintah untuk menjadikan game Mobile Legends (ML) sebagai kegiatan ekstrakurikuler SD/SMP di Kota Surabaya, Jawa Timur, menuai pro kontra. 

TRIBUNNEWS.COM - Wacana pemerintah untuk menjadikan gim Mobile Legends (ML) sebagai kegiatan ekstrakurikuler bagi para pelajar sekolah di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), menuai pro dan kontra.

Kritikan datang dari anggota Dewan Pendidikan Jatim, Ali Yusa, yang menyayangkan sikap Dinas Pendidikan (Disdik) yang terkesan memprioritaskan gim tertentu dalam pengembangan e-sport di sekolah.

Ali meminta Disdik untuk bijak mengklasifikasikan cabang olahraga (cabor) e-sport yang akan dilibatkan di sekolah.

"Menurut saya ini ironis," kata Ali saat dikonfirmasi SuryaMalang.com di Surabaya, Jatim, Kamis (29/5/2025).

Menurut Ali, lembaga pendidikan tidak harus mempromosikan (endorse) untuk developer tertentu saja, terutama yang bersentuhan dengan siswa.

Hal itu bisa memunculkan anggapan miring dari masyarakat.

"Sebenarnya, kami tak masalah apabila sekolah membuat ekstrakurikuler untuk e-sport. Sekali lagi, soal e-sport-nya nggak masalah," ungkap Ali.

"Tapi, kalau kemudian bicara bahwa e-sport-nya adalah Mobile Legend saja, muncul anggapan di masyarakat, 'dibayar berapa ini oleh pembuat aplikasinya?' Kan begitu."

"Prinsipnya, kami support bahwa Esport dijadikan ekstrakurikuler. Ini bagus, keren. Tapi yang jadi persoalan, kok cuma Mobile Legend? Emang nggak ada gim lainnya?" lanjutnya.

Mengutip data Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), ada gim online yang telah diakui sebagai e-sport saat ini.

Sebagai lembaga resmi yang membina, mengatur, dan mengembangkan ekosistem olahraga elektronikdi Indonesia, PBESI kini mewadahi 18 olahraga esport yang terbagi di 7 kategori.

Baca juga: Alasan Dinas Pendidikan Surabaya Adakan Ekstrakurikuler Mobile Legend di SD dan SMP, Beda dari Jabar

Di bidang Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) misalnya, selain Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), terdapat League of Legends: Wild Rift, Arena of Valor (AOV), hingga Dota 2.

Ada juga kategori Sports Simulation seperti EA Sports FC (sebelumnya FIFA) hingga eFootball (PES), kategori Battle Royale seperti PUBG Mobile hingga Free Fire, dan beberapa kategori lainnya.

Ali menilai pelibatan gim pada institusi sekolah juga memiliki nilai ekonomi kepada si developer gim sendiri.

Sebagai bentuk promosi, program tersebut bisa memperluas jangkauan gim, khususnya bagi pelajar.

"Nggak boleh kita hanya berpihak pada satu aplikasi saja. Keberpihakan ke developer tertentu ini bisa memberikan keuntungan kepada developer tertentu juga. Contoh kecilnya, kalau seorang siswa ingin membeli atribut dalam gim, kan harus keluar uang. Siapa yang diuntungkan? Kan kembali lagi ke developernya," paparnya.

Selain soal ekonomi, Dewan Pendidikan juga mengingatkan potensi gangguan pembentukan karakter pada anak.

Misalnya, dalam sisi agresivitas hingga kecanduan pada anak yang seharusnya diantisipasi.

"Kecenderungan gim Mobile Legends pada kekerasan juga harus mengkaji kesiapan anak. Bagaimana pihak sekolah mengevaluasi perilaku anak pasca bermain Mobile Legend juga harus menjadi perhatian," terangnya.

Meski begitu, Ali mengakui bahwa perkembangan digital saat ini memang harus diimbangi dengan penyesuaian pengetahuan soal teknologi, termasuk di antaranya e-sport.

"Ini asik. Olahraga sekarang bukan hanya berhenti pada fisik, namun juga olahraga yang menggunakan elektronik," tutur Ali.

Pengenalan pada e-sport juga akan sekaligus merangsang siswa untuk belajar pengembangan gim.

"Artinya, anak akan semakin aware (peduli) dengan teknologi. Bahkan, pada level gamer yang sudah expert, anak akan belajar untuk explore gim itu sendiri," sebutnya.

Selain mengembangkan software, anak juga akan belajar mengenal piranti gim. Sehingga, dalam waktu jangka panjang, bukan tidak mungkin muncul ide-ide baru dalam meningkatkan kualitas sebuah gawai.

"Tingkat kreativitas anak-anak ini berbeda-beda. Ini harus didorong oleh pengasuh olahraga esport. Manfaatnya ini sebenarnya banyak. Siapa tahu yang memiliki minat sebagai programmer, diarahkan ke coding untuk develope sendiri," ungkap Ali.

"Karena itu, jangan sampai latihan 5 jam, main gim saja tanpa diimbangi belajar software, hardware, ataupun coding. Ya sama saja akhirnya kita sekadar menciptakan user saja," imbuhnya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sepakat dengan pemikiran tersebut.

Menurutnya, pengembangan e-sport di Surabaya tidak hanya bicara Mobile Legends semata.

"Saya sudah minta Dinas Pendidikan untuk melihat potensi esport. Bukan Mobile Legend saja. Sekarang yang paling ramai apa sih?" ujar pria yang akrab disapa sebagai Cak Eri itu.

"Mungkin ada juga sepakbola seperti PES (e-Football) itu. Ini bisa dikembangkan. Jadi, [bakat] anak-anak ini bisa tersalurkan," imbuhnya dikonfirmasi terpisah.

Lebih lanjut Cak Eri bercerita bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sempat berhasil mengembangkan bakat-bakat anak ke dalam prestasi.

Yakni, anak yang sebelumnya terjaring perkelahian kemudian dididik menjadi petinju dan berhasil membawa medali pada ajang resmi.

"Ada yang di olahraga dapat medali emas, tapi untuk akademiknya biasa-biasa saja. Ya sudah, kami mendorong di bidang olahraga. Pun demikian dengan yang bidang seni dan sebagainya. Ini terus kami tata," katanya.

Demikian pula dengan esport.

Meski bukan dari Mobile Legends, Cak Eri menyinggung keberhasilan Indonesia sebagai Juara Dunia – FIFAe World Cup 2024 (eFootball Console) dan Juara Dunia – FIFAe World Cup 2024 (Football Manager).

"Yang (gim) sepakbola ini malah juara dunia. Ini mendapat prestasi. Sehingga, kami mengajak orang tua, ketika melihat potensi anak, silakan salurkan itu. Tidak harus akademik," ungkap Cak Eri.

"Sebab kalau semuanya jadi insinyur bangunan, nggak ada yang ngurusin pangan. Sebaliknya, kalau semua jadi insinyur pertanian, nggak ada yang bisa bangun gedung sebab butuh teknik sipil. Kalau semua akademik, Surabaya nggak ada atletnya," tambahnya.

Didukung DPRD

Di sisi lain, rencana memasukkan game Mobile Legends ke dalam kurikulum ekstrakurikuler sekolah ini mendapat sambutan positif Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Akmarawita Kadir.

"Memang tidak bisa dipungkiri hidup di era digital sekarang. Namun yang perlu mendapat perhatian selain pendamping yang mengarahkan adalah kesinambungan. Saat mereka melanjutkan ke jenjang SMA," kata Akma, dilansir Surya.co.id.

Bagaimanapun juga, dengan daya konversi game ML yang masuk kurikulum ekstrakurikuler bisa menjadi pengembangan daya kreativitas dan inovasi anak, serta bukan hanya semata-mata permainan tanpa bernilai edukatif kepada siswa.

Sebelumnya, Disdik Kota Surabaya berencana memasukkan Mobile Legend sebagai ekstrakurikuler di SD/SMP di Surabaya.

"Ini menyesuaikan arah pendidikan dengan mengikuti minat dan kegiatan digital anak sekarang," ujar Kepala Disdik Surabaya Yusuf Masruh, Rabu (28/5/2025).

Yusuf mengaku bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan komunitas dan pelatih profesional.

Pelatihan ini dilakukan secara bertahap yang dimulai dari sekolah-sekolah percontohan di beberapa wilayah.

Nantinya, ketika ML yang diadopsi jadi kegiatan ekstrakurikuler bukan sekadar permainan, melainkan akan dimodifikasi dan dikemas agar lebih edukatif serta proporsional.

Pada dasarnya, game ML bisa diarahkan untuk pengembangan soft skill.

Permainan video ini mengandung filosofi bagaimana mengembangkan strategi, kerja sama tim, komunikasi, dan pengenalan teknologi digital secara sehat.

Sebagian artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Mobile Legends Masuk Sekolah Sarat Konflik Kepentingan, Begini Rekomendasi Dewan Pendidikan Jatim

(Tribunnews.com/Nina Yuniar) (SuryaMalang.com/Bobby Constantine Koloway) (Surya.co.id/Nuraini Faiq)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved