Selasa, 18 November 2025

Film Dokumenter 'Dia Hilang di Antara Kabut' Digelar, Kenang Tragedi Pendakian Gunung Kerinci 1990

Film dokumenter mengenang kembali tragedi hilangnya Yudha Sentika, pelajar SMA 68 yang hilang di Gunung Kerinci pada 1990, digelar.

Ist/HO
TRAGEDI KERINCI - Film dokumenter ‘Dia Hilang di Antara Kabut’ mengenang kembali tragedi hilangnya Yudha Sentika, pelajar SMA 68 yang hilang di Gunung Kerinci pada 1990, diputar di SMA Negeri 68 Jakarta. 
Ringkasan Berita:
  • Film Dokumenter ini mengenang tragedi hilangnya Yudha Sentika di Gunung Kerinci tahun 1990, menampilkan rekonstruksi perjalanan, wawancara saksi, keluarga, serta upaya revitalisasi tugu peringatan.
  • Visual kabut menggambarkan detik-detik terakhir sebelum Yudha menghilang dan perjuangan panjang tim pencarian yang tak pernah menemukan jejak.
  • Pemutaran perdana di SMA 68 Jakarta dihadiri alumni, komunitas pecinta alam, dan keluarga Yudha, menjadi ruang refleksi dan penghormatan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film dokumenter ‘Dia Hilang di Antara Kabut’ mengenang kembali tragedi hilangnya Yudha Sentika, pelajar SMA 68 yang hilang di Gunung Kerinci pada 1990, diputar di SMA Negeri 68 Jakarta.

Gunung Kerinci adalah gunung berapi aktif tertinggi di Sumatra sekaligus gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara, dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut.

 Lokasi gunung ini berada di perbatasan Provinsi Jambi (Kabupaten Kerinci) dan Sumatra Barat (Kabupaten Solok Selatan).

Gunung ini kerap disebut sebagai “Atap Sumatra” karena merupakan titik tertinggi di pulau Sumatra.

Film dokumenter ini pun turut merekam upaya terbaru tim ekspedisi dalam merevitalisasi tugu peringatan yang dibangun untuk mengenangnya dan menyajikan rekonstruksi perjalanan pendakian, wawancara dengan saksi, anggota ekspedisi, dan keluarga Yudha. 

Narasi visual yang berkabut membawa penonton menyelami detik-detik terakhir sebelum Yudha menghilang ketika kabut tebal tiba-tiba turun di puncak gunung. 

Dokumenter ini juga memperlihatkan perjuangan panjang tim pencarian yang bekerja tanpa henti meskipun tak pernah menemukan jejak Yudha. 

Lebih dari tiga dekade berlalu, misteri itu tetap menggantung dan menjadi salah satu peristiwa pendakian paling membekas di Indonesia.

Pemutaran perdana turut dihadiri pendiri Enam Lapan Pencinta Alam (Elpala), Dar Edi Yoga dan Eka Bama Putra, alumni SMA 68 angkatan 87: Rosma, Iqbal, Hery Latu, siswa pecinta alam dari berbagai sekolah di Jakarta, anggota ELPALA, serta keluarga Yudha Sentika yang diwakili Ayu. 

Acara ini menjadi ruang refleksi dan penghormatan bagi seluruh komunitas pecinta alam.

Dalam sambutannya, Dar Edi Yoga menegaskan, film ini memegang nilai sejarah penting bagi ELPALA. 

"Yudha adalah bagian dari perjalanan panjang kami. Melalui film ini, kita bukan hanya mengenang, tetapi mewariskan semangatnya kepada generasi berikutnya. Kisah ini mengajarkan bahwa setiap langkah di alam membawa pelajaran tentang keteguhan, kewaspadaan, dan kebersamaan," ujarnya, Senin (17/11/2025).

Salah satu anggota ELPALA yang hadir menonton, Tiffany Sheena, mengaku terharu dengan kedalaman cerita yang ditampilkan. 

"Film ini membuat kami merasa seolah ikut kembali ke Kerinci. Ada rasa kehilangan, tetapi juga kebanggaan. Nilai keberanian dan kebersamaan yang ditinggalkan Yudha sangat terasa," tuturnya.

Ketua ELPALA, Dafa Maheswara, berharap dokumenter tersebut menjadi momentum memperkuat solidaritas generasi muda. 

Dia menegaskan bahwa revitalisasi Tugu Yudha Sentika bukan hanya merawat monumen, tetapi juga merawat memori dan pesan penting tentang keselamatan serta rasa hormat terhadap alam.

“'Dia Hilang di Antara Kabut’ berdiri bukan sekadar sebagai dokumentasi sejarah, tetapi sebagai ajakan untuk mengenang, memahami, dan menghargai kisah seorang remaja yang namanya tetap hidup di antara kabut Gunung Kerinci,” tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved