Minggu, 10 Agustus 2025

Olah Limbah Tempe, Warga di Kampung Sanan Kota Malang Daur Ulang Jadi Pakan Sapi dan Biogas

Warga di Kampung Sanan di Kota Malang, Jawa Timur, memanfaatkan limbah produksi tempe dan kotoran sapi menjadi pakan ternak serta energi biogas. 

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
LIMBAH TEMPE JADI PAKAN SAPI - Warga di Kampung Sanan di Kota Malang, Jawa Timur, berhasil memanfaatkan limbah produksi tempe dan kotoran sapi menjadi pakan ternak dan energi biogas. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga di Kampung Sanan di Kota Malang, Jawa Timur, memanfaatkan limbah produksi tempe dan kotoran sapi menjadi pakan ternak serta energi biogas

Inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan energi dan pangan lokal di tengah naik-turunnya harga kebutuhan pokok.

Kampung Sanan sudah lama dikenal sebagai sentra produksi tempe

Setiap hari, sekitar 300 pengrajin memproduksi tempe dalam jumlah besar yang didistribusikan ke berbagai daerah. 

Tidak kurang dari 3,5 kuintal kedelai diolah setiap hari oleh pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) setempat.

Produksi tempe dalam skala besar tentu meninggalkan limbah cukup banyak, seperti ampas kedelai, air rebusan, dan kulit kedelai. 

Alih-alih mencemari lingkungan, warga Kampung Sanan justru menemukan cara cerdas untuk mengolah limbah tersebut menjadi sumber daya bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.

Dengan kreativitas masyarakat setempat, limbah kulit kedelai dan air rebusan diolah menjadi pakan ternak sapi yang bergizi tinggi. 

Sementara kotoran sapi diolah menjadi biogas yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari warga.

"Dulu kami beternak dulu, baru mulai produksi tempe sendiri. Dari hanya 30 kg sekarang sudah mencapai 3,5 kuintal per hari,” ujar Ketua RT 05 sekaligus pengurus GoSoya melalui keterangan tertulis, Senin (9/6/2025).

Produksi tempe dalam jumlah besar menghasilkan ampas kedelai dalam volume tinggi. 

Limbah ini dimanfaatkan sebagai pakan sapi dengan mencampurkan kulit kedelai, air rebusan kedelai, rumput, dan pakan ternak lainnya. 

Praktik ini membuat peternak lebih hemat biaya sekaligus mengurangi limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan.

Setelah sapi mengonsumsi pakan dari limbah tempe, kotorannya dikumpulkan dan diolah dalam sistem biogas sederhana. 

Inovasi ini mulai dikembangkan sejak 2018 dengan bantuan seorang dosen Universitas Brawijaya, Prof. Muhammad Bisri, yang memperkenalkan pemanfaatan kotoran sapi melalui Pembuangan Akhir Limbah (PAL).

“Di dekat kandang ada PAL, tempat pembuangan kotoran sapi. Dari situ, dua paralon dipasang untuk mengalirkan gas metana ke rumah-rumah warga sekitar,” jelas Rini.

Gas metana hasil fermentasi kotoran sapi kemudian dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan oleh warga. 

Meski skala produksi gas masih kecil, dampaknya cukup besar bagi efisiensi energi rumah tangga.

Namun, biogas harus dipakai secara rutin agar paralon tidak rusak. 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan