Minggu, 24 Agustus 2025

Wisata Aceh

Menengok Kampung Pecinan di Aceh, Jejak Laksamana Cheng Ho

Sekitar 1.000-an KK atau 4.000-an orang etnis Tionghoa dari empat suku yaitu Hakka, Hainan, Konghu, dan Tio-Ciu menjadi jejak sang laksamana.

Editor: Mohamad Yoenus
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Kampung Pecinan di Jalan TP Polem, Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. 

Peunayong semakin menegaskan identitasnya sebagai Kampung Pecinan tatkala menyambut Imlek baru-baru ini.

Gapura dilengkapi lampion-lampion bergelantung memenuhi kanopi Gang Pasar Jalan WR Supratman.

Semburat warna merah menyala bertabur kuning keemasan terlihat mencolok dengan kondisi bangunan tua yang mengapit gang sempit itu.

Tulisan kanji menyisip pada puluhan lampu khas Negeri Tirai Bambu.

Di negeri asalnya Cina dan di mana pun etnis itu bermukim, lampion merupakan dekorasi wajib.

Begitu halnya dengan atraksi barongsai yang kerab mengisi hari-hari besar, termasuk memeriahkan HUT Kota Banda Aceh.

Ketika hiruk pikuk politik tak henti bergaung dan isu antar agama santer bergema.

Di jantung Kota Banda Aceh bernama Peunayong, masyarakat pribumi dengan kaum bermata sipit itu malah semakin mesra mempertontonkan kebersamaan.

Tengoklah kedai-kedai yang berjejal di kiri kanan gang milik toke Tionghoa, emperannya dipenuhi pedagang pribumi yang dulunya menempati sisi Jalan Kartini.

Jika etnis Tionghoa khusus membuka kedainya menawarkan aneka menu sarapan, maka warga pribumi memenuhi kaki lima untuk menjajakan makanan mentah berupa sayur mayur dan buah-buahan.

Di bawah kolong kanopi yang mengapit gang sempit itu, bersama mereka mengais rezeki.

Cukup memakai jasa becak motor atau bersepeda ria, para pelancong sudah bisa keliling menikmati kekhasan Kampung Pecinan ala ‘Bumi Serambi Mekkah’.

Jika ingin menginap, maka hotel kelas melati maupun wisma mulai rate Rp 150.000 bertebaran di Peunayong.

“Itu merupakan inisiatif dari Yayasan Hakka, Pemerintah Gampong Peunayong, dan Organisasi Pemuda setempat. Ide tersebut sudah lama kami wacanakan bersama Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Disbudpar) kota Banda Aceh,” ujar Aky.

Gapura di Gang Pasar Jalan WR Supratman mencerminkan perkawinan budaya antara etnik Tionghoa dan Aceh.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan