Rabu, 3 September 2025

Liga Champions

Saktinya Hansi Flick, Ubah Bayern Muenchen dari Kritis Jadi yang tak Tertandingi

Die Roten mengukuhkan diri sebagai tim pertama yang mampu menyelesaikan satu edisi UCL dengan memborong 100 persen kemenangan.

Instagram resmi Bayern Munchen
Bayern Munchen Resmi Permanenkan Status Hansi Flick 

Apa yang jadi resep keberhasilan Flick hingga begitu sakti mengubah Bayern?

Tanda-tanda keemasan itu mulai muncul dalam debutnya saat Bayern menggilas rivalnya, Borussia Dortmund 4-0.

Ya, setelah dipermalukan 1-5 oleh Frankfurt, Flick langsung memberikan hiburan baru dengan dua kemenangan beruntun lewat skor identik 4-0.

Setelah Dortmund, korban berikutnya adalah Fortuna Duesseldorf.

Memang, setelah itu Bayern sempat kalah beruntun dua kali. Masing-masing ditekuk Leverkusen 1-2, dan Borussia M'Gladbach 1-2 pada 7 Desember 2019.

Setelah itu, tak ada lagi kekalahan. Ya, di berbagai kompetisi Die Rotten terus melaju dengan kemenangan. Hanya sekali mereka tertahan 0-0 oleh Leipzig. Selebihnya menang, dan menang.

Termasuk juga di Liga Champions ini. Kemenangan 1-0 atas Paris Saint Germain lewat gol Kingsley Coman di final Liga Champions kemarin (24/8) menjadi kemenangan ke-11 tanpa putus mereka di panggung terbesar antarklub Eropa musim ini.

Die Roten mengukuhkan diri sebagai tim pertama yang mampu menyelesaikan satu edisi UCL dengan memborong 100 persen kemenangan.

Catatan beruntun tersebut menjadi rekor baru dalam sejarah kompetisi, melampaui sepuluh kemenangan beruntun Real Madrid pada 2014-15 dan Bayern sendiri pada 2013.

Flick tak hanya mengembalikan Bayern ke jalur kemenangan. Lebih dari itu, dia telah mengembalikan
ruh Die Rotten sebagai tim yang terstruktur: tekanan tinggi, umpan-umpan pendek, ketengan bermain,
penguasaan bola, dan serangan balik cepat, semua itu menjadi andalan Bayern.

Perombakan Besar

Namun hal paling besar yang dirombak Flick di Bayern adalah membangun kembali kepercayaan.

Kepercayaan kepada para penggawa senior Die Rotten: Thomas Müller, Manuel Neuer dan Jerome
Boateng, semuanya menikmati musim kebangkitan.

Juga kepercayaan kepada para pemain muda - Joshua Kimmich diberi peran favoritnya di lini tengah,
dan Alphonso Davies diberi kesempatan untuk berkembang menjadi bek kiri paling berbahaya di dunia.

Termasuk yang jenius adalah saat menempatkan pemain muda, Kingsley Coman sebagai starter dalam
final kemarin. Ini sungguh di luar perkiraan. Pasalnya, sejak restart, posisi winger kiri terus ditempati Ivan
Perisic.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan