Wisata Sumsel
Pasar Burung Palembang, Kisah di Balik Kebakaran dan Munculnya Wak Maman
Pasar Burung di Jalan Masjid Lama, Keluruhaan 17 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I, Palembang bisa menjadi pilihan tepat untuk Anda para pencinta burung.
Editor:
Mohamad Yoenus
Saat itu, usiannya baru sekitar 10 tahun.
Menurut dia, dahulu burung masih dihargai satu ekornya Rp 60 atau Rp 150 untuk sepasang.
Jumlah uang tersebut terbilang banyak pada zaman itu, sehingga ia terepincut ikut berjualan burung.
Sebelum penjualan satwa di larang di tempat ini ia juga menjual koleksi burung dari Hongkong.
Namun seiring adanya larangan, tidak ada lagi burung impor.

Hewan kelinci ada di di Pasar Burung Palembang. (Sriwijaya Post/Igun Bagus Saputra)
Sekarang mayoritas burung lokal yang diperjualbelikan.
Seperti burung merpati, perkutut, jalak, boksai, kutilang, murai batu, murai kacer dan kecici.
Harga merpati satu ekornya dibanderol Rp 60 ribu atau sekitar Rp 120 ribu sepasang.
Burung lainnya bisa mencapai Rp 100 ribu bahkan ada di atas itu.
Selain burung, di pasar ini juga dijual hewan peliharaan lain seperti kelinci.
Ada beberapa jenis kelinci, termasuk yang didatangkan dari daerah Jawa Barat dengan harga jual sekitar 100 ribu per ekor.

Berbagai jenis ikan hias dijual di Pasar Burung Palembang. (Sriwijaya Post/Igun Bagus Saputra)
Tak hanya itu, di lokasi Pasar Burung juga banyak yang menjual ikan hias, bahkan ikan konsumsi seperti bibit lele, toman dan lainnya.
Pasar Burung sendiri pernah direlokasi ke Pasar Cinde pada dekade 80an akhir, karena tempat itu rencananya akan dibuat terminal.
Namun terminal yang dijanjikan tidak kunjung ada, sehingga pada tahun 1990-an para pedagang burung kembali lagi.
Seiring berjalannya waktu, pasar tersebut makin tidak terurus.