Kisah Anis dan Temon Hewan Kesayangan Mbok Yem di Gunung Lawu, Bagaimana Nasibnya Kini?
Anis si kucing dan Temon si monyet, hewan kesayangan Mbok Yem Gunung Lawu, kini hidup terpisah setelah sang pemilik wafat pada April 2025.
Editor:
Glery Lazuardi
Kisah Anis dan Temon Hewan Kesayangan Mbok Yem di Gunung Lawu, Bagaimana Nasibnya Kini?
TRIBUNNEWS.COM, JAWA TENGAH - Anis dan Temon, dua hewan kesayangan Mbok Yem di Gunung Lawu bernasib tak menentu setelah ditinggal pergi untuk selamanya.
Anis adalah seekor kucing yang dirawat oleh sang pemilik warung di Puncak Gunung Lawu tersebut.
Sementara itu, Teman merupakan monyet yang menemani Mbok Yem di warung.
Mbok Yem memang telah pergi meninggalkan dunia untuk selamanya, namun bagaimana nasib kedua hewan tersebut.
Diketahui, Mbok Yem meninggal dunia pada April lalu.
Kini, warung Mbok Yem ditutup sementara selama 100 hari.
Upaya penutupan itu dilakukan untuk mengenang kepergian sang pemilik warung.
Sementara itu, Anis dan Temon dibawa ke Blora, Jawa Tengah.

Hal itu disampaikan Anggota Relawan Ceto di Gunung Lawu, Eko Sapardi Memora.
“Hewan monyet mbok Yem dibawa ke relawan pemerhati hewan di Kabupaten Blora Sedangkan, hewan kucing yang dirawat oleh Mbok Yem yaitu Anis dirawat oleh keluarga Mbok Yem,” ujarnya, pada Minggu (1/6/2025).
Penutupan warung makan Mbok Yem, dilakukan sementara bukan secara permanen.
Ia mengatakan, penutupan warung makan mbok Yem sementara karena masih mengenang 100 hari kepergian Mbok Yem.
"Warung Mbok Yem tutup sementara, bukan permanen, karena masih dalam masa 100 hari, Mas Muis sudah turun gunung, sehingga warung itu akan dikelola oleh keluarga atau kerabat dari almarhumah, namun untuk waktu kepastian kapan warung akan dibuka kembali, kami masih belum tahu," pungkas dia.
Namun, belum diketahui apakah Anis dan Temon akan kembali ke warung tau tidak untuk selamanya.
Baca juga: Nasib Warung Mbok Yem di Gunung Lawu, Akan Dikelola Keluarga setelah Masa Berkabung Berakhir
Hubungan Temon dan Mbok Yem
Pada 2017, Mbok Yem membeli Temon seharga Rp 1.500.000 dari pemilik lamanya, Robert.
Relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Best Haryanto, menjelaskan bahwa Mbok Yem membeli Temon karena Robert ingin melepaskan kera tersebut. "Keinginan Robert mau dibawa turun karena jika besar akan membahayakan. Sama Mbok Yem, daripada dibawa turun, dibayar saja," ujarnya.
Sejak saat itu, Temon menjadi teman setia Mbok Yem di warungnya hingga akhir hayatnya.
Haryanto mengungkapkan bahwa saat terakhir kali ia mengunjungi Hargodalem, Temon masih berada di sana.
"Ketheknya ditali di depan pintu. Saya terakhir kali naik kemarin masih di sana. Sama Muis, Jarwo, Bunda," tuturnya.
Kehadiran Temon di depan warung Mbok Yem dinilai Haryanto mengurangi jumlah pengunjung yang mampir.
Pasalnya, Temon dikenal jahil. Selian itu, ampas buang airnya juga berada dekat warung.
"Semenjak itu, warungnya Mbok Yem agak sepi karena setiap pendaki yang mampir diganggu kera itu," jelasnya. Haryanto juga membagikan pengalaman buruk yang dialaminya akibat ulah Temon.
Ia menceritakan pada pertengahan 2021, pendaki yang dirinya pandu harus mendapatkan 9 jahitan karena ulah Temon.
Saat itu, dua orang tamu Haryanto,seorang laki-laki (56) dan perempuan (45) memulai pendakian pukul 07.00 WIB melalui jalur pendakian Cemoro Kandhang.
Rombongan kemudian memutuskan untuk menginap di pos 4.
Insiden penyerangan pendaki Ketika pagi tiba, rombongan Haryanto kembali melanjutkan perjalanan sekitar pukul 09.00 WIB hingga tiba di Hargodalem beberapa jam kemudian.
"Tamu ku yang perempuan itu inginnya ke tempat Mbok Yem, tidak tahu kalau ada keranya. Karena capek, ia berjalan nunduk sambil pegangan pagar dekat warung Mbok Yem.
Di sana ada kera itu, lalu kera naik ke kepala perempuan itu, kemudian dicakar bagian mata dan digigit kepalanya," jelasnya.
Beruntung, saat itu ada seorang dokter yang sedang mendaki dan membawa perlengkapan medis.
Korban pun diberikan perawatan darurat sebelum melanjutkan perjalanan.
"Tamu tersebut menolak untuk ditandu turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki," tambah Haryanto.
Setelah insiden tersebut, Haryanto sempat berbicara dengan Mbok Yem mengenai kejadian itu.
Mbok Yem yang merasa bersalah bemaksud baik dengan menawarkan uang santunan sebesar Rp 4.000.000. Namun, pemberian tersebut ditolak oleh korban.
"Mbok Yem saat itu ingin memberikan santuan Rp 4.000.000.
Saat akan memberikan santunan tersebut tamu menolak. Ia mendoakan semoga Mbok Yem berumur panjang dan dilancarkan rejekinya," katanya.
Haryanto mengungkapkan bahwa relawan sering menyarankan agar Temon dibuang karena dampaknya terhadap pengunjung warung.
"Teman-teman relawan itu sering menyarankan kera itu dibuang karena kera itu kalau buang air kan dekat warung juga. Dibanding warungnya sepi, tapi Mbok Yem tetap ngeyel," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Temon, Kera Peliharaan Mbok Yem yang Jahil", Klik untuk baca:
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Nasib 2 Hewan Kesayangan Mendiang Mbok Yem Lawu Karanganyar, Kini Dirawat Relawan dan Keluarga
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.