Rabu, 3 September 2025

Kisah Sukses Putra Siregar PStore, Hijrah ke Jakarta usai Disarankan Atta Halilintar

ing Giveaway' atau rajanya memberi hadiah, demikian predikat pengusaha ponsel, Putra Siregar.

Warta Kota/Arie Puji Waluyo
Kisah Sukses Putra Siregar PStore, Hijrah ke Jakarta usai Disarankan Atta Halilintar 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Arie Puji Waluyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 'King Giveaway' atau rajanya memberi hadiah, demikian predikat pengusaha ponsel, Putra Siregar.

Namun tak banyak yang tahu bagaimana kehidupan pengusaha kelahiran Desa Gaharu, Kota Medan, Sumatera Utara, 23 Juni 1993 di masa kanak-kanak.

Pemilik toko ponsel PS Store ini belum pernah bertemu sosok ibunya, kerap menahan lapar sewaktu bersekolah, dan bersusah payah merintis bisnis.

Baca juga: Yayasan Pstore Peduli: Berobat di Klinik Merakyat Semua Gratis Tanpa Syarat

Baca juga: Tayangan The Voice Kids Indonesia Buka Peluang Dapatkan Giveaway Kalung Eksklusif Ikatan Cinta

Kepada jurnalis Warta Kota Arie Puji Waluyo, sulung dari tiga bersaudara ini menyebut PS Store yang beralamat di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, merupakan toko pertamanya, ukurannya cuma 2x3 meter.

Tapi ia sukses mengembangkan sayap bisnisnya hingga sanggup membeli beberapa toko di wilayah Condet dan sekitarnya.

Seperti apa perjalanan hidup Putra?

Mengapa ia sering memberikan hadiah kepada para pengikut atau followers-nya di media sosial? Bagaimana pula komentarnya terkait kasus yang pernah menjeratnya yakni dugaan penimbunan dan penyelundupan ponsel ilegal.

Sekadar mengingatkan, pada 30 November 2020 lalu, anak pasangan Imran Siregar-Epitamala ini divonis tak bersalah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Berikut petikan wawancaranya.

Bisa diceritakan masa kecil Anda?

Putra Siregar ketika ditemui disela-sela acara pemberian rekor MURI qurban kepadanya, di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, Jumat (31/7/2020).
Putra Siregar ketika ditemui disela-sela acara pemberian rekor MURI qurban kepadanya, di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, Jumat (31/7/2020). (Warta Kota/Arie Puji Waluyo)

Saya ini berasal dari keluarga, bagaimana ya, 'broken home' (menyebutnya). Saya enggak tinggal sama keluarga dari kecil dan saya enggak pernah lihat paras ibu saya sampai sekarang.

Saya terus cari karena kan katanya surga di bawah telapak kaki ibu tapi ya gimana, saya belum pernah ketemu. Kabar terakhir (malah ada yang bilang ibu saya) sudah meninggal.

Dari kecil saya hidup di jalanan. Untuk bertahan hidup saya nyemir sepatu, ngamen, dan hal lain agar bisa makan. Saya dapat kasih sayang itu dari wanita yang saya anggap sebagai ibu angkat, dia saya anggap orangtua.

Saya sekolah di Pematang Siantar. Ketika besar saya kembali ke Medan meneruskan pendidikan SMA dan kuliah (Universitas Sumatera Utara).

Selain ibu angkat, ada satu orang yang saya ingat betul sampai detik ini, namanya bapak Nando.

Dia yang memberikan saya uang Rp 10.000 saat lebaran.

Kejadiannya ya 20 tahun lalu kira-kira, setelah salat id. Karena hidup di jalan dan enggak sama keluarga, saya sering nahan lapar jika enggak punya uang.

Kalau ada juga lebih sering ditabung karena kan harus bayar sekolah. Waktu lapar itu saya mengkhayal ada seseorang yang menanggung biaya sekolah, dan akhirnya ada guru saya.

Dia bayarin sekolah saya sebab waktu saya jadi ketua kelas, saya cukup membantu beliau. Hikmah di balik menahan rasa lapar itu saya dikasih sesuatu yang spesial dari Allah, jadi pas sekolah saya juara terus. Alhamdulillah.

Kemudian bagaimana kisah Anda membangun bisnis jual beli ponsel?
Ya pelan-pelan, saya bangunnya kan dari waktu kuliah. Setelah kuliah beres, saya makin tekuni. Waktu awal-awal jualan handphone itu saya enggak ambil untung banyak. Misalkan gini, handphone S tipe A harga asalnya Rp 1 juta, saya jual Rp 1.050.000. Jadi cuma dilebihin sedikit lah karena enggak punya karyawan kan. Istilahnya jual handphone dengan proses syariah. He-he-he.

Kemudian saya mulai punya toko di sebuah mal. Di tahun 2016, saya bertemu Atta (Halilintar/YouTuber) dan berbincang banyak.

Kata Atta, kalau saya ke Jakarta, menjual handphone dengan harga yang saya jual seperti di Medan, saya akan sukses katanya. Ya sudah, saya coba.

Apa yang berubah sesampainya di Jakarta?
Saya beli toko dulu, ya PS Store di Condet ini. Sistemnya masih sama, penjualan syariah. Akhirnya laku. Karena saya kan belum punya karyawan, harganya murah.

Sampai punya karyawan sekarang harganya juga enggak mahal. Ini saya lakukan dengan tujuan membangun stigma positif tokonya di masyarakat. Kalau mau membeli ponsel murah dan berkualitas ya di PS Store. Butuh waktu banget untuk nge-branding toko.

Saya pelan-pelan merintis dan akhirnya saya bikin giveaway. Tujuannya untuk sedekah. Sekarang PS Store terkenal dengan sebutan, 'Handphone Pejabat Harga Merakyat'.

Terus saya gandeng artis-artis di tahun 2019 sampai 2020. Saya ajak giveaway, kami saling membantu. Misalkan artis butuh handphone untuk karyawannya, ya saya ajak kerja sama giveaway itu.

Sekarang Anda juga dikenal sebagai YouTuber. Bisa diceritakan prosesnya?

Pada 17 Juli 2017, saya menikah dengan Septia Yetri Opani. Sejak itu saya memutuskan untuk tak intens lagi mengurusi bisnis handphone. Saya menarik orang dan saya latih dia, untuk mengurusi PS Store.

Karena tak memiliki pekerjaan, saya berpikir pekerjaan apa yang santai tapi bisa mendatangkan uang banyak. Dan jadilah itu, YouTuber, sembari mengontrol toko.

Saya mikir dong, saya harus punya followers nih untuk pekerjaan saya yang baru. Karena saya sudah sukses kan jualan. Akhirnya punya followers lah di YouTube dan media sosial lainnya.

Soal kasus yang sempat ramai kemarin, kok bisa sampai terjadi seperti itu?
Usai ditetapkan sebagai tersangka, jujur mental saya terguncang. Karena semua orang jadi menanyakan ke saya, ada apa dengan saya? Mental saya rusak, kalau saya tidak kuat mungkin saya sudah gila.

Pemberitaan juga makin liar tanpa mengetahui duduk perkaranya. Saya merasa seperti ada upaya pembunuhan karakter. Pengaruh ke toko pun ada. Yang datang tetap ramai tapi yang beli menurun.

Mereka datang ya kayak ngegosip aja gitu. Memang penjualan menurun drastis dua hari setelah foto itu beredar. Jadi awalnya itu toko saya didatangi (petugas) Bea Cukai, bukan di pelabuhan atau bandara.

Saya lupa kapannya, tapi di tahun 2017 itu teman saya menghubungi malam-malam mau jual barang ke saya. Posisi saya di Batam. Dia butuh uang dan mau jual barang, dan saya bilang datang saja ke toko di Condet, ada saudara saya, Lahatta dan Leris yang biasa jaga dan melayani pembeli.

Kemudian dia datang ngantar barang bersama petugas Bea Cukai. Nah, ditanyakan lah ini barang (handphone) punya siapa, karena kepabeanannya bermasalah. Padahal itu barang mau dilihat dulu baru dibayar.

Tapi sama petugas Bea Cukai langsung dibawa barangnya ke kantor, terus saudara saya dibawa, tiga hari diperiksa. Terus enggak lama saya dapat surat panggilan.

Saya sempat dituduh melakukan TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang). Saya sempat serahkan rekening dan aset. Silahkan dicek, saya enggak pernah uang saya lalu lalang ke luar negeri karena saya pedagang mulai dari nol, jika dapat uang ya saya beli barang.

Terakhir, Anda pernah mendapat penghargaan MURI untuk dua kategori yaitu 'Siaran Langsung Penyembelihan Hewan Qurban dan Tempat Ibadah Terbanyak' dan 'Pembagian Puket Daging Qurban oleh Ojek Terbanyak'. Apa maknanya buat bisnis Anda?

Ya sebetulnya tahun 2020 lalu menjadi tahun kurban terbanyak selama saya menjadi pengusaha, ada 404 hewan kurban (220 ekor kambing, 183 sapi, dan 1 ekor unta/khusus ini dikirim ke Palestina) yang disebar ke tempat ibadah dan pondok pesantren di seluruh Indonesia pas Hari Raya Idul Adha. Semua pakai uang hasil usaha, kisarannya hampir Rp 6 miliar. Apa yang saya kurbankan itu bentuk kepedulian kepada sesama yang membutuhkan karena banyak yang terdampak pandemi Covid-19. Saya tidak takut miskin karena saya tidak kaya. Bagi saya, semua yang saya dapatkan selama ini berasal dari sedekah. (ARI/EKO).

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan