Jumat, 12 September 2025

Pendaki Tewas di Gunung Rinjani

Hasil Autopsi, Juliana Marins Meninggal Akibat Kekerasan Tumpul, Sebabkan Perdarahan Hebat

Hasil pemeriksaan menunjukkan luka lecet geser di hampir seluruh tubuh Juliana Marins, terutama di punggung, kepala, dan anggota gerak

|
Editor: Erik S
istimewa
KOLASE FOTO - Foto Juliana Marins di lokasi terjatuh di Gunung Rinjani dan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara. Dokter forensik RSUD Bali Mandara, dr Ida Bagus Putu Alit, DMF. Sp.F mengatakan Juliana meninggal karena kekerasan benda tumpul, bukan hipotermia. 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR- Pendaki Gunung Rinjani asal Brasil, Juliana Marins (27) meninggal bukan akibat hipotermia saat jatuh di jurang Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Berdasarkan hasil autopsi, Juliana Marins tewas akibat kekerasan tumpul hampir di seluruh tubuhnya.

Autopsi jenazah dilakukan di RSUD Bali Mandara pada Kamis (26/6/2025) pukul 22.00 WITA.

Baca juga: 30 Menit Kehilangan Juliana Marins, Ali Musthofa Syok Melihat Ada Cahaya di Jurang Sedalam 150 Meter

Keterangan tersebut disampaikan Dokter forensik RSUD Bali Mandara, dr Ida Bagus Putu Alit, DMF. Sp.F di RSUD Bali Mandara, Jumat (27/6/2025).

Hasil pemeriksaan menunjukkan luka lecet geser di hampir seluruh tubuh korban, terutama di punggung, kepala, dan anggota gerak. Luka ini mengindikasikan bahwa tubuh korban tergeser oleh benda-benda tumpul saat jatuh.

"Kami juga menemukan banyak patah tulang, terutama di bagian dada, punggung, dan paha. Dari kerusakan itu terjadi perdarahan hebat dan kerusakan organ-organ dalam," ujar dr Alit.

Menurutnya, luka-luka tersebut merupakan penyebab langsung kematian Juliana.

Kesimpulan awal adalah korban meninggal akibat kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan organ vital dan pendarahan masif, terutama di daerah dada dan perut.

“Kematian terjadi dalam waktu singkat, diperkirakan paling lama 20 menit setelah korban mengalami luka,” jelasnya.

Dokter Alit juga menyampaikan bahwa hipotermia tidak menjadi penyebab kematian, karena tidak ada tanda-tanda spesifik seperti penyusutan limpa.

Baca juga: Perjuangan Evakuasi Jenazah Juliana di Gunung Rinjani, Agam Menginap di Tepi Tebing Sedalam 590 M

Namun, ia menambahkan bahwa tidak bisa dilakukan pemeriksaan cairan bola mata untuk memastikan hipotermia, karena jenazah sudah dalam kondisi dingin dan disimpan dalam freezer.

"Secara umum, pola luka dan sebarannya konsisten dengan korban jatuh dari ketinggian. Tidak ada indikasi korban meninggal dalam waktu lama setelah luka terjadi," katanya.

Ia menekankan bahwa meskipun kesimpulan sementara mengarah ke kekerasan tumpul sebagai penyebab kematian, autopsi belum sepenuhnya lengkap karena masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi.

Saat diperiksa, kondisi jenazah masih utuh. Tanda-tanda lebam dan kekakuan tubuh menunjukkan kematian terjadi 12–24 jam sebelum autopsi dilakukan, sesuai dengan standar forensik mayat yang telah dibekukan.

 

Jenazah dipulangkan ke Brasil

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan