Super Pandit
Tottenham Hotspur Datangkan Dua Pemain Juventus, Antonio Conte Senang atau Masih Kelimpungan?
Apakah atribut kedua pemain yang didatangkan Tottenham sudah sesuai dengan kebutuhan skema dari Antonio Conte?
Penulis:
deivor ismanto
Editor:
Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Tottenham Hotspur telah resmi memboyong dua pemain Juventus di bursa transfer bulan Januari ini.
Adalah Rodrigo Bentacur (gelandang) dan Dejan Kulusevski (winger).
Dilansir Jurnalis ternama asal Italia, Fabrizio Romano, Kulusevski akan tiba di London hari ini (31/01/2022) untuk menjalani tes medis bersama Tottenham.
"Dejan Kulusevski akan berada di London malam ini untuk menyelesaikan kepindahannya sebagai pemain baru Tottenham. Dokumen sudah ditandatangani antar klub," tulis Fabrizio di akun Twitternya.
"Sedangkan kesepakatan Rodrigo Bentancur akan ditandatangani malam ini," lanjutnya.
Di atas kertas, hadirnya Bentacur dan Kulusevski ke dalam skuat The Lilywhites memang membuat Tottenham nampak lebih kuat.

Baca juga: Conte Berpotensi untuk Pergi jika Keinginannya Mendatangkan Sejumlah Pemain Tak Dituruti Tottenham
Baca juga: Bursa Transfer: Spurs Borong Duo Juventus, Auba ke Barcelona, PSG Rayu Dembele
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah atribut kedua pemain yang didatangkan Tottenham sudah sesuai dengan kebutuhan skema dari Antonio Conte?
Ya, pelatih-pelatih bernama besar selalu memiliki kriteria sendiri dalam menyusun skuat terbaiknya.
Tak terkecuali dengan Antonio Conte yang saat ini baru saja menukangi tim Liga Inggris, Tottenham Hotspur.
Conte memang dikenal sebagai pelatih hebat, dia memulai karier kepelatihannya di klub besar eropa sejak tahun 2011.
Total tujuh musim ia menukangi Juventus, Chelsea, dan Inter Milan. Dari tiga tim elit tersebut, Conte sukses meraih lima gelar liga, satu piala FA, dan satu kali lolos ke partai Liga Europa.
Catatan hebatnya, dilansir Squawka, selama karir kepelatihannya, Conte selalu berhasil mencatatkan persentase kemenangan di atas 60%.
Catatan tersebut semakin membuktikan bahwa ia adalah pelatih yang memiliki mental pemenang.
Conte adalah pelatih yang sangat idealis terhadap sistem bermain yang ia usung. Ia selalu bermain menggunakan pakem tiga bek sejajar dengan sistem 3-4-3 atau 3-5-2.
Untuk itu, dalam memaksimalkan skema yang ia usung tersebut, Conte membutuhkan sederet nama yang bermain sesuai selera dan kriteria yang ia punya.
Kriteria itu dapat dilihat dari tiga kesebelasan yang ia tukangi sebelum mendarat ke White Hart Lane untuk menukangi The Lilywhites.
Gelandang bertahan pendistribusi bola
Conte selalu bermain dengan satu gelandang bertahan yang handal dalam mengatur tempo dan mendistribusikan bola.
Peran gelandang tak hanya menjadi seorang yang berdiri di depan tiga bek sejajar untuk menghalau serangan lawan, namun juga cerdas dalam memberi kenyamanan menjaga bola di tengah.
Ketika di Juventus Conte memiliki Pirlo, maka di Chelsea ia sangat memeprcayakan Matic untuk menjadi jendral di lini tengah.
Pirlo adalah maestro, kecerdasannya dalam mendistribusikan bola dari tengah berada di atas rata-rata gelandang bertahan lain.
Begitu juga Matic, meski tak sementereng Pirlo, pemain yang kini berseragam Manchester United tersebut adalah seorang gelandang bertahan yang moncer dalam urusan mengatur tempo.
Hampir di setiap pertandingan Matic selalu mengisi 11 utama pilihan Conte.
Perannya di tengah bersama Kante begitu diandalkan, jika Kante adalah box to box yang pekerja keras, maka Matic sebagai seorang pivot yang menjadi kunci aliran bola Chelsea di tengah.
Di Tottenham sendiri, Conte belum memiliki gelandang bertahanan yang kuat dalam urusan membagi bola.
Rodrigo Bentacur yang baru didatangkan bukanlah seorang gelandang bertahan yang pandai dalam mendistribusikan bola.
Ia lebih bertipikal sebagai gelandang pengangkut air yang memiliki etos kerja dan daya jaung tinggi di lapangan.
Penyerang berpostur ideal
Di lini depan, Conte selalu memiliki stiker berpostur tinggi besar yang handal dalam bola-bola udara dan berduel di kotak penalti.
Tak jauh-jauh, Lukaku adalah contoh paling nyata dari kriteria striker yang ia godok menjadi bomber di lini depan.
Jika di Manchester United Lukaku mengalami paceklik, penampilannya di Inter Milan begitu tajam.
Sempat dianggap terlalu mahal saat mendarat di San Siro, nyatanya polesan tangan dingin Conte mampu membuat Lukaku menjadi penyerang sohor yang namanya disejajarkan bersama Ronaldo dan Immobile di Liga Italia musim lalu.
Dari 44 pertandingan bersama Inter Milan di musim 2020/2021, pria asal Belgia itu sukses mencetak 30 gol dan 10 assist untuk Nerazzurri.
Itu saat Conte berada di Inter Milan, ketika dirinya menukangi Juventus dan Chelsea, Conte mempercayakan juru gedornya kepada LIorente dan Diego Costa.
Kedua striker tersebut dikenal garang di kotak penalti sekalgius memiliki fisik yang tinggi dan kekar.
Kriteria striker yang dipilih Conte tersebut guna memaksimalkan skemanya yang juga mengandalakan dua wing back cepat yang aktif melalukan umpan silang dan lambung ke dalam kotak penalti.
Di Tottenham, Conte sudah memiliki Harry Kane yang memiliki striker berpostur ideal di depan.
Wing back cepat dan handal mengirim umpan
Dalam skema tiga bek bek milik Conte, ia membutuhkan dua wing back cepat yang memiliki naluri menyerang mumpuni.
Saat di Chelsea, ia menyulap Victor Moses yang sebelumnya merupakan seorang striker, menjadi pemain wing back yang aktif membantu serangan lewat kemampuan fenetrasi dan kecepatannya.
Dan benar saja, nama Moses pun melambung, peran baru yang diberikan Conte membuat ia menjadi sosok penting di penyerangan Chelsea lewat sisi kanan.
Karirnya yang biasa-biasa aja selama bermain di Liga Inggris mampu dibuat Conte menjadi wing back handal yang meraih satu gelar Liga Inggris.
Itu di Chelsea, saat di Inter Milan, juru taktik berusia 52 tahun tersebut begitu mengandalkan peran Hakimi dan Ashley Young.
Nama yang disebutkan kedua sempat ramai diremehkan, datang di San Siro pada usia 34 tahun dan dianggap tak berhasil di Manchester United, Conte justru mampu menjadikan Young sebagai wing back yang rajin menyumbang assist.
Pemain yang kini berkostum Aston Villa tersebut menjadi andalan di sisi kiri penyerangan Inter Milan era Conte.
Kejeliannya dalam mengirim umpan diandalkan Conte untuk melayani dua striker Nerazzurri Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez.
Bermain selama dua musim bersama Inter Milan, Young sukses menyumbangkan 10 assist dan 5 gol. Catatan yang impresif untuk pemain uzur yang dibuang oleh tim lamanya.
Untuk menambah amunisi wing backnya, Conte dikabarkan tertarik untuk mendatangkan Manuel Lazzari dari Lazio.
Saat Lazio masih ditukangi Simone Inzaghi, Lazzari adalah wing back cepat yang diandalkan Inzaghi untuk menyerang dari sisi kanan.
Sumbangan 10 assist mampu ia berikan selama dua musim berkostum Lazio dibawah komando juru taktik yang kini menakhkodai Inter Milan tersebut.
Tak heran jika Conte bernafsu untuk mendaratkan Lazzari ke White Hart Lane, gaya permainan dan atributnya cocok untuk skema yang Conte usung.
(Tribunnews.com/Deivor)