Senin, 1 September 2025

Riset Kaspersky: Karyawan Lebih Nyaman Bekerja dari Jarak Jauh Meski Beban Meningkat

Kaspersky baru-baru ini mempublikasikan laporan hasil riset terbarunya terhadap 4.303 pekerja sektor di sektor teknologi informasi (IT).

Editor: Choirul Arifin
IST
Ilustrasi work from home 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaspersky baru-baru ini mempublikasikan laporan hasil riset terbarunya terhadap 4.303 pekerja sektor di sektor teknologi informasi (IT).

Hasilnya, sebanyak 54 persen karyawan responden mengaku mengalami kenaikan beban kerja sejak beralih ke sistem jarak jauh, dengan 18 persen menyatakan peningkatan yang signifikan.

Sebanyak 37 persen responden tidak melihat perubahan volume beban kerja, dan 9 persen mencatat penurunan lingkup kerja (scope of work) karena kondisi kerja yang baru.

Di 2020, karena pandemi, digitalisasi interaksi karyawan menjadi salah satu perubahan yang paling cepat.

Namun, pada awal masa lockdown, 82 persen manajerial merasa khawatir bahwa transisi cepat menuju pekerjaan jarak jauh akan menyebabkan penurunan produktivitas.

Sebanyak 69 persen pekerja mengklaim bahwa pekerjaan jarak jauh memengaruhi kondisi emosional mereka secara negatif.

Saat mendekati akhir tahun kedua pandemi, kami percaya sekarang adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi kembali implikasi kerja jarak jauh bagi karyawan yang bekerja di sektor TI.

Baca juga: Waspadai Kejahatan Siber Menjelang Festival Harbolnas 11.11

Meskipun survei menyatakan bahwa lebih dari setengah karyawan mengalami peningkatan beban kerja, 64 persen dari mereka yang disurvei tidak lagi merasa kelelahan dari penerapan sistem kerja jarak jauh.

Ini didukung dengan fakta sebanyak 36 persen melaporkan memiliki lebih banyak energi saat bekerja dari rumah, dan 28% tidak melihat perbedaan antara kedua format (work from office dan work from home).

Baca juga: Platform E-commerce dan Fintech Sering Jadi Incaran Phising Para Hacker

Dalam hal stabilitas emosional, format jarak jauh dapat diterima dengan baik oleh karyawan: 67 persen melaporkan merasa lebih nyaman bekerja dari jarak jauh atau tidak mengalami peningkatan kecemasan akibat lembur, sementara 41% responden bahkan merasa lebih nyaman bekerja dari rumah.

Baca juga: Modus Kejahatan Siber Ancam Pelanggan E-commerce, Ini Langkah Blibli

Namun pada saat yang sama, persentase karyawan yang merasa tidak nyaman berada jauh dari rekan kerja masih cukup signifikan, dengan 36% responden mengatakan mereka merasa lebih lelah dan 33% merasa lebih cemas bekerja dari rumah.

Salah satu solusi yang terbukti populer di kalangan karyawan adalah model kerja hybrid. Format ini sangat disukai di kalangan para tenaga kerja, dengan hampir separuh karyawan (45 persen) beralih ke pekerjaan hibrida pada pertengahan 2021.

Baca juga: OJK: Bank-bank Dunia Merugi Rp 1.420 Triliun Per Tahun Akibat Kejahatan Siber

Solusi lain yang disambut baik adalah dengan menerapkan praktik kesejahteraan perusahaan.

Kabar baiknya adalah bahwa banyak bisnis mencari berbagai cara demi membantu mengelola kesejahteraan sumber daya manusia dari potensi kelelahan dalam bekerja.

“Saat ini, kesejahteraan karyawan menjadi fokus banyak organisasi. Sayangnya, tidak ada 'satu solusi yang cocok untuk semua' dalam mengembangkan program kesejahteraan karena keberhasilannya bergantung pada kebutuhan semua karyawan,” ujar Marina Alekseeva, Chief Human Resources Officer di Kaspersky.

Dia menjelaskan, program tersebut dapat mencakup bantuan psikologis dan praktik konsultasi, program kebugaran, dan layanan konsultasi hukum dan keuangan untuk membantu karyawan mengatasi situasi yang sulit di kehidupan mereka sehari-hari.

"Penting bagi perusahaan menciptakan budaya yang dapat membuat karyawan nyaman untuk membicarakan keadaan emosional atau masalah mereka dengan manajer atau mitra bisnis SDM mereka,"ujarnya.

Kaspersky dan Global Centre for Healthy Workplaces membagikan rekomendasi bagi organisasi, sebagai berikut:

Pertama, perusahaan perlu mengatasi masalah mendasar dari kelelahan bekerja secara sistematis, tidak hanya beban kerja tetapi juga keseimbangan kontrol/permintaan, praktik manajemen, prediktabilitas, dukungan sosial, redistribusi pekerjaan, dll. Faktor-faktor ini perlu dievaluasi dan dikelola secara menyeluruh.

Kedua, gunakan survei mix serta indikator untuk memastikan pendekatan yang konsisten dan efektif terhadap kesejahteraan karyawan, misalnya survei keterlibatan, penilaian risiko psikososial, survei kesejahteraan, pemanfaatan Program Bantuan Karyawan, cuti sakit, survei stres, inventaris kelelahan.

Ketiga, jika memungkinkan, bersikaplah fleksibel dan terbuka untuk berbagai praktik kerja. Format hibrida dapat memberikan fleksibilitas yang dibutuhkan oleh para tenaga kerja saat ini sambil memastikan fokus dalam hasil performa.

Keempat, mengedukasi karyawan untuk menggunakan praktik keamanan dasar saat bekerja dari jarak jauh, seperti cara menghindari menjadi korban email atau phishing web, atau cara mengelola akun dan kata sandi. Kaspersky dan Area9 Lyceum telah membuat kursus gratis untuk membantu staf bekerja dengan aman dari rumah

Kelima, membantu karyawan mengelola kesejahteraan digital mereka. Saat ini, karena kita lebih banyak menggunakan teknologi, penting untuk menjaga keseimbangan yang tepat.

Kaspersky telah bermitra dengan Neil Tranter, seorang guru mindfulness, untuk mengembangkan kursus meditasi khusus mengatasi stres digital dan kecanduan ponsel cerdas.

Kursus ini juga mencakup pengalaman yang didedikasikan untuk tantangan kerja jarak jauh, yang bertujuan membantu orang mengembangkan kebiasaan kerja sehat dan keseimbangan kehidupan kerja lebih baik.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan