Rabu, 20 Agustus 2025

Berita Viral

Alami Keguguran, Wanita Ini Rela Janinnya Diawetkan, sang Suami Ungkap Kisah di Baliknya

Sebelum Puu keguguran, dokter mendiagnosa bayi Eugene dan sang istri menderita trisomy 18.

Penulis: Pravitri Retno W
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Facebook/Eugene Wee
Puu Kanokrat dan Eugene Wee 

"Dalam konferensi di Singapura, delegasi muda bertanya padaku, 'Eugene, apakah menurutmu istrimu cantik?'. Jawabanku adalah tidak. Delegasi tersebut terkejut. Jika kamu bertanya pada istriku apakah aku tampan, ia juga akan menjawab tidak.

Kami jatuh cinta bukan karena penampilan. Di usia kami, kami tahu penampilan seperti hal materi lainnya, bisa memudar. Dan yang tersisa hanyalah kepercayaan, keyakinan, dan cinta kami.

Untuk teman-teman dekatku, kalian pasti sudah mengetahui istriku mengalami keguguran saat usia kandungannya lima bulan pada tiga minggu lalu.

Anak kami menderita trisomy 18 - kondisi kromosom langka yang bisa menyebabkan cacat mental berat, bentuk fisik yang tak sempurna, dan dalam kebanyakan kasus bayi dengan trisomy 18 tidak akan bisa hidup lama. Anak kami harus mengalami ketiganya. tu adalah kasus yang terjadi pada satu dari enam ribu kehamilan.

Hal itu menyebabkan kehebohan di fakultas kedokteran dan para profesor meminta kesempatan untuk melakukan scan secara mendetail, sambil menunjukkan kondisi langka ini pada mahasiswa sebanyak mungkin.

Selama empat jam, istriku memilih untuk menjalani scan ultrasound sehingga setiap mahasiswa kedokteran bisa mendapat pengetahuan sebanyak mungkin dari janin yang dikandungnya. Itu menyakitkan untuknya. Mendengar mahasiswa mendiskusikan otak bayinya sendiri, jantung yang membesar, lengan yang hilang, wajah, kurangnya organ, dan lain-lain.

Tetapi, ia tetap berbaring di sana, lelah secara emosional, fisik dan mental, supaya calon-calon dokter itu bisa belajar.

Scan ultrasound yang menunjukkan janin Puu.
Scan ultrasound yang menunjukkan janin Puu. (Facebook/Eugene Wee)


Setelah sesi tersebut selesai, fakultas kedokteran 'meminta' janin istriku untuk penelitian dan studi di masa mendatang. Kami tahu apa artinya itu.

Itu adalah permintaan yang bisa membuatnya menderita dan ia melalui proses persalinan yang menyakitkan - seperti yang ibu hamil lain rasakan - untuk melahirkan anaknya yang sudah meninggal.

Ia telah menahan segala rasa sakit emosional, tapi ini berarti ia harus mengalami lebih banyak lagi - lebih banyak lagi rasa sakit fisik yang luar biasa - hanya agar bayinya tetap utuh untuk keperluan medis.

Kami berbicara soal itu, dan ia menjawab dengan tenang, 'Jika anakku harus meninggal, maka seharusnya ia tidak meninggal dalam keadaan sia-sia'. Ia telah mengambil keputusan - ia akan melalui rasa sakit persalinan sehingga janin anak kami bisa digunakan untuk penelitian.

Selama 30 jam, aku duduk di sana melalui perjalanaan bersamanya, melihat ia kesakitan saat melahirkan, meminta lebih banyak obat penghilang rasa sakit untuk membantunya melewati waktu yang terasa tak akan berakhir.

Selama proses persalinan, ia merasakan sakit yang luar biasa. Aku mengatakan kepadanya ia bisa menyerah, tapi ia tetap bersikukuh melakukannya. Ia memilih harus melalui rasa sakit hanya untuk memastikan janin bisa tetap utuh. Setelah 33 jam, anak kami dikirim ke fasilitas medis untuk diawetkan.

Untuk mahasiswa kedokteran di Universitas Chiangmai, jika kalian membaca ini, ini adalah cerita di balik janin yang menderita trisomy 18.

Cerita tentang kepercayaan, cinta dan pengorbanan, untuk berjuang bersama kalian, dengan harapan kalian bisa menjadi manusia lebih baik.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan