Liga 1
Dokter Tim Persib Keberatan PSSI Pakai Rapid Test: Wander Luiz Pasti Reaktif, Lebih Akurat Tes Swab
Jika rapid test diberlakukan, striker andalan Persib, Wander Luiz otomatis tidak akan bisa ikut lantaran hasilnya pasti reaktif
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Rencana PSSI menggelar rapid test sebelum kompetisi digelar mendapat tanggapan dari sejumlah pihak.
Rapid test dilakukan untuk memastikan seluruh elemen tim yang akan berlaga di kompetisi bebas dari penularan virus corona.
Kegiatan rapid test tersebut juga akan dibiayai sepenuhnya oleh PSSI.
Rapid test pun menjadi salah satu bagian dari protokol kesehatan Covid-19 di sepak bola Indonesia.
Baca: Alasan Pelatih Persib Tak Setuju Aturan Pemain U-20: Mental-Fisik Belum Kuat, Jangan Dipaksa
Meski begitu, Dokter tim Persib Bandung, Rafi Ghani, aerasa keberatan dengan rapid test yang direncanakan PSSI.
Menurut Rafi, hasil dari rapid test kurang maksimal untuk mendeteksi adanya virus dalam diri manusia.
Pasalnya, hasil dari rapid test adalah melihat sejauh mana kekuatan antibodi manusia dalam melawan virus.
Selain itu, pemeriksaan melalui jalur rapid test pun bisa merugikan Persib karena satu pemain klub berjulukan Maung Bandung itu, Wander Luiz, pernah terpapar virus corona.
Baca: Persib Bandung Era Wander Luiz Kalah Gahar dari Tim Asal Jawa Timur Ini di Era Liga 1

"Kalau rapid test, yang kami ketahui hanya untuk mengetahui antibodi di dalam badan seseorang. Artinya, kalau diberlakukan sudah bisa dipastikan itu (Luiz) akan reaktif atau positif pada saat pemeriksaan rapid test," kata Rafi, di Mes Persib, Kota Bandung, Senin (29/6/2020).
"Jadi, mungkin poin ini sangat merugikan bagi kami, dan terkait masalah ini, sudah saya koordinasikan dengan dokter PSSI yang membuat protokol kesehatan ini," ucap dia.
Rafi mengusulkan, daripada menggelar rapid test, akan lebih efektif bila PSSI melakukan tes swab PCR.
Menurut Rafi, hasil dari tes swab PCR lebih akurat.
Sebab, sasarannya adalah langsung mendeteksi keberadaan virus di dalam diri manusia.
Dari sana, bisa diketahui secara pasti apakah ada yang terpapar atau tidak.
Berbeda jauh dengan rapid test, yang sifatnya hanya untuk mengetahui kekebalan antibodi seseorang terhadap virus.
"Kalau untuk rapid test hanya untuk mengetahui antibodi pada seseorang, artinya pembentukan antibodi perlu waktu. Artinya dari terpapar awal dia butuh 7 sampai 10 hari untuk pembentukan antibodi atau si antibodi ini memang reaktif, tetapi padahal atletnya atau orang tersebut sudah sehat," tutur Rafi.
"Artinya, virusnya sudah tidak ada. Jadi, usulan saya swab PCR memang yang lebih baik, ke sananya kami ikuti protokol kesehatan yang baik," tutur dia.
Kompetisi Liga 1 2020 dipastikan kembali bergulir pada bulan Oktober mendatang.
Rafi mengatakan, dalam waktu dekat, Persib akan segera mengumpulkan pemain dan menjalani latihan kolektif untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi.
Baca: Menurut Pelatih Persib Bandung, Talenta Cemerlang Indonesia Hilang Gara-gara Satu Masalah
Meski begitu, Rafi belum mengetahui secara pasti kapan Supardi Nasir dkk akan berlatih bersama.
Menurut dia, saat ini manajemen, tim pelatih, dan tim dokter masih merumuskan protokol kesehatan yang wajib dijalani pemain saat melakoni persiapan menghadapi Liga 1 2020.
"Nanti untuk latihan kolektif baru akan saya bicarakan dengan tim. Tetapi, ada beberapa tahapan pada saat bergabung bersama-sama ada beberapa yang harus diisi di formulir, apakah misalnya ada panas badan selama beberapa hari, apakah ada gejala batuk-pilek, atau sesak napas. Itu nanti kami jaring, dan akan dilakukan tes PCR," ujar Rafi. (Kontributor Bola, Septian Nugraha)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keberatan dengan Rapid Test, Dokter Tim Persib Sarankan PSSI Gelar Swab PCR Test"