Jumat, 5 September 2025

Tradisi Gila: Bertato Tidak Identik Dengan Kriminalitas

Satu lagi band rock yang cukup sangar dari pulau Jawa. Mereka memainkan musik cepat, berlirik tegas, bertato.

zoom-inlihat foto Tradisi Gila: Bertato Tidak Identik Dengan Kriminalitas
The Sun
Ilustrasi pecinta tato

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Riezky Andhika Pradana

TRIBUNNEWS.COM,  YOGYAKARTA - Satu lagi band rock yang cukup sangar dari pulau Jawa. Mereka memainkan musik cepat, berlirik tegas, bertato. Grup band ini menamakan diri Tradisigila.

Adalah Fandem Fay (Vocal, Gitar), Hoho Daniago (Back vocal, Bass), dan Putra Tissca (Drums) mendirikan band yang sudah merilis beberapa album, baik full album maupun album kompilasi. Nama Tradisigila berawal dari pemikiran bahwa dalam hidup, manusia jangan memandang seseorang dari luarnya saja.

Menurut Fandem, Karena tubuh mereka bertiga penuh dengan tato, maka dengan nama Tradisigila mereka ingin mengangkat kaum minoritas yang selama ini di anggap sebagai masyarakat kedua. “Kami akan melakukannya dengan hal-hal positif dan dengan lirik-lirik yang bertujuan untuk merubah pikiran masyarakat umum yang masih tabu,” ujarnya kepada Tribun Jogja.

Tradisigila, didirikan di Semarang timur akhir 2009 lalu. Awalnya formasi mereka adalah Fandem Fay, Dath Rock (Bass), dan Cino Melodic (Drums). Formasi ini sempat menghasilkan sebuah album indie yang dirilis Tradizer Prod. Namun setelah Dath Rock memutuskan mundur untuk bekerja di luar negeri, dan Cino Melodic harus melanjutkan kuliahnya, formasi ini pun berakhir. Kemudian, Fandem mengajak cowok pendiam asal Yogya, bernama Hoho Daniago, dan drumer yang juga ahli memasak di dapur, bernama Putra Tissca.

Musik yang dimainkan Tradisigila mendapat pengaruh cukup signifikan dari musisi manca negara seperti Social Distortion, Green Day, Johnny Cash, Ramones, Rancid, maupun maupun band domestik seperti, Superman Is  Dead. Tampilan mereka yang identik dengan tato dan piercing dan terkesan berandalan, Tradisigila sering disebut band bergenre ‘Java Rock Skull’. Hal ini, menurut Fandem, juga karena mereka sering dianggap sebagai balungannya musik rock di Jawa.

Semua lirik yang ditulis Tradisigila adalah apa yang telah mereka alami, dan lihat dalam kehidupan sehari-hari.  Lirik mereka banyak yang berbicara tentang tato, cinta, harapan, dan impian. Bisa di bilang lirik tentang tato hampir mewakili di semua lagu mereka.

Pada lagu berjudul ‘Resiko Punya Tattoo’ mereka berusaha ingin meluruskan persepsi masyarakat yang menganggap kalau orang bertato selalu identik dengan kriminalitas dan sampah masyarakat. Menurut mereka, ketika nongkrong,  di jalanan, beribadah, dan melakukan kegiatan sosial pun, masyarakat bertato selalu dilihat seperti manusia planet yang aneh.

“Jadi kami berusaha menceritakan apa saja resikonya dalam memilih keputusan yang bersifat seumur hidup ini. Intinya berani berbuat ya harus bisa bertanggung jawab,” ungkap Fandem.

Musik cepat yang mereka mainkan, juga tak jarang dianggap identik dengan kekerasan, bahkan menyulut kerusuhan, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, sebelum pertunjukkan mereka selalu bersosialisasi kepada teman-teman di komunitas dengan berbagi cerita, dan belajar bersama. “Kalau sudah berada di panggung, kami pun mencoba memberikan suasana layaknya dialog di dalam kelas, jadi penonton merasa di anggap dan di hargai,” aku vokalis yang suga seniman tato ini.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan