Super Pandit
Timnas Indonesia vs Yordania: Dilema Shin Tae-yong Pilih Striker Murni, Main False Nine Lagi?
Seusai meraih tiga angka dari Kuwait dengan kepala tegak, Timnas Indonesia kini bakal melawan negara yang lebih sulit.
Penulis:
deivor ismanto
Editor:
Claudia Noventa
Meski sama-sama berposisi sebagai striker, Dimas Drajad dan Rafli memiliki tipikal permainan yang berbeda.
Dimas Drajad dan ketajamannya

Dimas Drajad adalah striker bertipikal target man, ia tak banyak menjemput bola ke tengah untuk membantu proses serangan tim yang ia bela.
Postur tubuhnya yang mencapai 178 cm dan badannya yang kekar, membantunya untuk berduel dengan striker-striker berposur tinggi besar.
Ia lebih banyak berada di kotak penalti, menunggu umpan dari lini kedua untuk melakukan finishing dengan sundulan kepala ataupun kedua kakinya.
Meski begitu, ia bukanlah striker yang malas, bersama Persikabo, ia begitu sibuk melakukan pressing hingga setengah lapangan.
Ia bahkan mampu menjadi pelayan bagi Ciro Alves untuk mengembangkan permainannya.
Dimas Drajad mampu menjadi tembok untuk memberi bola pantul kepada Ciro yang bergerak menusuk.
Terbukti, selain menciptakan 11 gol, torehan enam assist adalah angka yang mencolok untuk pemain yang bermain sebagai striker murni.
Di Persikabo, bahkan ia menggeser nama Hanis Saghara untuk lebih banyak duduk di bangku cadangan.
Fleksibilitas Muhammad Rafli

Torehan gol Muhammad Rafli memang sedikit bersama Arema, hanya berada di angka lima gol.
Namun, pasti ada alasan lain dari Shin Tae-yong berani memboyongnya ke dalam skuad pilihannya.
Rafli tak hanya mampu mencetak gol, namun mobilitas tinggi yang ia miliki mampu membuat perannya di lapangan begitu terasa.
Bahkan bersama Arema, ia sering dipasang sebagai gelandang serang untuk memberi suplai bola kepada Carlos Fortes yang menjadi goal getter utama Singo Edan.