Jumat, 5 September 2025

Pendaki Jatuh di Gunung Rinjani

‘Anakku Mati Sendiri di Gunung Rinjani, Ditinggal Pemandu dan Telat Diselamatkan, Autopsi Diulang’

Juliana Marins tewas di Rinjani. Ayahnya tuding pemandu lalai, autopsi di RI diragukan, autopsi ulang digelar.

Editor: Glery Lazuardi
Instagram @ajulianamarins/@natadecoco_ee
PENDAKI TEWAS DI GUNUNG RINJANI - Foto memperlihatkan sosok Juliana Marins, pendaki asal Brasil semasa hidup, dan posisinya ketika terjatuh di Gunung Rinjani. Juliana ditemukan sudah tidak bernyawa, Selasa (24/6/2025), setelah dilaporkan jatuh ke dalam jurang arah Danau Segara Anak pada Sabtu (21/6/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – “Anakku mati sendirian di gunung, tak ada satu pun orang di sisinya saat ia butuh pertolongan.”

Begitu pernyataan penuh duka dari Manoel Marins, ayah Juliana Marins, turis asal Brasil yang meninggal tragis di Gunung Rinjani, Lombok, NTB.

Juliana, perempuan 26 tahun yang tengah menjalani perjalanan keliling Asia, terjatuh dari tebing setinggi 600 meter di kawasan Gunung Rinjani pada Sabtu, 21 Juni 2025. 

Ia sempat hilang dan baru ditemukan empat hari kemudian oleh tim SAR Indonesia dalam keadaan tak bernyawa.

Kini, Manoel mendesak agar dilakukan autopsi ulang terhadap jasad anaknya dan menyalahkan langsung pemandu pendakian serta pengelola taman nasional atas kelambanan proses penyelamatan yang fatal.

Baca juga: Tak Cuma Agam Saja, Evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani Kerja Tim: 137 Orang Dapat Penghargaan

JATUHNYA JULIANA MARINS - Pemandu Juliana Marins di Gunung Rinjani, Ali Musthofa (kiri), saat foto bersama rombongan Juliana ketika hendak mendaki. Foto Juliana Marins semasa hidup (kanan).
JATUHNYA JULIANA MARINS - Pemandu Juliana Marins di Gunung Rinjani, Ali Musthofa (kiri), saat foto bersama rombongan Juliana ketika hendak mendaki. Foto Juliana Marins semasa hidup (kanan). (Dok. Ali Musthofa via GLOBO/Instagram @ajulianamarins)

Ayah Juliana: Putri Saya Ditinggal Sendirian, Tak Ada yang Menjaga

Dalam wawancara dengan stasiun TV Brasil Fantástico, Manoel menyebut nama pemandu pendakian, Ali Musthofa, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab setelah pengelola taman nasional.

“Menurut saya, pemandunya lalai karena meninggalkan Juliana sendiri selama hampir satu jam hanya untuk merokok,” kata Manoel.

Ia juga mengkritik pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani karena terlambat menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), padahal waktu penyelamatan sangat krusial.

“Yang paling saya anggap bertanggung jawab adalah koordinator taman nasional. Mereka lambat bertindak, dan nyawa anak saya tak terselamatkan,” ujarnya.

Ali Musthofa, pemandu lokal yang mendampingi Juliana dalam perjalanan mendaki, telah memberikan klarifikasi dan membantah bahwa dirinya lalai.

Dalam wawancara dengan media Brasil O Globo, Musthofa mengakui memang Juliana tertinggal karena merasa lelah, namun ia membantah keras meninggalkannya terlalu lama.

“Saya hanya menjauh selama 3 menit, dan saya terus melihat ke belakang. Saat saya kembali, Juliana sudah tidak ada,” ujar Musthofa.

Ia menyebut melihat cahaya senter di bawah tebing dan mendengar suara minta tolong.

“Saya dengar Juliana berteriak. Saya bilang padanya: tunggu bantuan. Saya mencoba terus berteriak, agar dia tetap sadar,” tambahnya.

Musthofa kini menjadi bagian dari proses penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian Lombok.

Polisi telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk relawan dan petugas taman nasional, untuk mencari tahu apakah ada unsur pidana dalam insiden ini.

Baca juga: Brasil akan Membawa Kasus Juliana Marins ke Pengadilan Internasional, Indonesia Harus Siap-siap

PROSES EVAKUASI JULIANA MARINS - Agam Rinjani (kiri) saat menginap bersama rekan-rekan tim SAR lainnya di jurang Gunung Rinjani, Selasa (24/6/2025) malam, ketika proses mengevakuasi jenazah WN Brasil, Juliana Marins (kanan). Agam dan rekan-rekannya menginap satu malam bersama jenazah Juliana, sebelum akhirnya dievakuasi pada Rabu (25/6/2025).
PROSES EVAKUASI JULIANA MARINS - Agam Rinjani (kiri) saat menginap bersama rekan-rekan tim SAR lainnya di jurang Gunung Rinjani, Selasa (24/6/2025) malam, ketika proses mengevakuasi jenazah WN Brasil, Juliana Marins (kanan). Agam dan rekan-rekannya menginap satu malam bersama jenazah Juliana, sebelum akhirnya dievakuasi pada Rabu (25/6/2025). (Instagram @tyo_survival/@ajulianamarins)

Autopsi Ulang di Brasil: Kami Tak Yakin dengan Rumah Sakit Indonesia

Setelah jenazah Juliana dipulangkan ke Brasil pada 1 Juli 2025, keluarga langsung meminta autopsi ulang dilakukan di Rio de Janeiro.

Manoel menyampaikan keraguan atas kualitas pemeriksaan medis di rumah sakit Indonesia.

“Kami perlu memastikan waktu dan penyebab pasti kematian. Kami tak yakin rumah sakit di sana memiliki fasilitas memadai,” ujarnya dalam wawancara dengan TV Globo.

Bagi Manoel, kehilangan Juliana adalah luka terdalam dalam hidupnya. Ia menggambarkan hari-hari pencarian sebagai pengalaman paling menyakitkan.

“Kami lihat video saat dia masih hidup, masih bergerak. Kami pikir bantuan akan cepat datang. Tapi kenyataannya tidak ada yang datang tepat waktu,” ucapnya, nyaris tak bisa menahan air mata.

Juliana adalah anak semata wayangnya. Lulusan jurusan Periklanan ini tengah melakukan perjalanan keliling Asia sejak awal tahun. Sebelum ke Indonesia, ia telah menjelajahi Filipina, Vietnam, dan Thailand.

Juliana Ditemukan Terlambat, Keluarga Ungkap Fakta Baru

Jenazah Juliana ditemukan pada Selasa, 24 Juni, di dasar tebing Gunung Rinjani. Ia sempat hilang selama empat hari sebelum akhirnya ditemukan oleh tim SAR.

Keluarga meyakini, jika penyelamatan dilakukan lebih cepat, kemungkinan besar nyawa Juliana bisa diselamatkan.

“Ini bukan sekadar kecelakaan, ini kelalaian yang berujung pada kematian. Kami tidak akan berhenti sampai kebenaran terungkap,” tegas Manoel.

Dalam pertemuan resmi dengan otoritas Indonesia, Manoel mendesak agar protokol keselamatan pendakian ditinjau ulang. Ia tak ingin kematian anaknya terjadi sia-sia.

“Saya bilang ke mereka: kalau kalian sungguh memperbaiki sistem, saya bisa sedikit tenang. Karena kematian anak saya bisa menyelamatkan banyak nyawa lain di masa depan,” ujarnya.

Baca juga: Misteri Kematian Juliana Marins: Mengapa Jasadnya Harus Diautopsi Ulang di Brasil?

JENAZAH JULIANA - Pemerintah Brasil ternyata tidak menanggung biaya pemulangan jenazah Juliana Marins yang tewas karena terjatuh ke juran saat mendaki Gunung Rinjani. Hal itu diatur dalam undang-undang di Brasil terkait biaya pemulangan jenazah.
JENAZAH JULIANA - Pemerintah Brasil ternyata tidak menanggung biaya pemulangan jenazah Juliana Marins yang tewas karena terjatuh ke juran saat mendaki Gunung Rinjani. Hal itu diatur dalam undang-undang di Brasil terkait biaya pemulangan jenazah. (Tangkapan layar dari akun Instagram @ajulianamarins)

Profil Singkat Juliana Marins

Nama: Juliana Marins

Asal: Niterói, Rio de Janeiro, Brasil

Umur: 26 tahun

Profesi: Penari pole dance, lulusan jurusan Periklanan

Tujuan: Melakukan perjalanan keliling Asia

Negara yang dikunjungi: Filipina, Vietnam, Thailand, Indonesia

Tanggal kecelakaan: 21 Juni 2025

Tanggal ditemukan: 24 Juni 2025

Tanggal jenazah tiba di Brasil: 1 Juli 2025

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan