Sabtu, 20 September 2025

Tahun Baru Islam

Tutorial Ritual Malam 1 Suro Mubeng Beteng, Keliling Searah Jarum Jam atau Tidak?

Mubeng Beteng adalah ritual budaya yang dilakukan masyarakat Jawa setiap Malam 1 Suro

Penulis: Bobby W
Tribun Jogja/Santo Ari
TRADISI MUBENG BETENG - Ratusan warga mengikuti ritual Topo Broto Mubeng Benteng di komplek Keraton Yogyakarta, Sabtu (25/10/2014) dini hari. 

TRIBUNNEWS.COM - Datangnya Tahun Baru Islam pada Jumat ini (27/6/2025) biasanya kerap dibarengi dengan sejumlah ritual atau tradisi adat istiadat dari masyarakat setempat.

Bagi sebagian masyarakat suku Jawa, peringatan yang akrab dikenal sebagai Malam 1 Suro ini sering kali diiringi dengan ritual 'Mubeng Beteng'

Mubeng Beteng adalah ritual budaya yang dilakukan masyarakat Jawa setiap Malam 1 Suro yang secara penanggalan Jawa bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram.

Ritual ini melibatkan peserta yang berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton.

Masyarakat Yogyakarta biasanya melakukannya dengan mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta.

Selain warga Jogja, warga Solo juga terkadang melakukan hal serupa dengan mengelilingi benteng Keraton Mangkunegaran.

Adapun ritual jalan tersebut dilakukan dalam keadaan diam (tapa bisu) sebagai bentuk refleksi spiritual dan syukur.

Berikut penjelasan singkat tutorial melakukan tradisi Mubeng Beteng tersebut:

1. Persiapan Fisik

Baca juga: Tradisi Peringatan Malam 1 Suro di Solo dan Yogyakarta, Berikut Jadwal Kirabnya

Sebelum memulai ritual Mubeng Beteng, para peserta diharapkan mempersiapkan fisiknya dengan baik.

Hal ini terjadi karena jarak keliling yang harus ditempuh untuk mengeliling benteng Keraton tersebut cukup panjang.

Jarak keliling Benteng Keraton Yogyakarta sendiri diperkirakan mencapai 4 km.

Selain itu, peserta ritual ini tidak diperbolehkan menggunakan sepatu atau sandal. 

Tradisi ini dilakukan dengan berjalan tanpa alas kaki sebagai bentuk kesucian dan kerendahan hati.

Oleh karena itu, pastikan secara fisik bisa mengarungi jarak tempuh tersebut tanpa menggunakan alas kaki.

2. Tata Cara Pelaksanaan

Tradisi Mubeng Beteng di Yogyakarta biasanya digelar mendekati tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB

Rangkaian tradisi ini diawali pelantunan tembang macapat oleh para abdi dalem yang dalam tiap kidung liriknya terselip doa-doa serta harapan.

Pelantunan macapat ini biasanya dilaksanakan di area Bangsal Pancaniti, Keben Keraton Yogyakarta.

Selama berjalan kaki, peserta tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya diam dengan tatapan mata lurus ke depan.

Ritual ini juga diikuti abdi dalem serta bregodo Keraton Yogyakarta, perwakilan dari masing-masing kabupaten/kota di DIY, dan juga masyarakat umum.

Para perwakilan membawa panji-panji (bendera) dari masing-masing kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta.

Masyarakat umum juga dipersilakan berpartisipasi mengikuti tradisi Mubeng Beteng ini, namun diminta mengikuti aturan yang berlaku.

Adapun bagi masyarakat yang berminat untuk ikut Mubeng Benteng diharuskan memakai busana rapi dan tidak mengenakan celana pendek.

Sama seperti abdi dalem, para peserta dari golongan masyarakat umum juga harus menaati aturan tapa bisu dengan tidak berbicara sama sekali selama pelaksanaan.

3. Rute Melawan Arah Jarum Jam

Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi
MALAM 1 SURO - Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng", Selasa (5/10/2013) dini hari. Tradisi yang dilangsungkan setiap pergantian tahun baru hijriah ini dilakukan sebagai sarana perenungan dan istrospeksi warga atas berbagai hal yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Rute Mubeng Beteng biasanya dilakukan berlawanan arah jarum jam.

Adapun jalur melawan arah jarum jam ini digunakan sebagai simbol "lampah prihatin" (langkah duka) dan refleksi spiritual, berbeda dengan momen gembira yang menggunakan arah searah jarum jam.

Berikut rincian rute umum yang dilalui peserta Mubeng Beteng di Yogyakarta berdasarkan berbagai sumber:

  • Titik Awal :
    Kamandungan Lor (Keben) atau Bangsal Ponconiti di Pelataran Keben (halaman Keraton Yogyakarta).
  • Perjalanan Awal :
    Dari Keben menuju Ngabean (area barat Keraton) melalui Jalan Agus Salim atau Jalan Sultan Agung.
  • Pojok Beteng Kulon :
    Melintasi Pojok Beteng Kulon (sudut barat benteng) dan terus ke Jalan MT Haryono atau Plengkung Gading.
  • Pojok Beteng Wetan :
    Menuju Pojok Beteng Wetan (sudut timur benteng) melalui Jalan Wahid Hasyim atau Jalan Mayjen Sutoyo.
  • Jalan Ibu Ruswo :
    Melanjutkan ke Jalan Ibu Ruswo dan kembali ke area Alun-alun Utara.
  • Penutupan :
    Kembali ke titik awal (Keben ) setelah menempuh jarak sekitar 4–5 kilometer, biasanya sebelum waktu Subuh.

Rute dapat sedikit bervariasi tergantung pihak penyelenggara, seperti melalui Jalan Brigjen Katamso atau Regol Puro Pakualaman untuk versi Puro Pakualaman.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan