Didi Kempot Meninggal Dunia
Pertanyaan Didi Kempot saat Diajak Ngobam Bersama Gofar Hilman jadi Bukti Kerendahan Hatinya
Melalui kanal YouTubenya, Gofar Hilman menceritakan kisah dibalik terselenggaranya acara Ngobam bersama Didi Kempot itu.
Penulis:
Arif Tio Buqi Abdulah
Editor:
Miftah
Akhirnya keduanya pun memenuhi undangan tersebut dan bertemulah kembali antara Gofar dan Didi Kempot di acara tersebut.
Didi pun tak menampik jika acara Ngobam bersama Gofar itu telah membuka jalan rezeki bagi dirinya.
Ia pernah mengaku kepada Gofar bahwa tarif manggungnya naik berkali-kali lipat dari biasanya.
Gofar Hilman awalnya tak menyangka bisa merasakan hal tersebut.
Pasalnya, kolaborasinya dengan Didi Kempot hanya sebatas untuk hiburan semata.
Menurut Gofar, dengan Ngobam ataupun tidak, nama Didi Kempot sudah populer.
Ia menilai, memang sudah waktunya bagi Didi Kempot menuai hasil atas jerih payah yang ia bangun selama 30 tahun bergelut di dunia musik.
Berkarya 30 Tahun
Didi Kempot yang berasal dari Solo itu telah berkarya selama 30 tahun di belantika musik dengan mambawakan musik genre campursari.
Meski ia membawakan musik daerah dan menggunakan bahasa Jawa, Didi Kempot mampu meraih kepopuleran yang bisa disejajarkan dengan musik internasional.
Namanya kian melambung dan dikenal masyarakat luas di Indonesia sejak pertengahan tahun 2019 ketika meraih julukan Bapak Patah Hati Nasional atau The God Father of Broken Heart.
Pengamat musik Bens Leo mengatakan musik yang dibawakan oleh Didi Kempot mampu bersaing dengan musik K-pop dari Korea Selatan.
Musik yang dibawakan Didi Kempot mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari bawah hingga atas.
“Didi Kempot adalah seorang entertainer Indonesia yang mampu bersaing head to head dengan K-pop dari Korea, karena fans-nya yang heterogen sekali,” kata Bens dalam siaran langsung di Kompas TV, Selasa (5/5/2020).
Baca: Dory Harsa Berkaca-kaca, Ungkap Awal Jadi Penabuh Kendang Didi Kempot, Saya Kehilangan Orangtua
Baca: Fakta Baru soal Didi Kempot, Nama Dionisius Prasetyo Diperbincangkan, Jadi Mualaf Sejak Tahun 1997
Sementara itu, wartawan senior Kompas, Frans Sartono dalam sebuah wawancara bersama Didi Kempot pada 1 Agustus 2019 menyebut, Didi Kempot telah menemukan panggung barunya di era digital media sosial.