Gebrakan Inovasi Kampus di Indonesia Warnai Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri ITB 2025
Banyak inovasi unggulan yang ditampilkan di KSTI 2025 berasal dari ITB, seperti Katalis Merah Putih dan riset kuantum
Penulis:
Glery Lazuardi
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Konvensi Sains Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) Institut Teknologi Bandung (ITB) 2025 menjadi panggung unjuk kebolehan inovasi kampus dari seluruh penjuru Indonesia.
Dari teknologi kesehatan berbasis kecerdasan buatan, minyak nabati sehat olahan kemiri, hingga ventilator adaptif yang menyesuaikan kebutuhan pasien, karya-karya ini memikat perhatian Presiden Prabowo Subianto dan para menteri yang hadir langsung di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, 7 Agustus 2025.
Presiden Prabowo Subianto menyaksikan bagaimana inovasi-inovasi baru dibuat anak bangsa dan diperlihatkan dalam KSTI Tahun 2025 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Institut Teknologi Bandung (ITB), Provinsi Jawa Barat, pada Kamis, 7 Agustus 2025.
Baca juga: Telkomsel dan ITB Jalin Kolaborasi Hadirkan AI Innovation Hub di KSTI Indonesia 2025
ITB dipilih sebagai lokasi Konvensi Sains Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 karena sejumlah alasan strategis dan simbolis yang menjadikannya sangat relevan untuk agenda nasional ini.
ITB adalah kampus teknik dan sains terkemuka di Indonesia, dengan kontribusi besar dalam riset dan inovasi nasional. Banyak inovasi unggulan yang ditampilkan di KSTI 2025 berasal dari ITB, seperti Katalis Merah Putih dan riset kuantum
KSTI 2025 adalah forum strategis nasional dan internasional yang digelar pada 7–9 Agustus 2025 di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Institut Teknologi Bandung (ITB).
KSTI 2025 ini menjadi ruang kolaborasi strategis antara pemerintah, dunia akademik, dan industri dalam mendorong kedaulatan teknologi Indonesia.
Kehadiran langsung Presiden Prabowo di pameran sebelum memberikan pidato utama memperkuat pesan bahwa negara hadir dan siap mendukung kemajuan sains dan teknologi sebagai pilar pembangunan nasional.
Inovasi-inovasi ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi besar dalam riset dan teknologi yang aplikatif dan berdampak luas.
Di antaranya, yaitu Kemirich Gold, minyak nabati hasil olahan kemiri yang dapat menjadi salah satu alternatif minyak sehat karya anak negeri.
Minyak nabati sehat berbasis kemiri karya Dr. Hery Sutanto dari SGU.
Baca juga: KSTI 2025 Resmi Digelar! Sains dan Teknologi Dorong Ekonomi dan Industri Nasional
Dua alat revolusioner: Dub-Dub Mini EKG dan Stetoskop Digital yang keduanya berbasis AI.
Ini merupakan karya Aulia Arif Iskandar dari SGU, untuk deteksi dini penyakit jantung dan paru-paru.
Seorang akademisi dan peneliti dari Swiss German University (SGU) Dr. Hery Sutanto mengembangkan Kemirich Gold, minyak nabati hasil olahan kemiri yang dapat menjadi salah satu alternatif minyak sehat karya anak negeri.
Dia saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Life Sciences & Technology. Ia memiliki latar belakang pendidikan di bidang kimia dan teknik kimia, dengan gelar doktor dari Universitas Indonesia.
“Indonesia memiliki kekayaan hayati luar biasa. Kemiri adalah salah satu tanaman lokal yang murah, melimpah, dan selama ini hanya dianggap pelengkap dapur. Padahal, jika diolah dengan benar, kandungan nutrisinya bisa menyaingi minyak nabati impor,” ujar Dr. Hery, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Life Sciences and Technology Swiss German University.
Kemirich Gold mengandung Omega 3, Omega 6, Omega 9, DHA, EPA, LA, dan Vitamin E, yang secara ilmiah terbukti bermanfaat untuk kesehatan jantung orang dewasa, serta mendukung pertumbuhan balita dan anak-anak. Produk ini juga telah tersertifikasi halal dan memiliki izin edar resmi dari BPOM RI.
Penelitian ini menjadi kontribusi nyata Dr. Hery dalam memaksimalkan potensi pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional dan substitusi produk impor.
Sementara itu, di bidang teknologi kesehatan, Aulia Arif Iskandar, S.T., M.T., Kepala Program Studi Biomedical Engineering di Swiss German University, menciptakan dua alat revolusioner: Dub-Dub Mini EKG dan Stetoskop Digital yang keduanya berbasis AI. Berangkat dari keprihatinan terhadap akses terbatas masyarakat terhadap deteksi dini penyakit jantung dan paru-paru, ia mengembangkan solusi cerdas yang portabel, terjangkau, dan berbasis teknologi terkini.
Baca juga: KSTI 2025 Resmi Digelar! Sains dan Teknologi Dorong Ekonomi dan Industri Nasional
Dub-Dub Mini EKG adalah alat elektrokardiogram 1-lead yang mampu mendeteksi irama jantung abnormal secara real-time dan mengirimkan data ke aplikasi ponsel melalui Bluetooth.
Aplikasi ini memiliki fitur emergency alert dan telekonsultasi, memberikan akses lebih cepat dan aman kepada pasien untuk penanganan awal.
Sementara itu, Stetoskop Digital Berbasis AI dirancang untuk menganalisis suara paru-paru, bukan sekadar mendengarkannya. Dengan memanfaatkan machine learning, alat ini mampu mengklasifikasi penyakit paru berdasarkan pola suara pernapasan yang terekam, menjadikannya asisten diagnostik digital bagi tenaga medis.
Kedua alat ini telah memperoleh penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI, termasuk sebagai alat terbaik ke-2 kategori inovasi alkes pada 2019 dan Produk Riset Alkes Unggulan Pertama 2024, menegaskan potensi besar teknologi lokal dalam sistem layanan kesehatan nasional.
Sementara itu, dari sektor kesehatan, Universitas Gadjah Mada melalui Science Techno Park menampilkan teknologi ventilator adaptif yang mampu menyesuaikan kebutuhan oksigen pasien. Deputy Director UGM Science Techno Park Prof. Sang Kompiang Wirawan menjelaskan bahwa inovasi ini telah memiliki izin edar dan siap diproduksi.
“Ventilator ini memang sangat spesial karena ventilator selama ini kan pasien itu mengikuti seburan oksigen dari ventilatornya. Kalau ini berbeda. Kalau pasiennya ini sedang dalam kondisi sesak, dia akan menyesuaikan. Jadi ini inovasi baru yang menyesuaikan dengan pasien,” ungkap Prof. Sang Kompiang.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan pentingnya dukungan negara dalam hilirisasi inovasi.
“Kehadiran negara luar biasa. Yang penting sekarang itu adalah negaralah sebagai pembeli pertama inovasi-inovasi anak bangsa. Yang itu nanti bisa dimanfaatkan oleh BUMN, pemerintah daerah, pemerintah pusat. Artinya apa? Negara hadir sebagai off-taker, sebagai pembeli pertama,” tegasnya.
“Dukungan yang sangat baik ya dari Bapak Presiden selaku Kepala Negara bisa hadir di acara pameran sains dan teknologi. Kehadiran beliau di sini kita harapkan menjadi pemicu atau motivasi supaya sains dan teknologi di Indonesia ini bisa semakin maju,” pungkas Fadjar.
Rektor Swiss German University, Assoc. Prof. Dr. Dipl.-Ing. Samuel P. Kusumocahyo, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap capaian dua dosen tersebut,
“Inovasi yang dikembangkan Dr. Hery dan Pak Aulia adalah bukti bahwa riset di perguruan tinggi tidak hanya untuk jurnal, tetapi juga untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Ini bukan sekadar prestasi individu, tapi kontribusi langsung untuk bangsa dan masa depan yang lebih baik.”
Baik Dr. Hery maupun Aulia Arif memiliki satu kesamaan: semangat besar untuk menjawab persoalan bangsa melalui ilmu pengetahuan. Karya mereka telah menembus batas akademik dan mulai memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
“Tujuan utama saya bukan sekadar menciptakan teknologi canggih, tapi menciptakan teknologi yang bermanfaat dan bisa diakses masyarakat luas, terutama di daerah dengan keterbatasan layanan kesehatan,” ungkap Aulia.
Kehadiran mereka di Convention STI 2025 menjadi bukti bahwa Indonesia tidak kekurangan talenta unggul. Yang dibutuhkan adalah kepercayaan dan dukungan lebih luas agar riset dan inovasi lokal bisa terus berkembang dan memberi dampak besar bagi negeri ini.
Berikut adalah beberapa inovasi nasional terbaik 2022–2025 yang ditampilkan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, menurut sumber resmi:
Bidang Kesehatan
- IHEART, ICHOL, IGLUCO – Alat pengukuran noninvasif untuk darah, kolesterol, dan gula darah dari ITS.
- Dub-Dub Mini EKG dan Stetoskop Digital Berbasis AI – Karya Aulia Arif Iskandar dari SGU, untuk deteksi dini penyakit jantung dan paru-paru.
- Ventilator Covent-20 – Ventilator lokal untuk penanganan darurat medis.
Bidang Pangan
- Kemirich Gold – Minyak nabati sehat berbasis kemiri karya Dr. Hery Sutanto dari SGU.
- Beras Analog dari Jagung – Produk IPB dengan indeks glikemik rendah, cocok untuk penderita diabetes.
- Benih Padi Varietas 9G, 11S, 15S – Inovasi IPB untuk ketahanan pangan nasional.
Bidang Industri dan Energi
- Katalis Merah Putih – Teknologi dari ITB untuk produksi bensin dari sawit nonpangan secara efisien.
- Ecoblox – Panel dinding dari limbah popok dan tongkol jagung, karya Universitas Negeri Gorontalo.
Bidang Maritim
- RSV Emas – Kendaraan permukaan otomatis untuk pemantauan tambak udang, dari PPNS.
Bidang Tekstil dan Material
- Rawramie – Produk tekstil fungsional dari serat rami sebagai alternatif kapas.
- Degostab dan Alfluks – Pembersih fluks industri yang ramah lingkungan.
Sosok Nauli Al Ghifari, Anak Penjual Pakaian Bekas Lolos SNBP ITB, Sempat Dikunjungi Rektor |
![]() |
---|
Amnesty Internasional Desak Penyidikan Terhadap Mahasiswi ITB Pembuat Meme Prabowo-Jokowi Dihentikan |
![]() |
---|
Sosok John Martono, Dosen Fakultas Seni Rupa ITB Pencetus Mural Lembur Katumbiri di Bandung |
![]() |
---|
Jadwal Jalur Mandiri UGM, UI, ITB dan Undip 2025, Cek Tanggal Pendaftarannya |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Polri Tangguhkan Penahanan Mahasiswi ITB yang Unggah Meme Prabowo-Jokowi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.