Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Ratusan Buruh KSPSI Gotong Royong Perbaiki Gedung Grahadi Surabaya yang Dirusak Saat Demonstrasi
Aksi gotong royong ini diinstruksikan langsung oleh Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea sebagai bentuk kepedulian buruh terhadap fasilitas publik
Penulis:
Seno Tri Sulistiyono
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) melakukan perbaikan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, yang mengalami kerusakan imbas aksi demonstrasi.
Aksi gotong royong ini diinstruksikan langsung oleh Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea sebagai bentuk kepedulian buruh terhadap fasilitas publik sekaligus simbol kebersamaan untuk mengembalikan kondusifitas pasca kerusuhan.
Kegiatan ini diikuti anggota KSPSI dari Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan daerah sekitarnya.
Baca juga: 33 Orang Jadi Tersangka Pembakaran Gedung Grahadi dan Pos Polisi di Surabaya
Aksi bersih-bersih Gedung Negara Grahadi dipimpin langsung Ketua DPD KSPSI Jawa Timur Ahmad Fauzi dan Ketua DPC KSPSI Kota Surabaya Dendy Prayitno.
Para buruh terlihat membersihkan puing dan memperbaiki bagian bangunan yang rusak.
Ketua DPD KSPSI Jawa Timur Ahmad Fauzi menegaskan, langkah ini dilakukan sebagai wujud tanggung jawab moral buruh untuk menjaga aset negara sekaligus memastikan suasana kota kembali kondusif.
"Aksi buruh ini diharapkan bisa menjadi momentum untuk kembali merajut persatuan pasca situasi yang sempat memanas," katanya, Rabu (3/9/2025).
Ketua DPC KSPSI Kota Surabaya Dendy Prayitno menyebut aksi ini merupakan instruksi langsung dari Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea.
Ia menegaskan bahwa buruh tidak hanya berkutat dengan urusan hak, tetapi juga punya tanggung jawab sosial menjaga lingkungan.
"Karena itu, kami KSPSI tidak hanya menuntut hak saja, melainkan juga ingin memelihara situasi kondisi yang kondusif," kata Dendy.
Selain kebersihan, KSPSI menekankan pentingnya merawat infrastruktur dan bangunan bersejarah seperti Gedung Negara Grahadi.
Menurut Dendy, gedung yang menjadi cagar budaya harus dijaga agar tetap nyaman dan terawat.
Baca juga: Sejumlah Orang yang Diduga Terlibat Pembakaran Grahadi dan Polsek Tegalsari Surabaya Ditangkap
Sementara, Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea menambahkan, aksi ini menunjukkan komitmen buruh untuk hadir tidak hanya ketika menuntut hak, tetapi juga ketika bangsa membutuhkan.
"Gedung Grahadi adalah ikon Jawa Timur. Kami ingin memastikan bahwa buruh ada di garda depan, bukan hanya untuk memperjuangkan kepentingan pekerja, tetapi juga menjaga persatuan bangsa," kata Andi Gani.
Andi Gani mengaku sudah mengeluarkan instruksi tegas untuk membela diri jika ada perusuh masuk ke dalam wilayah-wilayah industri dan menyakiti buruh.
Sejarah Gedung Grahadi
Gedung Negara Grahadi Surabaya dibakar massa yang lakukan aksi demo, Sabtu (30/8/2025) pukul 22.00 WIB.
Massa tersebut lakukan aksi demo untuk menyuarakan tuntutan keadilan atas insiden tewasnya Affan Kurniawan, driver ojek online (ojol) yang dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di Jakarta.
Bahkan, api yang membakar Gedung Grahadi tersebut juga menghanguskan ruang kerja Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak.
Gedung yang kini jadi rumah dinas Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa ini pun dirusak.
Nama Grahadi sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya rumah yang mulia.
Bangunan utama Gedung Grahadi dibangun pada akhir abad ke-18, tepatnya 1795.
Baca juga: Sejumlah Orang yang Diduga Terlibat Pembakaran Grahadi dan Polsek Tegalsari Surabaya Ditangkap
VOC yang berhasil mengalahkan Kraton Surabaya pun menunjuk seorang penguasa di Jawa bagian timur dan berkedudukan di Surabaya.
Dirk van Hogendorp lah orang yang ditunjuk sebagai penguasa.
Ia lantas membeli tanah di selatan kota yang dulu masih sepi dan letaknya di tepi sungai.
Di atas tanah yang mulanya milik pedagang tersebut, dibangunlah sebuah rumah peristirahatan yang menghadap ke sungai dan dikelilingi taman bunga yang luas.
Rumah ini dirancang menghadap ke arah sungai karena penghuninya bisa melihat lalu lalang perahu yang dulu jadi transportasi utama sebelum jalan raya berkembang.
Lalu, setelah pergantian kekuasaan yang terjadi di Eropa, Belanda dikuasai oleh Perancis di bawah kekuasaan Kaisar Napoleon Bonaparte.
Mengutip dprkpck.jatimprov.go.id, Napoleon Bonaparte mengutus seseorang dari Belanda untuk menjadi Gubernur Jenderal VOC di Hindia-Belanda sebagai bawahan Perancis.
Yang ditunjuk tersebut adalah Herman Willem Daendels, seorang militer, politikus, dan administrator Belanda yang paling dikenal karena membangun Jalan Raya Pos (Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan, yang sekarang jadi tulang punggung Jalur Pantai Utara (Pantura).
Di masa Daendels tersebut, Gedung Grahadi yang awalnya bertipe Oud Holland Stijl atau bangunan khas Belanda dianggap kurang megah.
Baca juga: Sejarah Singkat Gedung Grahadi, Rumah Dinas Gubernur Jatim yang Dibakar Massa
Ia pun menggantinya menjadi langgam Empire Style yang pada masanya dianggap lebih modern dan berwibawa.
Menurut Daendels, Empire Style lebih mencerminkan citra istana raja yang dimuliakan.
Arah bangunan pun diubah, gedung menghadap ke arah jalan raya, tepat di depannya dan tetap mempertahankan arah sungai.
Atap dengan mode Empire Style ini jadi ciri khas Gedung Grahadi.
Lalu pada tahun 1870, gedung ini resmi jadi kediaman Residen Surabaya yang membawahi wilayah Kota Surabaya, dan sekitarnya.
Sebagai rumah dinas Residen Surabaya, Grahadi pun mendapatkan penambahan ruang.
Gedung Grahadi lalu jadi rumah dinas Gubernur Jawa Timur hingga masa penjajahan Jepang dan hingga kini.
Gedung yang juga jadi cagar budaya ini jug juga kerap digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara penting di tingkat Provinsi Jawa Timur.
Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Siswa SMP Diamankan usai Jarah Tameng Polisi saat Demo di Polda NTB, LPA: Pihak Sekolah juga Salah |
---|
Rusak Akibat Ricuh, Ruangan Paripurna dan Ruangan Fraksi DPRD Palopo Sulsel Tidak Bisa Digunakan |
---|
Arti Brave Pink dan Hero Green, 2 Warna Jadi Simbol Rakyat Indonesia Bersuara Lewat Sosial Media |
---|
Arca Kepala Ganesha di Museum Bagawanta Bhari Kediri Masih Hilang |
---|
Teman yang Tinggalkan Rheza saat Demo Sudah Minta Maaf, Ayah Rheza: Jangan Bully, Saya Sudah Rela |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.