Wisata Aceh
Menenteng Tas Khas Aceh, Unik dengan Sentuhan Etnik
Tribun Travel berkesempatan menyambangi langsung salah satu sentra pembuatan tas etnik Aceh yang berada di kawasan Samahani, Aceh Besar.
Editor:
Malvyandie Haryadi
Sebut saja motif pintu Aceh, pucuk rebung, dan motif bungong kupula (bunga khas Aceh).
Bahannya pun berbeda-beda seperti kain terpal, sintetis, dan prada. Proses pembuatannya dimulai dengan membuat pola, memotong kain, membordir, dan kemudian finishing. Untuk harga pun tak terbilang mencekik kantong.
Sebuah tas dibanderol mulai harga Rp 40 ribu – Rp 200 ribu saja.
“Itulah keuntungan kalau beli langsung ke pengrajin, sebab kalau di pasar harganya tentu lebih mahal.
Keuntungan lainnya di sini bisa pesan motif, warna, dan model sesuai keinginan. Jumlahnya tidak dibatasi,” terang Kak Ros, salah seorang pengelola Dekranasda Kabupaten Aceh Besar.
Bagi anda pelancong yang tak berkesempatan menyambangi langsung pengrajinnya, tak perlu berkecil hati.
Anda tetap bisa menenteng tas etnik Aceh sebagai oleh-oleh. Cukup mendatangi toko-toko souvenir yang bertebaran di sepanjang Jalan Sri Ratu Safiatuddin, Peunayong, Banda Aceh.
Dekranasda Aceh Besar sendiri berdiri sejak tahun 2008 di bawah ketua Dekranada setempat. Hasil karya tangan pengrajin yang juga warga setempat sudah menjajal pameran.
Seperti baru-baru ini tas etnik Aceh mejeng di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Indonesia menyimpan khazanah seni budaya dengan keragaman etnik yang berdiam di dalamnya.
Sebuah potensi yang mempunyai nilai jual yang tak dimiliki negara lain. Saatnya kita menghargai karya anak bangsa sendiri, dimulai dari memakai produk dalam negeri. Menenteng tas etnik, kenapa tidak?