Sabtu, 23 Agustus 2025

Hari HAM

Hari HAM Internasional - Mengenang Munir, Aktivis HAM yang Kematiannya hingga Kini jadi Misteri

Bicara soal Hari Hak Asasi Manusia (HAM) tidak bisa lepas dari catatan sejarah kematian aktivis HAM, Munir yang hingga kini masih menjadi misteri.

Editor: Fathul Amanah
SURYA Malang/HAYU YUDHA PRABOWO
Bicara soal Hari Hak Asasi Manusia (HAM) tidak bisa lepas dari catatan sejarah kematian aktivis HAM, Munir yang hingga kini masih menjadi misteri. 

TRIBUNNEWS.COM - Bicara soal Hari Hak Asasi Manusia (HAM) tidak bisa lepas dari catatan sejarah kematian aktivis HAM, Munir Said Thalib yang hingga kini masih menjadi misteri.

Hari HAM secara internasional diperingati setiap tanggal 10 Desember.

Munir meninggal 7 September 2004, di pesawat terbang dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan studi.

Mengutip Kompas.com, Munir menumpangi pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-974 yang lepas landas dari Jakarta Senin (6/09/2004) malam pukul 21.55 WIB.

Pesawat tersebut transit di Bandara Changi, Singapura, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.

Hasil autopsi menyatakan bahwa Munir meninggal akibat racun arsenik yang ada dalam jus jeruk yang ia minum.

Munir sempat mendapat pertolongan dari seorang dokter yang berada dalam pesawat.

Dia kemudian dipindahkan ke sebelah bangku dokter dan mendapat perawatan

Hingga saat ini, kasus kematian Munir masih menjadi misteri.

Baca: Peringati Hari HAM se-Dunia 10 Desember Hari Ini, Tagar HumanRightsDay jadi Trending Twitter

Pengadilan memang telah menjatuhkan vonis 14 tahun terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto yang disebut sebagai pelaku pembunuhan.

Pengadilan juga memvonis Direktur Utama PT Garuda Indonesia saat itu, Indra Setiawan, dengan hukuman 1 tahun penjara.

Dia dianggap terlibat dalam kasus pembunuhan Munir.

Akan tetapi, Indra Setiawan membantah terlibat dalam konspirasi pembunuhan Munir yang juga diduga melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN).

Surat tugas untuk Pollycarpus selama ini diduga dibuat Indra setelah menerima surat resmi dari BIN.

Mengutip dokumen Harian Kompas pada 2 Februari 2008 dari Kompas.com, dalam pleidoinya, Indra mengaku tidak tahu apakah surat BIN yang diterimanya pada Juni atau Juli 2004 itu bagian dari rencana pembunuhan atau bukan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan