7 Fakta Menarik Film Jejak Langkah 2 Ulama yang akan Rilis pada Januari 2020
Masyarakat Indonesia dalam waktu dekat ini akan kembali disuguhkan film bergenre religi berjudul Jejak Langkah 2 Ulama
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat Indonesia dalam waktu dekat ini akan kembali disuguhkan dengan film bergenre religi, berjudul Jejak Langkah 2 Ulama.
Film Jejak Langkah 2 Ulama diinisiasi oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Pondok Pesantren Tebuireng.
Film Jejak Langkah 2 Ulama secara garis besar menceritakan perjalanan hidup dua ulama besar nusantara, Kyai Haji (KH) Ahmad Dahlan dan Kyai Haji (KH) Hasyim Asy'ari.
Di film ini, penonton akan dimanjakan dengan base true story dari kedua tokoh besar dari masa kecil hingga memperjuangkan tegaknya agama di bumi Indonesia.
Untuk lebih mengenal film yang dijadwalkan rilis pada bulan Januari 2020 ini, berikut tujuh fakta menariknya.
1. Berbeda dari film-film sebelumnya

Produser film Jejak Langkah 2 Ulama yang juga cicit KH Ahmad Dahlan, Andika Prabhangkara mengatakan film Jejak Langkah 2 Ulama memiliki perbedaan dari film pendahulunya.
Diketahui sebelumnya, telah ada dua film yang menceritakan kehidupan dua ulama besar ini.
Pertama perjalanan KH Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah pada 2010.
Kedua, Sang Kiai yang menceritakan kisah hidup KH Hasyim Asyari yang rilis di 2013.
Menurut Andika, pihaknya ingin menampilkan sesuatu yang belum pernah diulik dari kedua film sebelumnya.
"Kita ingin menampilkan yang belum ditampilkan di film pendahulunya," ungkap Andika.
Andika mencontohkan, tidak banyak orang tahu KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari memiliki guru yang sama.
Baik guru ketika ada di Indonesia dan saat keduanya memperdalam ilmu agama di Makkah al-Mukarramah.
Film ini juga berisi tentang kebersaaam antara dua tokoh tersebut saat memperdalam ilmu agama.
"Mereka berdua belajar di Sholeh Darat," katanya.
2. Memahami Perbedaan, Menjunjung Persamaan

Sutradara film Jejak Langkah 2 Ulama, Sigit Ariansyah mengatakan ada pesan utama yang ingin ia sampaikan lewat film ini garapannya ini.
Pesan utama tersebut adalah 'memahami perbedaan, menjunjung persamaan'.
Kalimat ini kemudian dijadikan gambaran keseluruhan (logline) dari film Jejak Langkah 2 Ulama.
"Ini logline kita, memahami perbedaan dan menjunjung persamaan," ungkap Sigit kepada Tribunnews.com.
Sigit mengatakan pemilihan kata 'memahami' bukan tanpa sebab.
Menurutnya selama ini sudah terlalu biasa atau mainstream untuk menghormati perbedaan.
Sigit menjelaskan perbedaan bukan untuk dihormati, melaikan untuk dipahami.
"Baru bisa menghormati orang yang berbeda," lanjutnya.
3. Sutradara sempat menolak dan ragu

Sutradara film Jejak Langkah 2 Ulama, Sigit mengaku sempat menolak film ini.
Ia mengaku menolak bukan karena tidak suka dengan film Jejak Langkah 2 Ulama.
"Saya nolaknya apa saya mampu?, sanggup enggak nih?," kata Sigit kepada Tribunnews.
Sigit mengatakan butuh beberapa waktu untuk menyakinkan dirinya memulai mengarap film ini.
Dengan keteguhan hati, Sigit akhirnya mau untuk men-sutradarai film Jejak Langkah 2 Ulama.
"Singkat cerita bisa lah bismillah," ujar Sigit.
4. Film kolosal

Sigit menggolongkan film Jejak Langkah 2 Ulama sebagai film kolosal.
Bagaimana tidak? film ini melibatkan lebih dari 800 talent dan 100 crew film.
Sigit menambahkan sebisa mungkin pemain-pemain film Jejak Langkah 2 Ulama berasal dari keluarga besar dari dua organiasi Islam terbesar di Indonesia ini.
"Memang ada dari Muhammadiyah dan NU sebisa mungkin dari keluarga, kita cari dulu," katanya.
5. Standar tinggi untuk talent

Sigit mengatakan, selain pintar beradu akting, khusus bagi pemeran-pemeran utama juga harus paham dengan ilmu-ilmu agama.
"Jadi karakter kyai dan ustaz dari kalangan Nahdlatul 'Ulama (NU) bisa baca kitab kuning, saya wajibkan"
"Dari Muhammadiyah bisa Bahasa Arab," ungkap Sigit.
Menurut Sigit kemampuan ini sangat penting selama proses pembuatan film.
Ia mengaku banyak dalam skrip film Jejak Langkah 2 Ulama memuat potongan ayat Al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
"Kan gak lucu pas ngeluarin ayat ndak fasih," tegas Sigit.
Sigit melanjutkan, bukan perkara yang mudah untuk menemukan talent yang cocok untuk memerankan para tokoh di film ini.
Sebelumnya Tim film Jejak Langkah 2 Ulama melakukan open casting dengan ribuan peserta selama 4 bulan lamanya.
"Kita temukan, aktor-aktor ini sudah melalui saringan yang luar biasa," kata Sigit.
6. Soundtrack film

Cicit Kyai Haji (KH) Ahmad Dahlan, Adhitya Bhagaskara tak mau ketinggalan untuk berkontribusi dalam film Jejak Langkah 2 Ulama.
Pria yang juga seorang musisi dari group band Jikustik ini mendapat tugas untuk mengarap soundtrack film bergenre religi tersebut.
Adhitya mengatakan, ide utama soundtrack film Jejak Langkah 2 Ulama terinspirasi dari film itu sendiri.
Film Jejak Langkah 2 Ulama akan dirilis pada Januari 2020, mengisahkan dua tokoh ulama besar di Indonesia.
"Film ini mengisahkan dua orang dengan dua hati yang bening," kata Adhitya.
Menurutnya, perumpamaan dari KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari seperti telaga dan mata air.
"Air bening mengalir lah. Satu didatangi banyak orang, satu mengairi banyak orang," ungkapnya.
Adhitya melanjutkan, dirinya mendapat banyak bantuan dalam proses penciptaan lagi dan lirik soundtrack film Jejak Langkah 2 Ulama.
"Alhamdulillah banyak bantuan," tuturnya.
7. Siap launching
Andika menjelaskan konsep awal pendistribusian film Jejak Langkah 2 Ulama awalnya lewat pemutaran di sekolah-sekolah.
Menurutnya, konsep ini dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Konsep awal kita datang di sekolah-sekolah," ujar Andika.
Selain itu, Andika menilai fasilitas bioskop belum bisa mengakomodir masyarakat yang di kota atau kabupaten yang belum memiliki gedung bioskop.
Namun karena permintaan film ini besar, akhirnya dipilih dua cara pendistribusian film ini.
Pertama lewat cara konvensional dengan pemutaran di bioskop, dan kedua sesuai dengan konsep awal.
"Kita di bioskop tetap jalan," terangnya.
Disinggung soal premier film Jejak Langkah 2 Ulama akan dilakukan ditiga wilayah, yakni Kota Jogja, Jombang, dan Jakarta pada Januari 2020.
"Kemungkinan besar di Jakarta baru di Jogja dan Jombang, dan baru nyebar ke seluruh Indonesia rencananya seperti itu," tutup Andika.
(*)
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)