Rabu, 17 September 2025

Mengenal Aqil, Anak Dengan Disleksia yang Jadi Inspirasi Film Wonderful Life

Gambar karya seorang anak kelas 7 National High Jakarta School, Aqillurachman Prabowo menjadi inspirasi Rio Dewanto dan Angga Sasongko.

Penulis: Nurul Hanna
Tribunnews/JEPRIMA
Seorang anak penderita disleksia, Aqil saat menghadiri press screening sekaligus konferensi pers Film Wonderful Life di Senayan City, Jakarta Pusat, Senin (10/10/2016). Aqil merupakan tokoh asli yang diperankan Sinyo pada film Wonderful Life. Tribunnews/Jeprima 

Kedua adik Aqil pun didiagnosa Diseleksia.

Menghadapi kenyataan ini Amalia bukannya terpuruk, ia bahkan berjuang sekuat tenaga hingga ketiga anaknya menerima dan nyaman mengakui kendala tersebut.

"Disleksia selalu didampingi dengan hiperaktif, jadi suka menjatuhkan apapun. Makanyana kalu di restoran mereka menjatuhkan barang, mereka dengan santainya mohon maaf dan bilang bahwa mereka Disleksia," ujar Amalia.

Sampai kapanpun, Disleksia tidak bisa disembuhkan hanya bisa diarahkan. Harus ada pendampingan dengan menggunakan visual atau gambar.

"Diseleksia tidak bisa menerima perintah lebih dari tiga, jadi perintahnya harus digambar. Misalnya kamu harus ke supermarket digambar, habis itu nanti dijemput, maka digambarkan mobil. Jadi kalau misalnya pulang kerumah dia dikasih tanda, patokan. Kalau dikasih tau arah dan belok, dia nggak akan ngerti," ujar Amalia yang bekerja sebagai CEO ini.

Potensi Disleksia dapat dilihat sejak umur empat hingga lima tahun. Tetapi, baru dapat didiagnosa Disleksia saat umur tujuh tahun.

Menurut Asosiasi Diseleksia, satu dari sepuluh anak Indonesia mengidap Disleksia.

"Kalau dari asosiasi Disleksia itu satu dari sepuluh ya. Memang yang bermasalah, karena belum banyak yang kenal Disleksia jadi anaknya mudah dilabel bodoh. Disleksia beda dengan autis, kalau autism kan kelihatan dari perangai. Tapi Disleksia, anaknya happy aja," tutur Amalia.

Kini, Amalia fokus kepada gerakan #bewonderful yang memberi inspirasi kepada ibu dengan anak berkebutuhan khusus, khususnya Diseleksia.

"Kalau anak udah masuk kelas tiga atau empat SD, dianggap sebagai anak bodoh kan. Padahal diseleksia itu IQ-nya normal bahkan seringkali diatas rata rata jadi kasihan kalau nggak dikasih tahu," tandas wanita berkacamata ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan