Aktivis Lingkungan Flores NTT Ditemukan Tewas, Sudah 5 Hari Polisi Belum Beri Penjelasan
Aktivis lingkungan Pulau Flores, Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30) ditemukan tewas di Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Seorang aktivis lingkungan yang juga guru SMPN 1 Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30) ditemukan tewas terikat dalam sebuah pondok di Desa Tonggo, Nangaroro pada Jumat (5/9/2025).
Kabupaten Nagekeo berlokasi di Pulau Flores, NTT.
Kapolsek Nangaroro, Iptu Juliardi Sinambela membenarkan penemuan mayat tersebut.
Juliardi menyebut mayat pria yang ditemukan di sebuah pondok kebun milik warga.
"Diperkirakan sudah lebih dari tiga hari," ujarnya kepada Tribun Flores, Jumat malam.
Jasad Vian kemudian dievakuasi ke Puskesmas Nangaroro.
Pondok tersebut berlokasi dekat dengan pantai yang sering digunakan oleh pemiliknya untuk beristirahat saat berziarah ke kuburan keluarga.
Sementara itu berdasar foto yang dihimpun dari media sosial, korban ditemukan dalam keadaan tergantung di dalam pondok yang terbuat dari bambu.

Leher korban terikat tali, sementara posisi kaki menyentuh lantai pondok.
Beberapa barang ditemukan di dekat korban, seperti tas berwarna hitam dan ponsel yang diduga milik korban.
Selain itu, ada juga kantong plastik berwarna biru, sebuah sepatu berwarna hitam, sebuah sepatu berwarna putih, serta sebuah helm berwarna hitam.
Di luar pondok, terdapat motor jenis Honda CRV yang diduga milik Vian.
Vian Ruma dikenal sebagai salah satu aktivis yang menolak proyek geotermal alias energi panas yang berasal dari dalam bumi, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Baca juga: Sosok Vian Ruma, Aktivis Lingkungan di Nagekeo NTT Ditemukan Tewas Terikat, Dikenal Baik
Sudah 5 Hari, Polisi Belum Beri Keterangan
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan mengenai hasil pemeriksaan terhadap jasad Vian.
Pada Jumat malam, Iptu Juliardi meminta Tribun Flores mengirimkan sejumlah daftar pertanyaan untuk dijawab.
Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu belum dijawab.
Lalu dalam keterangannya pada Selasa, Juliardi hanya menjelaskan barang-barang yang ditemukan di lokasi kejadian pada saat penemuan awal, seperti yang sudah dijelaskan.
"Hasilnya ya ditemukan barang-barang yang sudah dilansir sebelumnya," tulis Juliardi melalui pesan WhatsApp.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf dan mengaku beberapa hari belakangan sinyal di wilayah Nangaroro sedang tidak baik.
Saat ditanya soal apakah ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jasad korban, Juliardi belum bisa memastikan secara pasti.
Ia menjelaskan kepolisian akan mendalami isu keterlibatan Vian Ruma sebagai salah satu aktivis yang menolak proyek geotermal dan dikaitkan-kaitkan dengan kasus kematiannya.
"Nah itu yang kami coba dalami infonya," jawab dia.
Sementara itu, Dokter Lita yang memeriksa jasad korban juga enggan membeberkan kondisi korban.
"Hasil pemeriksaan sudah saya serahkan ke pihak kepolisian. Bisa langsung ke pihak kepolisian saja," ungkap Lita.
Vian Getol Tolak Proyek Geotermal
Vian Ruma dikenal sebagai sosok aktivis lingkungan.
Ia getol menolak proyek panas bumi atau geotermal di Kabupaten Nagekeo.
Lewat akun Instagram pribadinya @vian_ruma, Ia beberapa kali menyuarakan soal kelestarian.
Terakhir dirinya mengunggah foto, pada 7 Juni 2025.
Foto terakhirnya itu saat dirinya berkumpul dengan rekan-rekannya melakukan kampanye.
Mereka membawa gambar tangan dikepalkan dengan latar belakang kobaran api.
"Tanah kita masa depan kita," tulis Vian Ruma di keterangan foto.
Kabar tewasnya Vian Ruma turut menyita perhatian warganet.
Akun Vian Ruma dibanjiri ucapan duka atas kepergiannya.
Diketahui, Vian diangkat menjadi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) angkatan 2020.
Vian Ruma masih lajang atau belum berkeluarga.
Kepala SMPN 1 Nangaroro, Edith Ana Oko Pawe membenarkan Vian Ruma mengajar di sekolahnya.
Ia juga menyebut, Vian Ruma selama hidupnya dikenal baik dan tidak terlihat sebagai sosok bermasalah.
"Setahu saya dan pengamatan kami di sekolah itu beliau baik-baik saja dan termasuk guru yang baik di sekolah itu."
"Di sekolah juga aman-aman dengan saya dan semua guru, tidak ada persoalan apa-apa," kata Edith.
Tentang Proyek Geotermal

Pada 2017 lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Flores sebagai Geothermal Island melalui SK No. 2268 K/30/MEM/2017 oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Pulau Flores ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi atau "Flores Geothermal Island" pada tanggal 19 Juni 2017.
Dikutip dari laman Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Flores mencapai sekitar 800 MW.
Proyek pertama yang dikembangkan di Pulau Flores adalah wilayah Waisano atau juga disebut Wae Sano.
Waisano dipilih berdasarkan hasil survei Badan Geologi (Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi) yang telah dianalisis sebelumnya oleh tenaga ahli World Bank.
Dana yang digunakan untuk mengembangkan Waisano adalah dengan menggunakan dana Geothermal Fund. Dana tersebut berasal dari dana hibah World Bank dan APBN mencapai Rp 3 Triliun.
Proyek-proyek lainnya antara lain PLTP Mataloko (Ngada), dan PLTP Sokoria (Ende).
Penolakan Proyek
Sementara itu penolakan terhadap proyek geotermal di Flores, NTT, terus menggema hingga tahun 2025.
Seperti penolakan yang disampaikan Keuskupan Ende.
Uskup Agung Ende, Mgr. Paul Budi Kleden, menegaskan penolakan terhadap proyek geotermal di wilayah Keuskupan Agung Ende yang mencakup Kevikepan Ende, Mbay, dan Bajawa.
Dikutip dari Tribun Flores, dalam pernyataan video berdurasi 1 menit 5 detik pada 10 Januari 2025, Ia menyatakan sikap setelah mendengar kesaksian dari sejumlah orang di Sokoria dan Mataloko, serta berdiskusi dengan imam-imam di wilayah tersebut.
“Penting bagi umat dan masyarakat untuk turut menyuarakan penolakan terhadap proyek ini. Kita perlu mendorong resistensi melalui informasi yang jelas dan kesaksian masyarakat yang telah merasakan dampaknya,” tegas Mgr Paul Budi Kleden.
Mgr. Kleden menegaskan komitmen menjaga kepentingan masyarakat lokal serta memperingatkan bahwa proyek geotermal berpotensi merusak ekosistem dan kehidupan sosial warga.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Penemuan Mayat di Tonggo Nagekeo, Kaki Korban Menyentuh Bale-Bale.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Endra Kurniawan) (Tribunflores.com/Albert Aquinaldo)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.