Liga Inggris
Keroposnya Lini Belakang Manchester United, Apatisme Ronaldo, Tugas Maguire, Greenwood & Rashford
Masalah lini belakang Manchester United dengan kehadiran Ronaldo, menghambat skema Ole Gunnar Solskjaer
TRIBUNNEWS.COM - Segalanya yang terjadi di Manchester United bak sebuah musibah besar yang masih belum ditemukan solusinya sejauh ini.
Lima gol yang bersarang ke gawang David de Gea akhir pekan lalu, masih belum bisa dimaafkan, dan tentu saja, selain Ole Gunnar Solskjaer, sorotan juga tertuju kepada empat bek yang turun di laga tersebut.
Mulai dari Aaron wan Bissaka, Harry Maguire, Victor Lindelof dan Luke Shaw menjadi pesakitan yang tidak mampu berbuat banyak pada laga tersebut.
Melihat dari segi statistik juga tidak membantu untuk Manchester United, Setan Merah kebobolan 11 gol hanya dalam 3 pertandingan terakhir di semua kompetisi.

Baca juga: Hadapi 3 Laga Penentu Karier Manajernya, Ole: Tak Ada Waktu Untuk Merajuk, Man United Harus Bersatu
Baca juga: Tottenham vs Man United Liga Inggris, Masa Bakti Solskjaer untuk Setan Merah Tidak akan Lama Lagi
Manchester United secara keseluruhan kebobolan 15 gol di Liga Inggris musim ini, dan menempati peringkat 6 sebagai tim yang paling banyak kebobolan.
xGA, atau expected goal against milik Manchester United juga tidak lebih baik, mereka memiliki total 13,7 xGA yang juga menempati peringkat ke-6 di Liga Inggris.
Ironisnya, jumlah eror leading to score milik Manchester United juga cukup banyak, 7, yang membuat mereka menjadi tim yang paling banyak melakukan kesalahan berujung kebobolan di Liga Inggris.
Dalam 20 pertandingan terakhir Manchester United di semua kompetisi, Manchester United hanya mengemas satu nir bobol, yakni menghadapi Wolverhampton.
Lalu bagaimana lini belakang Manchester United bisa seburuk itu?
Mari melihat bagaimana Manchester United di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer terlebih dahulu.
Pendekatan United, bukanlah penguasaan bola, tetapi bagaimana melakukan serangan balik, dan membuat situasi menyerang dengan cepat ke jantung pertahanan lawan.
Musim lalu, ini berhasil dengan Setan Merah berada di peringkat kedua klasemen akhir Liga Inggris, United, tidak mengubah skemanya musim ini, tetapi, hadirnya Cristiano Ronaldo menjadi hal yang mengubah permainan.
United tidak lagi memiliki pemain yang menekan ketika kehilangan bola, apatisme megabintang Portugal untuk menekan ketika kehilangan bola, menjadi alasan hilangnya dinamisme permainan United.
Data dari StatBombs, menggambarkan masalah ini dengan cukup baik.
Musim lalu, United akan menekan sebanyak 28 persen di daerah pertahanan lawan, musim ini, turun menjadi 23,7 persen, akibatnya, kinerja lini tengah akan cukup berat.
Terbukti, ada kenaikan sebesar 6 persen di lini tengah, musim lalu, United menekan sebesar 43 persen di lini tengah, karena memang punya akibat cukup fatal jika menekan di lini tengah, tanpa kolerasi dari lini depan.
Selain itu, ketika tim melakukan pressing di lini tengah, adalah merupakan reaksi, bukan aksi, artinya, United menjadi tim yang menghadapi tekanan, bukan menekan lawan.
Michael Cox, menjelaskan bagaimana sebuah tim ketika menghadapi tekanan akan memiliki dua pilihan: bertahan rapat, atau melakukan pressing dalam tempo tinggi, Manchester United memilih opsi kedua sebagai senjata.

Baca juga: Berita Man United, Daftar 11 Pemain MU Lawan Tottenham yang Bisa Selamatkan Solskjaer
Permasalahannya, Manchester United tidak begitu kompak ketika melakukan tekanan, gol pertama Liverpool adalah indikasi utamanya.
van Dijk yang dalam penguasaan bola, ditekan oleh Mason Greenwood yang menjalankan tugasnya dengan baik, ketika bola diarahkan ke Andy Robertson, Aaron wan Bissaka justru memiliki jarak yang terlalu jauh.
Selain itu, beban karena Cristiano Ronaldo yang enggan menekan pemain belakang lawan, juga harus ditutup oleh Marcus Rashford.
Ini menjadi fatal, karena ketika bola diarahkan ke Diogo Jota, Lindelof harus menutup area yang diarahkan wan Bissaka.
Dengan McTominay dan Fred terpancing terhadap pergerakan dua pivot Liverpool, Naby Keita dan James Milner.
Harry Maguire yang juga tidak dalam kondisi fit, praktis tidak bisa berbuat banyak, pasalnya, kecepatan pemain Liverpool sangat mudah membuat United kehilangan posisi.
Lalu bagaimana dengan Raphael Varane? Yang harus diingat, Maguire dan Varane merupakan dua bek yang memiliki tipe serupa.
Di laga melawan Wolves (ketika nir bobol), keduanya justru menjadi titik yang bisa dimanfaatkan oleh Adama Traore yang unggul dalam melakukan akselerasi.
Jadi, masalah ini kemungkinan akan kembali terulang di Manchester United menghadapi Tottenham, dan United harus waspada.
Karena Spurs adalah tim yang juga mengandalkan kecepatan dalam serangan balik.
Tugas berat tentu ada di pihak Ole gunnar Solskjaer, karena ancaman pemecatan sudah di depan mata, kalah dari Spurs dan Manchester City, bukanlah sesuatu yang ingin dilihat oleh jajaran direksi Setan Merah.
(Tribunnews.com/Gigih)