Senin, 1 September 2025

Gempa di Sulteng

Ada Kaitannya dengan Likuifaksi di Sigi, Ahli Geologi UGM Sebut Pernah Teliti Teluk Palu pada 2005

Ahli Geologi UGM pernah melakukan penelitian di Teluk Palu pada 2005. Ternyata berkaitan dengan likuifaksi yang terjadi di Sigi baru-baru ini.

Penulis: Pravitri Retno W
Editor: Daryono
KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR
Seorang warga Palu menunjukkan sebuah rumah beton yang digulung lumpur yang keluar dari perut bumi dan berpindah ratusan meter di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pasca-gempa bermagnitudo 7,4. 

TRIBUNNEWS.COM - Ahli Geologi UGM pernah melakukan penelitian di Teluk Palu pada 2005 silam.

Gempa berkekuatan 7,4 SR serta tsunami mengguncang Palu dan Donggala pada Jumat (28/9/2018) kemarin.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut menyebabkan tsunami yang melanda Palu, Mamuju, dan Donggala.

Hingga hari ini, Rabu (3/10/2018), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lewat Twitter melaporkan jumlah korban jiwa mencapai 1.234 orang.

Korban meninggal terdari dari wilayah Palu, sebagian Donggala, sebagian Sigi, dan Parigi Moutong.

Baca: Australia Tambah Bantuan Lebih dari Rp 54 Miliar Untuk Korban Gempa Sulawesi

Baca: Anak Korban Gempa Ingin Ikut Jokowi

Sementara 99 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Dampak gempa dan tsunami ini juga dirasakan warga Sigi yang tinggal di dekat perbatasan Palu.

Banyak rumah-rumah dan warga Sigi tenggelam akibat lumpur yang muncul karena likuifaksi.

Fenomena ini sebelumnya viral di media sosial sehari setelah gempa melanda Palu dan Donggala.

Dilansir Tribunnews dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian soal daerah Sigi yang rawan fenomena likuifaksi atau tanah gerak sejak 2005 silam.

Pada Selasa (2/10/2018), ahli Geologi UGM, Subagyo Pramumijoyo, menjelaskan bahwa daerah di sepanjang Teluk Palu memiliki kontur tanah yang mudah terjadi likuifaksi.

Subagyo mengungkapkan likuifaksi banyak terjadi pada daerah yang memiliki kontur tanah berpasir.

Tanah berpasir tersebut tercampur dengan air tanah di bawahnya karena mengalami guncangan gempa.

Akibatnya, larutan air bercampur pasur menerobos rekahan tanah di permukaan.

Karena daerah sepanjang Teluk Palu memiliki kontur tanah berpasir, hal tersebut menyebabkan daerah tersebut sebenarnya tidak aman untuk dijadikan tempat tinggal karena berpotensi terjadi likuifaksi saat gempa terjadi.

Baca: Perjuangan Korban Selamat dari Gempa dan Tsunami Palu, Sempat Terbanting dan Anak Kelaparan

Baca: 5 Hari Setelah Gempa Palu, Korban Rasakan 3 Kesulitan Ini

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan